Sudahkah kamu mendengar dengan lengkap kisah Nabi Nuh? Atau kisah tentang mukjizat yang diberikan kepada Nabi Nuh AS? Salah satu mukjizat yang paling terkenalnya ialah dalam membuat bahtera atau perahu yang besar. Mukjizat tersebut tentu saja terjadi atas izin Allah SWT.
Dari kisah Nabi Nuh tentang mukjizatnya itu, kita dapat mengambil nilai kesabaran serta ketabahannya yang sangat luar biasa dalam menjalankan tugasnya untuk menyeru kepada umat untuk beriman kepada Allah SWT. Atas dasar kesabaran dan ketabahannya itulah menjadikan Nabi Nuh termasuk ke dalam golongan Ulul Azmi.
Mengenal Nabi NuhÂ
Nabi Nuh AS adalah putra dari Lamik bin Matta Syalih bin Idris. Apabila dilihat dari silsilah keturunan sampai Nabi Adam, nama Nabi Nuh adalah Nuh bin Lamik bin Mutawasysyilakh bin Khanukh (Nabi Idris) bin Yazid bin Malayil bin Qanin bin Anusy bin Syits bin Adam AS.
Nabi Nuh adalah Nabi ke 3 setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Disebutkan di dalam kitab Ibnu Katsir tentang kisah para Nabi, bahwa Nabi Nuh merupakan keturunan dari Nabi Adam yang ke 9.
Di dalam Al-Quran terdapat firman Allah yang menyebutkan bahwa Nabi Nuh hidup selama 950 tahun. Disebutkan di dalam surat al-Ankabut ayat 14 yang artinya:
"Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim."Â
Kisah Nabi Nuh Mengenai Mukjizatnya
Banyak sekali kisah Nabi Nuh yang bisa diceritakan. Namun, kisahnya yang paling populer adalah membuat bahtera atau sebuah perahu yang sangat besar yang mampu menampung seluruh makhluk hidup supaya bisa selamat dari bencana banjir besar.
Perahu besar yang dibuat oleh Nabi Nuh adalah salah satu mukjizat yang dianugerahi oleh Allah SWT kepada Nabi Nuh. Sampai saat ini, puing-puing perahunya pun masih menjadi misteri dan terus menarik perhatian bagi para sejarawan dan para ahli untuk mereka teliti.
Dalam menghadapi kaumnya yang durhaka, Nabi Nuh akhirnya berdoa dan meminta Allah untuk segera menurunkan azab kepada kaumnya yang melakukan pembangkangan dan maksiat. Hal ini disebutkan di dalam al-quran, surat Asy-Syu'ara ayat 117-118, yang artinya: