Mohon tunggu...
Graciella Budiprajitno
Graciella Budiprajitno Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Limited Screen Time untuk Film Indonesia karena Apa?

6 November 2020   14:56 Diperbarui: 6 November 2020   15:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari https://www.marvel.com/movies/avengers-endgame

Pernahkah Anda melihat film-film berjudul "Avengers", "Cars", "Iron Man" dan "Up"? Apabila Anda pernah menonton film-film tersebut, Anda pasti mengetahui nama Marvel Studios dan Pixar. 

Kedua perusahaan pembuatan film ini memiliki tema film yang berbeda. Film-film yang dibuat oleh Marvel Entertainment bertemakan superhero dan action. Sedangkan, Pixar banyak memproduksi film-film kartun dengan alur cerita yang beragam dan cocok untuk ditonton semua kalangan usia. 

Jika dilihat dari jenis film yang disuguhkan, film-film dari kedua perusahaan produksi ini terlihat sangatlah berbeda. Namun, ternyata Marvel dan Pixar memiliki kesamaan yaitu sama-sama diakusisi oleh Disney yang merupakan perusahaan konglomerat terbesar di dunia dalam bidang media. 

Disney mengakuisisi Pixar pada tahun 2006 dan Marvel Entertainment pada 2009. (Wicaksono, 2017). Tidak heran, kita dapat dengan mudah melihat film-film Disney dalam bioskop karena power yang dimiliki Disney sangatlah besar.

Diambil dari https://www.brandsoftheworld.com/logo/disney-6
Diambil dari https://www.brandsoftheworld.com/logo/disney-6

Kebanyakan dari film-film yang diproduksi Disney laku keras dipasaran. Hal ini membuat bioskop-bioskop di Indonesia selalu memberi slot dan jumlah layar yang sangat besar pada film-film tersebut. Lalu, bagaimana dampaknya terhadap film Indonesia? Dilansir dari Kompas.com, masalah utama dari sedikitnya peminat film lokal adalah karena jumlah layar yang terbatas. (Clinten&Nistanto, 20190. 

Limited screen time ini menjadi salah satu dampak negatif dari konglomerasi media Amerika. Banyak masyarakat Indonesia yang masih menganggap film-film garapan Disney lebih menarik untuk ditonton daripada produksi dalam negri. Tentunya hal ini sangatlah memprihatinkan karena seharusnya suporter utama dari film produksi Indonesia adalah masyarakat Indonesia sendiri. Ketertarikan masyarakatlah yang seharusnya membuat film-film Indonesia dapat lebih berkembang. 

Konglomerasi media oleh Disney memang membuat banyak perusahaan media di Amerika menjadi lebih ter-support, namun bisa jadi menenggelamkan film produksi Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari kita semua untuk mengembangkan film-film dalam negri. #komglob09

Wicaksono, B. (2017, 23 Juli). 13 Perusahaan yang kamu gak tahu dimiliki oleh Disney. Idntimes.com. Diakses dari IDN Times

Clinten, B & Nistanto, R. (2019, 26 September). GoJek Beberkan Alasan Film Indonesia Sedikit Penonton. Kompas.com. Diakses dari Kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun