Mohon tunggu...
Rangga Agnibaya
Rangga Agnibaya Mohon Tunggu... -

Hidup berpikir

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

KPSI, Sekutu dan Agresi Militer Belanda

7 Januari 2012   00:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

“Lebih baik hencur lebur, dari pada dijajah kembali”

Kutipan di atas merupakan pekikan RM Soeryo, Gubernur Jawa Timur era revolusi kemerdekaan, ketika memberikan respon atas ultimatum tentara sekutu yang marah atas tewasnya pimpinan mereka; Mallaby. Terang saja Gubernur Soeryo menolak ultimatum sekutu yang memerintahkan agar semua rakyat Surabaya menyerah dan meletakkan semua persenjataan yang ada. Sekutu masuk ke Indonesia tepat beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan di Jakarta, dan di mata Gubernur Soeryo hal tersebut telah menginjak-injak kedaulatan RI. Namun, sekutu yang diboncengi Belanda tidak mau tahu, mereka membombardir kota Surabaya dari darat, laut dan udara, setelah mendapat jawaban rakyat Surabaya: Merdeka atau Mati!!!

Peristiwa Surabaya 45 di atas hanya awal dari rangkaian serangan-serangan Belanda yang selanjutnya terus menggempur Indonesia melalui Agresi Militer I dan II. Belanda merasa mereka masih berhak menjadi penguasa di wilayah yang mereka sebut dengan Hindia Belanda itu. Perilaku Belanda sebagai status quo saat itu justru memantik perlawanan sengit rakyat Indonesia.

Lantas apa kaitan antara Agresi militer yang digawangi oleh Belanda di atas dengan situasi persepakbolaan kita saat ini? Jawabnya mudah saja. Agresi militer yang dilakukan oleh Belanda pasca kemerdekaan RI merupakan satu bentuk ketakrelaan akan hilangnya kekuasaan yang bertahun-tahun ada digenggaman. Begitu juga dalam sepak bola kita, terdapat kelompok-kelompok yang merasa tidak rela kehilangan lahan kekuasaan yang telah berpuluh tahun menjadi wilayah beroperasi gembong mafianya, meskipun mereka sadar bahwa keberadaan mereka hanya menghasilkan kemuraman bagi sepak bola kita. Seperti halnya Belanda yang sadar hanya menjadikan Indonesia sebagai sapi perahan. Mereka terus-menerus melancarkan serangan-serangan yang membuat suasana kondusif sepak bola indonesia pasca revolusi menjadi kacau. Liga berjalan tersendat, timnas amburadul, dan lain sebagainya. Mirip situasi Indonesia saat agresi militer Belanda saat itu. Satu kata kunci yang dapat kita ambil: TIDAK RELA KEHILANGAN KEKUASAAN, MAKA SENJATA JADI JAWABAN!!! Jadi, kisanak dan nisanak bisa mengait-kaitkannya sendiri, siapa disimbolkan dengan apa.

Fakta menarik lainnya, kita dapat melihat betapa pengecutnya Belanda ketika membonceng sekutu untuk masuk kembali ke Indonesia. Entah untuk melindungi wajah bersih mereka agar tidak terlihat cemong oleh nafsu berkuasa, atau tidak percaya dengan kekuatan sendiri. MEREKA MENDOMPLENG SEKUTU!!! Lantas apa kaitan antara fakta tersebut dengan fenomena kisruh sepak bola kita? Jawabnya mudah juga. KPSI yang dikomandani oleh Jendral La Nyalla Mattalitti tak lebih seperti sekutu, sekedar kedok pemanis yang seolah bersifat legal dan konstitusional bagi wajah bejat nafsu berkuasa. Atau mungkin seperti sekutu yang berfungsi sebagai delman yang mengantar tuan-tuan gila kuasa yang ingin merengkuh kembali jajahannya yang sempat lepas. Kisanak dan nisanak juga dapat mengaitkannya sendiri, saya kira.

Maka, mari kisanak dan nisanak, kita lawan segala bentuk usaha merebut kemerdekaan SEPAK BOLA kita, dan bukannya malah menjadi kolaborator mereka. Bukan begitu KISANAK DAN NISANAK??!

Salam PAHGK!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun