Jarum jam menunjuk angka 12, malam, saat Mila melihat bayangan kelabu berkelebat, lalu ambang tidur merayap dari ubun-ubunnya hingga menelusup ke seluruh sel-sel dan syaraf tubuhnya. Seperti mati, namun ada yang bekerja diam-diam pada tubuhnya, sebuah perjalanan menembus alam mimpi.
Seperti angka pada dadu yang bergulir, mimpi tak dapat ditebak. Kadang begitu buruk, membuat napas Mila tersengal-sengal ketika bangun. Kadang sebaliknya, membuat Mila bahagia hingga rasanya tak ingin bangkit dari lelap.
“Hai, kau yang selalu datang tepat waktu...,“ sapa Mila dalam mimpinya.
“Bagaimana kau tahu aku tepat waktu?” jawab lelaki itu seraya tersenyum.
“Begitu aku masuk dalam mimpi, kau senantiasa menunjukkan diri.”
“Aku memang menunggumu. Tapi, kau sadar bahwa ini bunga tidurmu?”
“Jelas, sebab ini bukan nyata.”
“Apa yang membuatmu yakin ini bukan realita?
“Di alam nyata kau tidak pernah ada!”
Pada awalnya Mila terkejut akan kehadiran lelaki itu, bukan karena berwujud seram atau aneh, namun lelaki itu terasa tidak asing lagi. Mila bagai mengenalnya lama entah di mana, entah kapan.
“Tenang Mila, kau tidak perlu takut.”