Kalau kamu pernah membaca buku primbon, maka kamu akan mengetahui kalau primbon berisikan kumpulan dari informasi yang berhubungan dengan ramalan, pertanda baik maupun pertanda buruk, firasat, dan segala tanda alam yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Primbon disusun berdasarkan pada gejala alam yang pernah dialami oleh para leluhur sebelumnya, hal ini bisa dijadikan sebagai pedoman atau pelajaran untuk bisa berhati-hati dalam mengambil tindakan pada waktu-waktu tertentu.
Sebagian besar primbon berisi tentang perhitungan, ramalan Nasib, perkiraan, ramalan watak manusia, dan sebagainya.Â
Perhitungan ini biasanya menggunakan suatu cara khusus yang diyakini oleh para masyarakat Jawa sesuai dengan apa yang diajarkan para leluhur sebelumnya.
Sampai saat ini, perhitungan mengenai penentuan hari baik masih sering digunakan oleh masyarakat Jawa.Â
Misalnya saja, menghitung tanggal baik untuk melakukan sebuah hajat, dengan menghitung primbon, maka diharapkan hajat tersebut bisa berjalan dengan lancar.
3. Hari Pasaran Jawa
Orang Jawa mempunyai siklus pasar yang bersifat harian ataupun mingguan. Hari pasaran Jaw aini disebut juga dengan dino pasaran, yang terdiri dari kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Nah, kelima hari pasaran itu juga disebut dengan siklus pekan pancawara.
Untuk di wilayah pedesaan, kita masih bisa menjumpai orang yang menyebut nama hari dengan sebutan ahad, senen, seloso, rebo, kemis, jumat, dan sabtu.Â
Nah, pada saat yang sama, mereka juga menyertakan hari pasaran dari nama hari yang mereka sebutkan itu. Misalnya saja senen pon, seloso kliwo rebo legi, dan seterusnya lagi.
Karena jumlah hari yang ada di kalender Islam terdiri dari tujuh hari, sedangkan pada hari pasaran Jawa hanya ada lima, maka masing-masing hari berganti pasangannya di setiap minggunya.
Pada hari-hari pasaran tersebut, masyarakat Jawab isa mengetahui pasar mana yang sangat ramai pada hari itu.