Sebagai generasi muda, yang menikah diumur 24 tahun yang rata-rata temanku bilang adalah umur yang pas ketika menemukan pasangan hidup. Walaupun, kembali lagi, yang namanya menetapkan pilihan untuk menikah, menemukan jodoh, adalah sebuah pilihan dan kembali lagi pada sebuah ketetapan dan jalan hidup ya.
Dan namanya perencanaan setelah menikah, banyak sekali dan kalo di breakdown kadang bikin pusing berujung kepada mumet yang dibuat-buat sendiri karena berkaca kepada kemampuan sendiri dan melupakan dari keterlibatan Allah. Padahal, manusia itu berencana dan Allah lah yang menentukan bagaimana jalan hidup kita yang sebenarnya.
Sama halnya dengan persoalan dengan menyempurnakan rukun Islam yang terakhir, rasanya tetap masih belum sepenuhnya menjadi muslimah yang kaffah ketika masih menanti-nanti persoalan haji. Mengingat biaya yang tidak sedikit, lalu mempersiapkan fisik dan jua mental yang juga tidak mudah dan juga tidak sulit karena kadang pemikiran kita saja yang membuatnya menjadi rumit.
Aku melihat keadaan ekonomi saat sebelum menikah, bersama-sama dengan keluarga itu rasanya ya cukup tidak mungkin untuk melakukan tabungan haji, sedangkan kedua orangtuaku saja masih belum bisa untuk menabung haji dan inginnya langsung yang tanpa waktu tunggu hingga 30 tahun itu. Ketika melihat kenyataan seperti itu di lapangan, aku tidak ingin mengambil banyak waktu yang sia-sia, karena usiaku sudah 25 ini artinya masih tergolong usia yang dini untuk tidak ada kata terlambat untuk menyegerakan menunaikan ibadah haji.
Alhamdulillah ketika aku menikah dan aku berdikusi dengan suamiku untuk menyegerakan menabung haji, aku disambut dengan sangat hangat dan kita sebagai pasangan muda, tidak ada kata terlambat dan merupakan sebuah movement terbaik dimana gempuran kondisi jaman yang semakin maju ini bisa jadi malah menjerumuskan kita berdua pada kehidupan yang tidak berkah.
Aku selalu percaya bahwa apa-apa yang kita lakukan saat ini ada korelasinya terhadap sebuah keputusan berupa menabung haji ini, karena sangat disadarkan dnegan kondisi keberangkatan yang tidak akan dengan mudah kalo kita memutuskan dalam waktu nanti dan nanti, bukan sekarang. Lagipula untuk menyederhanakan gaya hidup yang makin hedonisme ini.
Walaupun ada saja argumen ketidaksetujuan yang datang dari kedua orangtuaku terkait keputusan aku ini, mengingat namanya pasangan muda yang baru menikah, dalam menata financial dalam kehidupan rumah tangganya yang baru ini cukup struggle dan kuakui memang benar, namun tidak ada salahnya untuk menyegerakan toh aku selalu yakin sebegitu yakinnya akan selalu ada pertolongan Allah ketika kita menyegerakan apa yang Allah wajibkan.Â
Sebelum menentukan dimana aku akan menabung haji ini, tentu aku tidak ingin menjerumuskan diri aku pada sebuah hutang yang berujung pada sebuah riba dan itu dipakai untuk beribadah nantinya. Oleh sebab itu penting bagi kita mengetahui sebuah tabungan untuk calon jemaah haji ini dengan prinsip syariah yaitu bagi hasil dan memberikan kepastian juga porsi haji kita pada urutan keberapa nantinya ketika sudah mencukupi dalam standart yang dibutuhkan pada calon jamaah haji pada Sistem Komputerisasi Terpadu oleh Kementrian Agama RI.Â
Coba deh kalo dipikir-pikir dengan menyisihkan beberapa ratus ribu untuk masuk pada alokasi tabungan haji kita, sama saja kita mengurangi gaya hidup untuk membeli makanan atau minuman yang harganya mungkin bisa lebih dari tabungan haji kita itu. Yuk mari kita bersama-sama untuk mencari penyedia tabungan haji yang sudah terpercaya seperti Danamon Syariah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H