Assalamualaikum, tak terasa kita sudah mau mendekati detik-detik menuju Idul Fitri dan dimana setiap harinya di bulan Ramadhan kali ini akan terasa sangat berbeda karena kita tidak bersambang ke masjid. Jujur saja keinginan besar untukku bisa ke masjid itu begitu besar, secara ini malam Lailatul Qodar, tapi aku tidak ingin egois.
Aku tidak ingin menambah kerumunan dan juga berkumpul dalam satu wilayah, yang kita tidak tau kondisi masing-masing per orang seperti apa. Oleh karena itu, manfaatkan kegiatan secara online, mulai dari mengaji alhamdulillah sudah rutin aku lakukan di awal-awal ramadhan. Mengisi dengan mengerti dari ayat-ayat Allah yang disampaikan oleh Ustadz melalui media teleconfrence membuat isian dari jiwa kita terpenuhi.
Kadang kala apa yang terjadi di muka bumi ini, lepas dari bagaimana nalar kita, makanya butuh banget yang namanya siraman rohani ini kalo aku dengan mengaji dan juga mendengarkan nasehat. Setiap manusia miliki rasa ingin bercerita dan juga penyaluran dari rasa stress yang melingkupi dirinya dia selama dia hidup dari hari ke hari. Oleh karenanya mengadu di setiap sujud dan juga doa kepada-Nya dengan mengikuti setiap kajian yang berisikan nasihat bahwa manusia yang bertaqwa kepada Allah yang akan Allah berikan rohmat sepanjang hidupnya hingga ia berada di akhirat nanti.
Aku selalu diingatkan untuk tidak melupakan akan kebutuhan siraman rohani untuk umat Islam oleh mamahku, bahwa kita ini manusia, kita ini kecil dan kerdil dibandingkan dengan Allah. Lalu lantas apa yang membuat kita jadi sombong, tidak mau mendekatkan diri kepada Allah bahkan tidak mau menyentuh Al-Qur'an dan juga membacanya. Oleh sebab itu kehadiran diri kita untuk bisa terus mengimani tentang apa-apa dari Allah dan penciptaan-Nya itu adalah bentuk bahwa diri kita ini adalah ya manusia.
Kalo bisa dibilang keadaan saat ini juga menjadi titik balik tersendiri bagi semua manusia, bagi aku untuk melihat lebih dalam lagi, Allah ingin menegur umatnya dengan cara-cara Nya. Menegur kalo manusia mungkin jadi terlampau rakus dan juga sombong akan semua pencapaiannya hingga lupa siapa dirinya itu. Aku pun selalu terharu ketika membaca kembali dan menekuri ayat-ayat Allah yang menyerukan bahwa kita itu sebagai manusia tidaklah perlu mengkhawatirkan tentang apa-apa dalam hidup. Artinya bukan langsung pasrah gitu aja sih ya, tapi lebih ke tidak terlalu overrated atau overthinking tentang apa-apa yang terjadi.
Semua sudah menjadi suratan bagi diri kita. Pernah aku berada di fase yang sulit untuk bisa melakukan ngaji, hampir aku merasa jauh dari Allah, kalo solat masih tetap tapi kebutuhan aku untuk siraman rohaninya itu yang kurang. Tidak mendengarka nasehat, membuat aku jadi tidak ada tameng atau filter mengenai batasan-batasan yang kadang masih membuat aku menjadi lalai. Aku sedih pernah berada dalam fase seperti itu, tapi Allah begitu baik dengan menerima kembali hamba-Nya ketika benar-benar bertaubat.
Diluar sana pasti juga banyak yang melakukan perjalanan spiritual dalam hidupnya dan satu sama lain tidak bisa dibandingkan atau dirasa ini benar atau salah, ya itu menurutku. Tingkat keimanan masing-masing orang juga kita gabisa judge satu sama lain, bagaimana ia jadinya, tapi lebih kepada melihat diri kita sebagai manusia yang sudah Allah ciptakan ini dengan sebaik-baiknya. Kalo aku momen yang paling dirindukan itu adalah bisa mengaji langsung, ketemu dengan majelis dan juga ustadz sambil menyimak dan juga tadarus langsung di masjid. Semoga virus covid-19 ini segera berlalu ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H