Datangnya bulan Ramadhan menjadi berkah tersendiri karena bagaimanapun umat Islam begitu menyambut suka cita ketika Ramadhan datang. Walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, tidak menyurutkan beberapa orang untuk melangitkan banyak doa-doa yang terapal agar keadaan bisa kembali seperti semula dan kita selalu mendapatkan perlindungan juga tak berhenti untuk rasa syukur.
Mengenai sarung, ada banyak sekali cerita mengenai sarung itu sendiri ketika aku berada di bulan Ramadhan, entah menjadi begitu dan sangat dekat aja gitu dengan aku pribadi sebagai wanita. Kalo dulu, aku inget banget, mamahku masih menggunakan sarung sebagai bawahan untuk mukenanya, karena atasnya mukena sedangkan bawahnya sarung. Berbeda dengan jaman sekarang, yang aku lebih nyaman menggunakan mukena yang bermodel abaya, jadi bisa sangat praktis untuk dipakai solat sehari-hari.
Namun, ketika mendekati hari-hari terakhir di bulan Ramadhan, artinya kita akan segera berpisah dengan bulan Ramadhan, ada yang namanya malam Lailatul Qodar, dimana apa-apa amalan yang kita lakukan hanya karena Allah di malam Lailatul Qodar itu lebih baik dari 1000 bulan, rasanya hidup aku tak lepas dari yang namanya kain sarung. Ketika malam Lailatul Qodar itu tiba, sebelum pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, aku bersama suami dan juga keluarga akan menyempatkan diri untuk berdiam diri di masjid, dan tak lupa aku membawa selalu kain sarung itu.
Sarung yang menjadi penutup bagian tubuh lain yaitu kaki, disaat mulai membaca Al-Qur'an, berdzikir dan juga meminta ampun kepada Allah disepertiga malam dan tentu ingin mendapatkan ridho dari Allah. Sarung juga terkadang menjadi primadona para ibu-ibu pengajian ini untuk menemani mereka dalam menghabiskan malam Lailatul Qodar ini.
Lucunya, untuk menghibur anak-anak mereka saat Lailatul Qodar ini bersama sarung, akan ada banyak kreativitas yang muncul dari sarung ini seperti membuat boneka-boneka gitu dari kain sarung, agar anak-anak merasa tidak bosan ketika bersama-sama melakukan iktikaf di Masjid sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Sehingga itulah rasanya yang tidak lengkap, bulan Ramadhan saat ini terasa lebih menyayat hati karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama-sama keluarga untuk beribadah dengan khusyu di masjid, menggunakan sarung aku kembali dan rasanya itu rindu.
Bertambah ketika hadirnya suami saat ini, aku jadi punya banyak stock sarung di lemari. Jujur aja ketika ngeliat suami aku pake sarung pas mau Jum'atan aja, kadang suka mikir, kok dia ga kayak bapak-bapak gitu (lebih tepatnya bapak aku) yang kalo di rumah aja beliau jarang buat pake celana pendek, karena lebih memilih untuk menggunakan sarung. Mungkin jiwa bapak-bapaknya belum timbul banget, coba deh liat 20 tahun kemudian wkwk.Â
Dan pernah kejadian waktu itu, aku lagi sakit bisul, lumayan mengganggu banget sampe susah duduk karena sakit, dan kata mamah disuruh pake sarung masa, padahal pilihan daster panjang gitu lebih banyak tapi kenapa menyarankan aku untuk pakai sarung sih wkwk. Itulah ada kenikmatan tersendiri ketika pakai sarung dan hal-hal yang tak tergantikan, tak terlupakan dari sarung. Kalo boleh dibilang, papahku pasti akan membeli sarung baru ketika lebaran tiba, apalagi selalu dibedakan, mana untuk harian dan mana untuk pegi solat Ied hihi. Btw, jadi kangen banget akutu sama papah, yang tidak bisa mudik dan kumpul lebaran sama keluarga karena PSBB, semoga semuanya bisa lancar dan virus Covid-19 ini segera berakhir dan pergi dari muka bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H