hanya ada satu sebab atas insiden pengambilan paksa memori wartawan...yaitu polisi takut aksi-aksi pemukulan mereka tersiar di media...
logikanya apabila polisi emang bertindak sesuai prosedur, mengapa harus takut direkam wartawan? apabila aksi mereka tidak memalukan mengapa mereka harus merebut hak milik orang lain?
logika yang sangat sederhana, seseorang yang tidak punya aib yang ingin ditutupi tidak akan takut aibnya diketahui orang, tetapi aksi merebut memori tsb secara tidak langsung membuktikan mereka sadar aksi mereka melampaui batas, dan di tengah emosi menggebu-gebu 2 pihak, polisi tidak berpikir panjang lagi berusaha merebut bukti rekaman yang berisi aksi "memalukan" mereka itu, tentu saja dengan harapan tidk sampai tersiar di media.
tapi apa daya namanya juga tidak berpikir panjang, aksi berusaha menutup-nutupi aib secara berlebihan itu justru berbalik membuktikan memang adanya ketidakberesan polisi yang tidak mau diketahui media sampai-sampai merebut bukti rekaman.
polisi, yang pada saat itu tugasnya menjaga ketertiban, mencegah kekacauan, biarpun akhirnya terjadi kekacauan juga, polisi juga tetap tidak punya hak dan tidak punya wewenang merebut milik orang lain, kcuali barang yang berpotensi mnjadi senjata. dan jangankan milik wartawan, atau bahkan wartawan gadungan, atau bahkan milik pengemis jalanan pun polisi tidak punya hak merebutnya. tapi sekarang merebut memori milik wartawan, apa alasan polisi? memorinya rawan jadi senjata tajam mungkin?
memang tipikal banget mental polisi indo, sukanya emosi trus gak mikir panjang, mau menutupi aib tapi malah menunjukkan adanya aib, menunjukkan juga mental selama belasan tahun sejak reformasi tidak ada sdikitpun kemajuan, ckckck, polisi, kapan seh baru belajar pintar...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H