Mohon tunggu...
Graciella Yemima
Graciella Yemima Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pelestarian Kain Sasirangan Seiring Perkembangan Zaman yang Semakin Canggih

27 Februari 2024   09:34 Diperbarui: 27 Februari 2024   09:48 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


                       Graciella Yemima Silalahi

         12 IPS 1, SMAN 3 Kabupaten Tangerang

          Indonesia sebagai negara plural, memiliki keanekaragaman budaya sebagai hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakatnya. Keanekaragaman budaya tersebut adalah suatu kearifan lokal (local wisdom). Kearifan lokal merupakan ciri khas budaya suatu daerah. Kearifan lokal bisa berupa ide atau kegiatan yang mencakup cara berinteraksi dengan manusia lain, manusia dan lingkungan, dan manusia dengan sistem kepercayaannya. Maksudnya Kearifan lokal merupakan tata nilai kehidupan yang terwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya yang berbentuk religi, budaya ataupun adat istiadat yang umumnya dalam bentuk lisan dalam suatu bentuk sistem sosial suatu masyarakat. Keberadaan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses adaptasi turun menurun dalam periode waktu yang sangat lama terhadap suatu lingkungan yang biasanya didiami ataupun lingkungan dimana sering terjadi interaksi di dalamnya. Ini berarti bahwa kearifan lokal merupakan bagian dari budaya yang terdapat pada suatu daerah. Meskipun bernilai budaya lokal tetapi nilai yang terkandung di dalam kearifan lokal dianggap sangat universal atau berlaku secara luas. Jadi, walaupun kearifan lokal hanya dilaksanakan oleh masyarakat dalam lingkup asal kearifan lokal muncul tetapi nilai yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut dapat digunakan secara umum.

          Kalimantan Selatan sebagai bagian dari Indonesia, juga memiliki beragam suku bangsa, agama, kepercayaan, budaya dan adat istiadat yang bisa saja berbeda satu tempat dengan lainnya, sehingga pasti ada banyak beragam kearifan lokal yang dimiliki. Salah satu kearifan lokal pada masyarakat banjar yaitu kain sasirangan. Kain sasirangan merupakan kain khas suku banjar di Kalimantan Selatan yang diwariskan secara turun temurun. Kain sasirangan ini adalah hasil kerajinan tangan masyarakat banjar yang sudah ada sejak dahulu hingga sekarang. Kain sasirangan biasanya digunakan oleh masyarakat suku banjar dalam berbagai kegiatan seperti acara pernikahan, upacara adat dan masih banyak lagi.

          Kain sasirangan merupakan hasil kerajinan tangan yang terkenal di Banjarmasin. Kain sasirangan sekarang digunakan sebagai pakaian adat yang biasanya dipakai ketika ada upacara-upacara adat. Sedangkan pada awalnya kain sasirangan di gunakan untuk kesembuhan bagi orang-orang yang tertimpa suatu penyakit yang disebut dengan istilah (pamintaan). Istilah pamintan ini adalah singkatan dari parmintan (permintaan), maksudnya adalah selembar kain putih yang diberi warna tertentu dengan motif tertentu pula atas permintaan seseorang yang berobat kepada seorang pengrajin kain pamintan.

          Menurut (Seman 2007), Kain pamintan tersebut berfungsi sebagai sarana pengobatan atas petunjuk seorang tabib sebelumnya. Berbagai macam penyakit contohnya sakit perut, sakit kepala, bisul, demam, bahkan sampai penyakit sakit jiwa serta yang disebabkan oleh gangguan makhluk halus. Pengobatan yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah ini disebut oleh masyarakat dengan nama “Batatamba” dengan mempergunakan kain pamintan, yang dipakaikan secara berkala. Dalam proses pengetahuan, nasehat tabib, proses pembuatan kain pamintan serta pemakaian sebagai terapi, dilaksanakan agak tertutup, artinya tidak terbuka untuk umum. Begitulah adanya kain pamintan yang dikenal di Kalimantan Selatan sejak abad XVI. Jadi kain sasirangan ini digunakan masyarakat banjar sebagai alternatif pengobatan yang dulu nya dipercaya dapat memberi kesembuhan bagi yang sakit. Namun seiring berkembangnya teknologi, akhirnya kepercayaan terhadap kain sasirangan sebagai alternatif pengobatan tersebut mulai hilang, akan tetapi kain sasirangan tetap dilestarikan dengan kebutuhan yang berbeda yaitu digunakan sebagai pakaian untuk upacara- upacara adat dan pernikahan pada masyarakat banjar.

          Keberadaan suatu Kearifan Lokal di tengah masyarakat tidak hanya memberikan dampak sebagai ciri khas daerah nya, akan tetapi juga bisa menjadi suatu yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut, seperti hal nya kain sasirangan pada masyarakat Banjar. Proses produksi kain sasirangan ini menjadi potensi untuk usaha kecil menengah (UKM). Wujud nyatanya dilihat dari terbentuknya Kampung Sasirangan di Banjarmasin. Kampung Sasirangan sendiri selain sebagai pusat pembuatan kain sasirangan juga sebagai tempat wisata baik dari lokal ataupun mancanegara. Hal ini karena Industri di Indonesia dapat dimulai dari potensi setiap daerah, seperti identitas daerah. Banjarmasin kemudian memanfaatkan hal tersebut melalui salah satu kearifan lokal nya yaitu Sasirangan.

          Di sisi lain, telah terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pergeseran sistem nilai ini sangat tampak dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, seperti penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial, musyawarah mufakat, kekeluargaan, sopan santun, kejujuran, rasa malu, dan cinta tanah air dirasakan semakin memudar. Oleh karena itulah agar kearifan lokal masyarakat banjar ini tidak hilang maka pemerintah dan masyarakat melestarikannya dengan membuat Kampung Sasirangan dan produksi kain sasirangan oleh UKM-UKM. Dan tentunya hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan warisan budaya dari nenek moyang agar tidak punah seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih.

          Kain sasirangan merupakan hasil kerajinan tangan yang terkenal di Banjarmasin. Kain sasirangan sekarang digunakan sebagai pakaian adat yang biasanya dipakai ketika ada upacara-upacara adat. Sedangkan pada awalnya kain sasirangan di gunakan untuk kesembuhan bagi orang-orang yang tertimpa suatu penyakit yang disebut dengan istilah (pamintaan).Keberadaan suatu Kearifan Lokal di tengah masyarakat tidak hanya memberikan dampak sebagai ciri khas daerah nya, akan tetapi juga bisa menjadi suatu yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut, seperti hal nya kain sasirangan pada masyarakat Banjar. Proses produksi kain sasirangan ini menjadi potensi untuk usaha kecil menengah (UKM).Wujud nyatanya dilihat dari terbentuknya Kampung sasirangan di Banjarmasin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun