"Sosial Distancing"di respons beragam oleh masyarakat di indonesia, ada yang mengunci diri dirumah dengan  meliburkan para pegawai, menutup toko-toko, dan ada juga yang tetap melenggang melakukan pekerjaannya seolah-olah bahaya corona enggan melewati daerah kerja mereka.
Ada yang berbeda dijalan raya pondok Gede Pekayon- Bekasi pada corona  hari ini. Selain jalan raya tersebut tampak lengang, pertigaan Kodau dan Pertigaan Ratna yang biasanya dipadati kendaraan roda empat pagi ini jam 6-30, tampak sepi. Petugas Dishub sekitar jam enam pagi biasanya sudah hadir di pertigaan jalan menjaga kelancaran kendaraan berlalu lalang yang pada hari sebelum himbauan social distancing sangat padat.Â
Bersama dengan petugas Dishub biasanya hadir juga pengatur arus lalu lintas tak berseragam, biasa dipanggi (pak ogah), nama salah seorang aktor Film si Unyil yang kerap meminta uang ketika di mintai informasi. Tidak mahal hanya cepek(seratus rupiah), tapi karena sulita mendapatkan uang seratus rupiah, maka biasanya yang diterima "pak Ogah" adalah uang 500 rupiah, tidak jarang ada yang rela memberikan uang 1000 rupiah untuk menghargai jasa pak Ogah yang harus diakui sangat menolong, khususnya ketika petugas resmi tidak hadir mengatur kelancaran lalu lintas pada jam-jam padat.
Pada pertigaan Kodau saya hanya melihat seorang pak ogah, itu pun sedang berdiri santai dipinggir jalan karena kendaraan di pertigaan itu hanya dilalui satu atau dua kendaraan roda empat yang tidak membutuhkan pertolongannya. Sedang dipertigaan Ratna, saya melihat seorang pak Ogah yang berusia relatif tua, dan masih rajin mengatur kelancaran arus lalu lintas yang memang sudah lancar.Â
beberapa kendaraan roda empat yang melalui daerah kekuasaan pak ogah itu melenggang tanpa membuka kaca mobil untuk memberikan uang recehan yang seperti biasa banyak dilakukan pengemudi roda empat yang melewati tempat itu. Tapi, kita tentu maklum, siapa yang berani bersentuhan apalagi hanya untuk menyerahkan recehan yang bukan kewajiban pengendara. Tapi bagaimana dengan kehidupan keluarganya? Mereka layaknya pekerja harian yang merana karena corona. Corona hari meninggalakan balada tersendiri untuk pak Ogah.
Berbeda dengan pasar kaget disekita tempat saya, mungkin karena hanya sedikit penjual; ikan, ayam dan sayur mayur, maka tidak tampak perubahan drastis seperti yang terjadi di Cikunir. Apalagi, pada hari kerja di pertigaan jalan raya pasar Cikunir kepadatan kendaraan roda empat kerap terjadi, salah satunya adalah karena pengunjung yang masuk dan keluar dari pasar Cikunir, selain memang pasar itu memang berada dalam kompleks perumahan yang kerap berangkat ke kantor pada pagi hari.
Bicara tukang bubur yang adalah sarapan tradisional masyarakat Indonesia, pada beberapa tempat memang terlihat ada pengurangan pembeli, sederhanya terlihat dari bangku-bangku kosong yang disediakan penjual. Pada beberapa tempat, masih ada beberapa orang berkumpul menikmati sarapan pagi pavorit mereka. Sayangnya kesadaran Menjaga jarak sosial masih minim.