Mohon tunggu...
Gratcya Francoice Therese
Gratcya Francoice Therese Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Terima kasih sudah berkunjung! Kalian luar biasa. Love u gais.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Politik dari Fashion, Memangnya Bisa?

23 Maret 2021   11:18 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:33 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar dari dailymotion.com

Selanjutnya, di tahun 2020 juga terdapat sneakers neon yang menjadikan salah satu sepatu populer. Selain itu juga terdapat pilihan sneakers yang menjadikan penampilan kita semakin menonjol seperti sneakers colorblock  dan retro sneakers yang menjadi tren di sepanjang tahun 2020. Jika dikaitkan dengan budaya populer, tren sepatu ini berhasil menggambarkan ideologi berbentuk mitos. Hal ini ditunjukkan dengan upaya membuat suatu hal menjadi universal dan sah, yang sebenarnya bersifat parsial (hanya bagian tertentu) dan partikular (suatu hal yang terbatas untuk sebagian lingkungan) (Storey, 2015, h. 4). 

Sepatu merupakan suatu produk budaya populer, dimana sepatu menjadi budaya yang disukai atau digemari banyak orang secara luas dan diproduksi secara massal sehingga dikonsumsi secara massal pula. Tetapi, tidak semua orang menganggap sneakers sebagai  barang berharga dan sebenarnya tidak membeli atau memiliki sneakers tersebut juga tidak masalah. Tetapi, dengan adanya tren yang diciptakan, seolah-olah jika seseorang belum memilikinya, ia akan ketinggalan zaman. Hal ini juga dapat dilihat sebagai politik identitas.

Selanjutnya, ada contoh dari subkultur yaitu punk.

Contoh visual dari subkultur yang dapat kita amati adalah komunitas-komunitas yang biasanya berisi anak muda dan mengenakan pakaian-pakaian tertentu yang tidak umum. Punk merupakan subkultur yang identik dengan musik, gaya berpakaian dan gaya rambut mohawk yang berwarna. Punk merepresentasikan subkultur yang mengekspresikan dirinya yang ingin berbeda dari tren atau budaya arus utama. Subkultur punk dapat kita jumpai misalnya di kota kembang, Bandung. Salah satu cara mengenai subkultur paling sederhana adalah tampilannya secara visual. 

Baik itu pakaian atau apapun yang digunakan. Di Bandung, ketika kita menyambangi tempat-tempat yang kerap dijadikan tempat berkumpul atau 'nongkrong' oleh anak-anak muda Bandung, maka kita akan melihat secara langsung bagaimana subkultur punk yang berkembang disana. Mulai dari pakaian hingga kendaraan yang digunakan, dapat merepresentasikan anak muda Bandung yang erat kaitannya dengan subkultur. 

Hal ini berkaitan dengan identitas politik, bahwasanya para pencinta punk ini mereka membangun identitas di mata masyarakat dengan suatu hal yang berbeda dengan budaya arus utama atau budaya lokal yang berada di daerah mereka. Walaupun berbeda, mereka tetap ingin menikmati gaya hidup itu dan mempertahankannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan yang sama. Hal ini juga dapat dilihat sebagai cultural hotspot bagi masyarakat sekitar.

Jadi, kalian pilih mana ini sobat? Tetap dengan budaya populer atau ikut subkultur?

Daftar Pustaka

Pradana, R.R. (2020). Mengenal Subkultur di Kota Bandung dan Pengaruhnya. Diakses dari , pada 23 Maret 2021.

Wilujeng, P. R. (2017). Girls Punk : Gerakan Perlawanan Subkultur di Bawah Dominasi Maskulinitas Punk. Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi. 1(1), 103-105.

Storey, J. (2015). Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction. London & Newyork : Routledge.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun