Malam di pondok pesantren begitu sunyi. Tidak banyak lampu yang menyala, hanya angin malam yang kerap menyelinap melalui dinding tipis, membawa kesejukan sederhana. Ruang tidur para santri tak jauh berbeda dari kamar kost pada umumnya---dinding bercat hijau polos, satu jendela kecil, dan sebuah lampu yang tergantung di tengah atap sederhana.Â
Belum lama beristirahat, para santri sudah bersiap mengenakan pakaian khas---sarung dan peci---untuk melaksanakan shalat subuh, saat matahari masih bersembunyi. Tak heran, esok paginya rasa kantuk masih setia menemani mata para Kanisian. Waktu singkat belum cukup untuk sepenuhnya menyesuaikan diri dengan ritme kehidupan pesantren. Meski begitu, mereka tetap bangun, bersiap, dan dengan penuh perhatian berusaha memahami kebiasaan setempat
Membawa Pulang Cerita
Aku akan Kembali
Aku akan kembali pada saat yang tak seorang pun bisa menduga, Â
ketika embun menetes dari daun, Â
ketika angin pagi menyentuh wajahmu, Â
dan kau tahu aku ada.
---karya anonim
Waktu berbicara, kegiatan ekskursi harus berakhir setelah 3 hari menjadi warga pondok pesantren. Sinar pagi mentari menyapa, siswa Kanisius merapikan barang berserakan di lantai, mulai memasuki ke dalam tas. Kembali ke Jakarta, sudah ada dalam pikiran, walau hati belum sepenuhnya merasa puas. 1 November, untuk terakhir kalinya, tangan-tangan melambai setelah merajut pengalaman yang tak terlupakan. Â
Satu Asa, Kita Manusia
Pengalaman Ekskursi 2024 dengan tema "Embrace, Share and Celebrate our Faith" lebih dari sekadar kunjungan yang menghidupi nilai toleransi dan pluralisme. Melalui kegiatan ini, Kolese Kanisius dan Pondok Pesantren Bismillah membuka pintu sudut pandang baru bagi para pelajar dan santri. Â Di tengah perbedaan, mereka menemukan kembali titik temu yang sering terlupakan---bahwa keberagaman adalah keindahan yang patut dirayakan.
"Memandang gajah dari sisi yang berbeda, membentuk pikiran seseorang. Mereka yang berkelahi hanyalah orang yang belum pernah melihat lebih jauh" --- YM. Bhikkhu Kamsai Sumano Mahathera
Memanusiakan manusia terpatri kuat dalam kegiatan ekskursi, mengingatkan kembali kita pada esensi sejati diri kita. Kolaborasi antara kedua institusi pendidikan ini mengajak para santri dan pelajar untuk melepaskan penilaian dan membangun relasi yang tulus. Setiap hari dimulai dengan saling menghargai, bahkan melalui hal kecil seperti menyapa dengan senyuman.
Indonesia Mau ke Mana ?Â
SMA Kolese Kanisius dan Pondok Pesantren Terpadu Bismillah melukis wajah Nusantara yang beragam akan warna. Melalui ini, publik umum dapat melihat bahwa perbedaan agama tidak menjadi alasan runtuhnya harmonisasi kehidupan bersama. Hidup berdampingan bermula dari kemauan sendiri untuk menghargai, mengingatkan kembali cita-cita para pejuang bangsa Indonesia.
Menuju Indonesia Emas 2045, generasi muda harus memiliki kesadaran betul untuk mempertahankan nilai keberagaman sebagai keutuhan negara. Institusi pendidikan, sebagai pilar utama pembangunan karakter pelajar, bersama dengan pemerintah harus berkolaborasi untuk mengimplementasikan aksi nyata memanusiakan manusia. Besar harapan bahwa Ekskursi 2024 menjadi api semangat yang mendorong berbagai sekolah untuk berkunjung untuk berdialog.
Pemuda berumur 17-18 tahun telah melakukannya. Pertanyaannya, apakah masyarakat umum siap untuk memanusiakan manusia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H