[caption caption="Novel Arek Bumi Moro"][/caption]Hree Dharma Shanty adalah semboyan Akademi Angkatan Laut dalam menggeladi para kadet semasa menempuh pendidikan. Semboyan itu berarti “Embarrassed for Doing The Defects” atau “Malu Berbuat Cela”. Semboyan itulah yang selalu dihidupi Sindhu dalam menjalani hidupnya sebagai seorang perwira AL semenjak saat dia menjadi “Timbul” atau kadet yang mengalami perploncoan saat pertama kali masuk Akademi Angkatan Laut di Morokrembangan, yang biasa disebut Bumi Moro, hingga menjadi perwira tinggi Angkatan Laut.
Dalam novel Arek Bumi Moro, pembaca akan ikut merasakan kehidupan yang keras dan penuh kedisiplinan dalam lingkungan Angkatan Laut, yang diceritakan secara mendetail dan indah oleh I Nyoman Suharta, penulis buku ini. Di balik kerasnya kehidupan ala militer, para kadet dan perwira AL memiliki pedoman hidup dan ketangguhan untuk menjalani hidup mengikuti semboyan Tree Dharma Shanti.
Selain itu, membaca buku ini, akan menimbulkan rasa cinta pada tanah air pada diri kita, karena membaca berbagai perjuangan yang telah dilakukan para perwira AL, dalam hal ini diwakili oleh Sindhu, dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Selain mengetahui kehidupan ala militer yang masih awam bagi orang kebanyakan, pembaca juga disodori oleh kehidupan Shindu sendiri yang penuh romantika. Pertemuannya dengan beberapa wanita dalam hidupnya, godaan yang membuatnya nyaris keluar dari Jalan Hree Dharma Shanti.
Buku ini terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama mengisahkan perjalanan hidup seorang pemuda Indonesia bernama Sindhu yang lahir pada tahun 1941, pada zaman perang untuk merebut kemerdekaan. Para pemuda di zaman ini melihat sendiri ayah, paman, atau kakak mereka berperang, bahkan tewas. Karena itu sifat atau watak dan proses pendewasaan sikap mental para pemuda itu, termasuk Sindhu, terbentuk dan tergeladi oleh gegap gempita suasana revolusi. Pengaruh pendidikan formal dan nonformal dalam organisasi kepanduan turut mewarnai kepribadian Sindhu. Bagian kedua menceritakan kehidupan Sindhu saat menjadi kadet Akademi Angkatan Laut di Morokrembangan, atau disebut Bumi Moro, pada masa antara tahun 1959 dan 1962. Bagian ketiga dan keempat menceritakan ragam pengalaman ketika Sindhu bertugas sebagai perwira muda di kapal dan setelah menduduki jabatan lebih tinggi di darat. Kisah-kisahnya dilatarbelakangi oleh perjuangan Trikora, Perjuangan Dwikora, juga peristiwa bersejarah 30 September 1965 dan runtuhnya kekuasaan Presiden Soekarno.
Apakah Anda penasaran akan seluk beluk kehidupan militer, terutama Angkatan Laut di masa lampau? Dengan membaca buku ini dapat menjawab rasa penasaran anda. Anda bisa mendapatkan buku novel ini www.gramedia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H