Tahukah kamu bahwa teori matematika Teorema Pythagoras ini juga aplikatif loh di bidang seni dan musik.Â
Yap, konsep dasar teori ini berperan penting dalam menghasilkan berbagai interval musik yang sangat harmonis.Â
Jadi tak heran jika konsep rumus ini juga bisa diaplikasikan dalam bidang seni dan musik ya.Â
Yuk, simak bagaimana konsep teori teorema Pythagoras ini dalam seni dan musik.Â
Teorema Pythagoras dalam Seni dan Musik
Konsep Teori Teorema Pythagoras, yang terkenal dalam matematika, juga memiliki aplikasi menarik dalam seni dan musik.Â
Konsep dasar teori ini adalah kuadrat dari panjang sisi miring segitiga siku-siku (hipotenusa) adalah sama dengan jumlah kuadrat dari panjang sisi-sisi yang lainnya.Â
Secara matematis, teorema ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam sebuah segitiga siku-siku dengan panjang sisi a, b, dan c (dengan c sebagai hipotenusa), teorema Pythagoras dapat ditulis sebagai:
c2= a2+ b2
Penerapan Teorema Pythagoras dalam Seni:
1. Proporsi dalam Seni
Konsep teorema Pythagoras sering digunakan dalam seni untuk menciptakan proporsi visual yang menyenangkan mata.
Misalnya, dalam seni lukis dan arsitektur, rasio sisi-sisi dalam suatu gambar atau bangunan sering kali dibuat sesuai dengan bilangan bulat atau fraksi yang mengikuti aturan Pythagoras.
Proporsi yang menyenangkan estetika seringkali dipandang sebagai lebih indah atau lebih menarik bagi mata manusia.
2. Penciptaan Pola Geometris
Seniman sering menggunakan teorema Pythagoras untuk menciptakan pola geometris yang menarik dan teratur.Â
Dengan menggunakan sisi-sisi segitiga siku-siku sebagai dasar, seniman dapat menghasilkan pola-pola yang simetris dan harmonis, menggabungkan berbagai bentuk geometris dengan proporsi yang tepat.
3. Penerapan Teorema Pythagoras dalam Musik
Teorema Pythagoras memiliki aplikasi dalam teori musik. Dalam sistem nada yang sering digunakan, seperti skala diatonis mayor atau minor, proporsi frekuensi antara nada-nada adalah proporsi bilangan bulat yang berhubungan dengan aturan Pythagoras.
Dalam sistem intonasi yang lebih tua, seperti intonasi pitagoras, perbandingan frekuensi antara dua nada tertentu akan berdasarkan bilangan bulat kecil.Â
Misalnya, perbandingan frekuensi antara oktaf C dengan G adalah 2:3, antara G dengan D adalah 2:3, dan seterusnya. Ini menunjukkan bagaimana teorema Pythagoras berperan dalam memahami hubungan frekuensi antara nada-nada dalam skala musik tertentu.
Teori Pythagoras ini memberi dasar matematis untuk hubungan frekuensi antara nada-nada dalam berbagai skala musik.Â
Misalnya, dalam sistem musik Barat, teori Pythagoras digunakan dalam menghasilkan interval musik seperti oktaf, kuart, kuint, dan lain-lain.
Oktaf ini adalah interval yang sangat mendasar dalam musik. Dalam satu oktaf, frekuensi suatu nada menjadi dua kali lipat dari frekuensi nada yang lebih rendah.Â
Misalnya, jika suatu nada memiliki frekuensi 220 Hz, maka oktaf di atasnya akan memiliki frekuensi 440 Hz.
Maka prakteknya untuk membentuk oktaf di atas suatu nada, hanya perlu menggandakan frekuensinya.Â
Misalnya, jika memiliki sebuah nada dengan frekuensi 100 Hz, untuk mendapatkan oktaf di atasnya, tinggal menggandakan frekuensi tersebut menjadi 200 Hz.Â
Itu adalah contoh praktek sederhana dari teori Pythagoras dalam membentuk oktaf.
Sedangkan pada interval kwart yang juga merupakan interval musik terbentuk antara dua nada dengan perbedaan empat not dalam skala musik. Dalam konteks teori Pythagoras, interval kuart terbentuk oleh rasio frekuensi 3:4.
Pada Interval kuint terbentuk antara dua nada dengan perbedaan lima not dalam skala musik. Dalam teori Pythagoras, interval kuint terbentuk oleh rasio frekuensi 2:3.
Nah, teori Pythagoras ini sangat membantu dalam memahami hubungan matematis antara berbagai interval musik dan mengapa beberapa kombinasi suara terdengar harmonis.
Penggunaan teori Pythagoras dalam musik juga memungkinkan para musikus dan komposer untuk menciptakan karya-karya terbaik dan memiliki harmoni yang menyenangkan.
4. Konstruksi Alat Musik
Penerapan teorema Pythagoras dapat ditemukan dalam pembuatan alat musik tertentu. Contohnya adalah pembuatan alat musik seperti alat musik tiup (misalnya seruling) atau alat musik dawai (misalnya gitar).
Alat musik ini memanfaatkan proporsi panjang sisi-sisi untuk menghasilkan frekuensi yang diinginkan untuk menciptakan nada-nada tertentu.
Kesimpulannya, Teorema Pythagoras memiliki aplikasi yang menarik dalam seni dan musik. Dalam seni, teorema ini dapat digunakan untuk menciptakan proporsi visual yang menyenangkan mata dan menciptakan pola geometris yang menarik.Â
Dalam musik, teorema Pythagoras digunakan dalam sistem intonasi dan konstruksi alat musik untuk menciptakan nada-nada yang harmonis dan sesuai dengan standar musikal tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H