Alkisah di dunia jianghu/kang aw/dunia persilatan, ada seorang pendekar, postur tinggi, wajah ganteng, berkungfu tinggi dan berjiwa ksatria kuat, sering melawan yang kuat, menolong yang lemah, disukai gadis dan disegani lawan.
pada suatu hari, ketika sedang mengelana, tiba-tiba turun hujan, pendekar pun mulai berlari, bergegas mencari tempat berteduh. tak berapa lama berlari, terlihat di depan terdapat sebuah kelenteng kecil yang bobrok, dan pendekar pun berteduh di dalamnya.
hari menjelang malam, hujan tetap belum berhenti, malah semakin lebat, dari jauh terlihat sebuah sosok mendekat di tengah hujan, pendekar pun berantisipasi, bersiap dengan pedangnya apabila merupakan sosok berbahaya. sosok tersebut menerobos masuk, ternyata adalah seorang gadis.
gadis tersebut bertubuh mungil, berparas cantik, rambut panjang dengan bola mata bulat, besar dan menawan. gadis terkejut melihat pendekar, tidak menyangka ada orang di kelenteng bobrok, pendekar pun mengesampingkan pedangnya dan memberi salam, “hujan masih lebat, silakan nona masuk menghangatkan badan, saya sudah membuat api unggun.” gadis tersenyum, menambah kecantikannya, menjawab, “terima kasih, tuan pendekar, maaf mengganggu.” sambil menunggu hujan reda, mereka pun saling berbincang, mulai dari asal-usul masing-masing, tujuan, sampai makanan kesukaan. masing-masing merasa beruntung, karena ada yang menemani di saat menunggu redanya hujan.
malam semakin larut, hujan masih berlanjut, bahkan mulai bergerumuh, pendekar pun berkata, kayaknya malam ini hujan tidak akan berhenti, nona sebaiknya istirahat, besok baru melanjutkan perjalanan.” gadis tiba-tiba terkejut, sambil berpikir, gawat, di sini hanya kita berdua, kalau sampai terjadi apa-apa...dengan wajah curiga dia melirik pendekar, kemudian dengan wajah tegas dia berhadapan dengannya.
“kamu adalah pendekar yang memegang janji di atas segalanya?”
“nona terlalu memuji.”
“di sini hanya kita berdua, kalau kita istirahat, kamu berjanji tidak akan melakukan apa-apa?”
“aku seorang pendekar.”
“sumpah?”
“sumpah.”
“kalau kamu berani macam-macam, maka kamu adalah…..binatang!”
“jelas.”
“baiklah kalau gitu, aku tidur dulu.”
“silakan, nona.”
biarpun begitu, gadis masih tetap saja merasa deg-degan, sepanjang malam pun susah tidur, tapi sesuai janji pendekar tidak bertindak apapun.
***
pagi tiba, hujan sudah reda, gadis terbangun oleh matahari yang menyinari matanya, pendekar duduk di sampingnya dan menyapa, “selamat pagi.”
gadis langsung duduk tegak menghadap pendekar, tanpa pikir panjang tangan diangkat, ditamparlah pendekar tersebut, dengan wajah marah berkata, “ternyata kamu benar-benar tidak melakukan apa-apa, kamu ini memang lebih rendah daripada binatang! dasar pendekar tolol!”
dan gadis pun langsung keluar dari kelenteng, meninggalkan pendekar yang masih bengong memikirkan apa yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H