Nasib pengangkut sampah kurang populer dibandingkan sampah itu sendiri atau tempat pembuangan sampah. Pemerintah Bekasi menuntut kopensasi yang tidak murah dengan menjadikan Bantargebang sebagai tempat pembuangan akhir sampah oleh Pemprov DKI Jakarta. Tetapi pengangkut sampah yang rentan tertular corona itu, tak tahu menahu kompensasi apa yang mereka dapatkan. Bahkan ketersediaan alat pelindung diri tampak masih minim, jauh dari apa yang diharapkan sebagai standar keamanan dari ancaman covid-19.
Masalah persampahan pernah menyeret Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Bekasi ke dalam pusaran konflik. Masalahnya adalah dana kemitraan yang diminta Pemerintah Kota Bekasi sebagai kompensasi sebagian wilayahnya dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir sampah oleh Pemprov DKI Jakarta.
Akibat polemik ini, truk sampah milik Pemprov DKI sempat ditahan oleh Dishub Kota Bekasi saat menuju Bantargebang. Pencegatan tersebut dengan alasan Pemprov DKI tidak menunaikan kewajiban membayar kompensasi yang telah ditetapkan bersama.
Pemprov DKI harus menyiapkan dana kompensasi bau sampah bagi warga Bekasi yang permukimannya dilewati truk-truk pengangkut sampah dari Ibu Kota. Setiap tahunnya DKI harus membayar hingga ratusan miliar untuk membayar dana kompensasi tersebut. Kemudian dana kemitraan yang diminta Pemkot Bekasi itu digunakan untuk pembangunan beberapa proyek di Bekasi. Tapi, bagaimana kondisi pengangkit sampah, apakah pemerintah peduli dengan keselamatan mereka, secara khusus mengahadapi darurat covid-19 ini ?
Pagi ini, sekitar jam setengah enam pagi, sebuah truk pengangkut sampah berjalan lambat di jalan Duta Raya di Kompleks Perumahan Duta Indah. Truk tersebut berjalan lambat dan kerap berhenti setelah melewati dua atau tiga rumah penduduk untuk memberikan kesempatan pada pengangkut sampahnya memindahkan sampah-sampah dalam bak sampah penduduk ke truk sampah itu.
Pengakut sampah beriringan di belakang truk sampah panpa peduli dengan bau sampah yang menyengat. Bahkan para pengangkut sampah itu dengan cekatan mengangkat sampah-sampah yang berada di tempat penyimpanan sampah penduduk kedalam truk pengangkut sampah tanpa sesaat pun membuang ludah atau menutupi hidung mereka dari sergapan bau yang menyengat.
Ada sekita empat orang tukang pengangkut sampah dalam mobil sampah tersebut. Pakaian yang dikenakan para pengangkut sampah tampak seadanya, tanpa alat pelindung diri yang memadai, meski saat ini hampir semua orang yang berlalu lalang di kompleks Duta Indah dan juga tempat-tempat lainnya menggunakan alat pelindung diri minimal masker.
Para tukang sampah itu rentan tertular covid-19, apalagi  tanpa menggunakan alat pelindung diri yang memadai. Pada darurat covid-19 ini sepatutnya mereka mendapatkan perhatian khusus. Mereka tidak bisa tetap di rumah, seminggu saja mereka tidak hadir, maka sampah akan memenuhi bak-bak penyimpanan sampah. Pemerintah perlu peduli pada pengakut sampah ini, mereka juga perlu bebas dari ancaman corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H