Mohon tunggu...
Binsar Antoni  Hutabarat
Binsar Antoni Hutabarat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, penulis, editor

Doktor Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP) dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. Pemerhati Hak-hak Azasi manusia dan Pendidikan .Email gratias21@yahoo.com URL Profil https://www.kompasiana.com/gratias

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Remaja Membunuh Balita, Kenapa Anak Makin Kejam

15 Maret 2020   21:55 Diperbarui: 15 Maret 2020   22:35 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KEKERASAN MENJADI FENOMENA BIASA DISELURUH BELAHAN DUNIA YANG DAPAT DISAKSIKAN ANAK-ANAK MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI. TAYANGAN ITU BERDAMPAK BURUK. DIMANA TANGGUNG JAWAB KITA?

Kasus remaja membunuh balita secara sadis menurut amatan kasus dipengaruhi oleh game dan tayangan-tanyangan kekejaman. Tayangan kekejaman yang dinikmati anak remaja  setiap hari mendorongnya  menginternalisasikan tindakan-tindakan kejam tersebut.

Kita tentu tahu, bahwa tokoh-tokoh antagonis dalam era postmodernisme ini sering kali tampil dengan banyak kemujuran, sebaliknya peran protagonis kerap menderita, dan berakhir dengan kematian yang memilukan.

Pilihan untuk memilih mana yang akan diikuti bergantung pada target tayangan. repotnya jika target belum mampu mempertimbangkan mana yang patut diikuti, maka tindakan coba-coba sampai tindakan liar bisa terjadi, seperti kasus remaja membunuh balita. 

Jika dulu kita kerap membaca cerita yang benar pasti menang, yang baik selalu beruntung, maka saat ini yang jahat bahagia di atas penderitaan orang lain, yang salah tetap saja berlenggang dengan aman.

Hukum berpihak kepada siapa yang kuat. tak ada nilai, dan nilai orang adalah bergantung dirinya sendiri, selama memguntungkan dirinya segala sesuatu diperbolehkan.

Kita setuju dalam cerita apapun ada kasus kekerasan, tapi kasus kekerasan itu tidak harus ditonjolkan, sebaliknya tindakan kebaikan harus menjadi yang utama. kemajuan teknologi membuat semua orang bisa menjadi pembuat skenario dengan cara memotong-motong cerita sekehendak hati mereka.

Potongan-potongan tayangan yang dipublikasikan secara luas ini  menimbulkan interpretasi berbeda dari skenario penulis. Pada era teknologi saat ini, siapapun bisa membuat potongan-potongan tayangan  yang dapat dimaknai berbeda dengan skenario awal.

Pada titik ini kita paham, semua orang bisa membuat cerita-cerita sekehendak hatinya baik untuk mempublikasikan kebaikan maupun mempublikasikan kejahatan. repotnyam tayangan-tayangan tersebut bisa sangat bebas interpretasi. Akibatnya, masyarakat harus lebih dewasa menginterpretasikan tayangan-tayangan itu.

bagaimana dengan anak-anak yang belum mampu bijaksana memaknai semua informasi itu. Orang tua tentu harus memberi waktu ekstra pada anak-anak masa kini. Repotnya, kesibukkan orang tua modern jauh lebih tinggi dari keluarga-keluarga masa lalu.

Belum lagi di jaman materialisme saat ini, kebutuhan materi menjadi utama dibandingkan dengan pemberian waktu untuk mendidik anak. Pemerintah sebagai institusi yang bertanggung jawab menghadirkan generasi penerus bangsa yang akan mengambil tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini harus memiliki strategi cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun