Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan tidak akan dapat tercipta tanpa ada manusia yang ingin mengembangkan dan melestarikannya. Budaya tidak akan dapat berkembang tanpa ada campur tangan dari manusia itu sendiri. Manusia telah menjadi aspek yang sangat mempengaruhi dalam perkembangan kebudayaan tersebut dan setiap manusia juga memiliki cara tersendiri untuk mengembangkan kebudayaan tersebut, tetapi tidak hanya satu individu saja yang dapat melakukan hal tersebut harus dibantu oleh lingkungan yang ada disekitarnya seperti masyarakat yang berada sekitar lingkungannya. Seluruh aspek yang menjadi bagian dari masyarakat tersebut harus dapat bekerja sama, bahu membahu untuk mengembangkan budaya tersebutÂ
Keberagaman suku telah menjadi aspek yang tidak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia, sejak dulu masyarakat Indonesia sudah terbiasa hidup di lingkungan yang diisi oleh berbagai suku dan kebudayaan. Setiap suku di Indonesia pasti memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda salah satunya adalah suku Batak Toba. Tetapi sebelumnya, artiekel ini ditulis  guna melihat sudah mulai berkurangnya pengetahuan generasi suku Batak Toba terhadap kebudayaan sukunya sendiri dan semoga dengan adanya artikel ini para generasi suku Batak Toba sudah mulai bisa mempelajari dan kembali melestarikan budaya yang ada pada sukunya tersebut dan fokus dari penelitian ini adalah upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat suku batak toba dalam melestarikan civic culture.
Sejarah penggunaan istilah "Batak" untuk penamaan suatu suku belum diketahui secara jelas hingga sekarang. Banyak pertanyaan yang muncul terkait hal ini, seperti apakah suku batak ini, apakah merupakan kelompok imigran yang datang ke Nusantara dan mereka sudah memiliki nama tersebut atau mereka menggunakannya setelah mereka sampa ke Nusantara. Ada pendapat yang mengatakan istilah "Batak" berasal dari kata "bataha" yaitu nama sebuah negeri di Burma atau yang sekarang disebut dengan  Negara Myanmar, kemudian kelompok tersebut bergerak  ke arah nusantara dan kata "bataha" tersebut berganti menjadi "Batak" (Sihombing, 2018). Menurut mitologi Batak, asal mula suku Batak berasal dari sebuah gunung yang berada di Pulau Samosir, Sumatera Utara yaitu Pusuk Buhit. Menurut sejarah di tempat inilah pertama sekali seorang Si Raja Batak berdiam dan kemudian berketurunan dan generasi merekalah yang masih ada sampai sekarang. Pada awalnya suku Batak tersebut hanya ada satu tetapi seiring dengan perkembangannya beberapa bagian mulai memisahkan diri yang kemudian menjadi etnis suku yang berbeda yaitu Batak Toba, Batak Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing, dan Pakpak Dairi. Pada kesempatan kali ini saya tidak membahas semua etnis suku tersebut tetapi hanya membahas satu etnis yaitu suku Batak Toba.
Suku Batak Toba adalah suku yang awalnya berdiam di daerah Sumatera Utara tepatnya Tapanuli, tetapi seiring dengan perkembangan yang ada, suku Batak Toba telah mengisi hampir seluruh wilayah nusantara. Suku Batak merupakan suku yang memiliki kekayaan budaya yang lengkap dalam mengatur kehidupan. Dalihan Natolu merupakan salah satu budaya yang harus tetap dilestarikan oleh generasi batak karena dalihan natolu ini merupakan dasar falsafah yang selalu dijunjung oleh orang batak dalam setiap perilaku terutama adat. Filsafah ini mengajarkan kepada siapa kita harus hormat, posisi kita dalam suatu lingkaran adat dan apa panggilan yang kita sebut kepada seseorang, (Sihombing, 2018)
Sungguh banyak kebudayaan yang dimiliki suku Batak Toba yang masih harus tetap dilestarikan yang pertama  adalah kain tenun khas batak atau yang disebut dengan ulos. Ulos adalah kain tenun khas batak yang berbentuk selendang yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orangtua dengan anaknya atau antar sesorang dengan yang lainnya, pada awalnya ulos memilki 3 kegunaan yaitu sebagai penghangat badan, penghangat jiwa, dan sebagai keperluan adat, tetapi seiring dengan perkembangan zaman banyak orang-orang kreatif batak yang memanfaatkan kegunaan yang lain. Ulos akan memberikan banyak pengaruh terhadap kelestarian budaya suku Batak Toba dan ini merupakan suatu nilai yang tidak boleh ditinggalkan karen ulos juga merupakan cerminan dari Suku Batak Toba sendiri(Panjaitan and Sundawa, 2016). Berikutnya ada rumat adat batak atau disebut dengan Jabu Bolon. Bagunan ini adalah salah satu peninggalan tradisi suku Batak Toba yang hingga kini masih banyak meninggalkan nilai-nilai dan keindahan tersendiri dan menurut kebudayaan yang muncul di kalangan masyarakat batak toba rumah ini memiliki tiga bagian yang mencerminkan dunia atau dimensi yang berbeda-beda. Bagian pertama yaitu atap rumah yang diyakini mencermikan dunia para leluhur, bagian kedua yaitu lantai rumah yaitu sebagai tempat tinggal manusia, dan bagian yang terakhir adalah bagian bawah rumah atau disebut bara ni jabu yang diyakini sebagai tempat orang-orang yang telah meninggal, dan masih banyak kebudayaan lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H