Mohon tunggu...
Grassiana Miseri Cordia
Grassiana Miseri Cordia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana Undiksha

Hobi saya mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Generasi Berkarakter: Tantangan dan Solusi Pendidikan Karakter di Indonesia

11 Desember 2024   18:46 Diperbarui: 11 Desember 2024   18:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan karakter menjadi elemen penting dalam membangun generasi muda yang bermoral, berintegritas, dan bertanggung jawab. Namun, di Indonesia, implementasi pendidikan karakter masih menghadapi berbagai tantangan fundamental yang menuntut perhatian serius. Pendidikan karakter di Indonesia menghadapi tantangan kompleks yang membutuhkan solusi holistik. Ketidaksesuaian konsep dengan realitas, dominasi aspek kognitif, kurangnya keteladanan, dan pengaruh negatif teknologi telah menghambat pembentukan karakter yang kuat pada generasi muda. Minimnya dukungan keluarga dan masyarakat serta kurangnya sinergi antara berbagai pihak semakin memperparah situasi. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan transformasi menyeluruh dalam pendekatan pendidikan karakter. Integrasi nilai-nilai moral dalam kurikulum, pelatihan guru yang intensif, serta penguatan peran keluarga dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Dengan demikian, kita dapat mencetak generasi muda yang berkarakter, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan global. Pendidikan karakter harus menjadi tanggung jawab bersama, dengan tujuan membentuk individu yang berdaya guna bagi bangsa dan negara.

Tantangan Pendidikan Karakter di Indonesia

Ketidaksesuaian Konsep dan Realitas

Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Sayangnya, hal ini juga memunculkan berbagai tantangan baru, salah satunya adalah perilaku siswa di dunia maya. Untuk mengatasi permasalahan ini, pendidikan karakter menjadi semakin krusial. Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk nilai-nilai moral yang akan menjadi pedoman hidup siswa. Konsep karakter telah ada sejak zaman dahulu. Orang yang memiliki karakter yang baik biasanya juga memiliki sifat-sifat seperti jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama. Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut pada generasi muda agar mereka dapat menjadi warga negara yang baik.

Dominasi Pendekatan Kognitif

Fokus pendidikan yang terlalu menekankan pada prestasi akademik telah menggeser perhatian pada pendidikan karakter. Sekolah-sekolah sering kali hanya mengajarkan nilai-nilai moral secara teoritis, tanpa memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, pembelajaran yang efektif membutuhkan pengalaman langsung dan praktik nyata agar nilai-nilai moral dapat terinternalisasi dengan baik. Peran guru sebagai model dan fasilitator, serta lingkungan sekolah yang kondusif, sangat penting dalam mendukung pengembangan karakter siswa. Selain itu, keterlibatan orang tua juga sangat diperlukan untuk menciptakan sinergi dalam membentuk karakter anak.

Minimnya Keteladanan

Keteladanan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan karakter. Namun, kurangnya keteladanan dari guru dan pemimpin pendidikan, serta maraknya penyimpangan moral di masyarakat, telah menciptakan lingkungan yang penuh tantangan bagi pembentukan karakter generasi muda. Media massa juga turut berperan dalam membentuk persepsi siswa tentang nilai-nilai moral. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya bersama dari semua pihak, termasuk sekolah, keluarga, dan masyarakat, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya nilai-nilai moral pada generasi muda

Dampak Teknologi yang Tidak Terkendali

Perkembangan teknologi yang pesat dan arus globalisasi telah menciptakan lingkungan yang kompleks bagi generasi muda. Ketergantungan pada gadget dan paparan konten negatif di media sosial, ditambah dengan pengaruh budaya asing yang beragam, telah menyebabkan krisis identitas. Anak-anak kesulitan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk berempati, bertanggung jawab, dan bekerja sama. Akibatnya, muncul generasi muda yang individualistis, apatis, dan kurang memiliki rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar.

Kurangnya Dukungan Sosial dan Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun