Biodiversitas, Pemanfaatan, dan Potensi
    Salah satu daerah yang berpotensi di Sumatera Utara dalam pemanfaatan ikan teri nasi adalah Perairan Kabupaten Labuhanbatu, yang terletak di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Wilayah ini memiliki luas 2.561,38 km2 yang berhadapan dengan Selat Malaka. Di sini terdapat dua DAS (Daerah Aliran Sungai), yaitu DAS Barumun dan DAS Bilah, yang menjadikan daerah ini memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar (Nasution et al., 2018). Ikan teri nasi atau yang lebih dikenal dengan ikan teri Medan merupakan salah satu hasil tangkapan unggulan Kabupaten Labuhanbatu yang sudah terkenal hingga ke luar pulau Sumatera Utara (Siregar, 2018). Ikan teri nasi yang merupakan jenis ikan pelagis kecil, telah lama dikenal oleh masyarakat di Indonesia sebagai lauk untuk makanan sehari-hari. Ikan ini, memiliki karakteristik dengan ukuran tubuh yang kecil, berbentuk silindris, berkepala pendek, berwarna putih, serta memiliki keunggulan karena seluruh tubuhnya termasuk tulangnya dapat dikonsumsi sehingga ikan teri nasi merupakan salah satu sumber kalsium, sehingga ikan teri nasi baik untuk kesehatan tulang, gigi, dan dapat mencegah osteoporosis. Oleh sebab itu, karena ikan teri ini memiliki tubuh yang kecil sehingga ikan ini mudah untuk dikonsumsi oleh semua usia (Haq et al., 2021).
    Ikan teri nasi sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia dan menjadi komoditas perikanan yang potensial karena mudah diperoleh, memiliki nilai ekonomis tinggi, kaya akan nutrisi, dan dapat diolah baik dalam bentuk kering maupun segar. Hal ini membuat ikan teri nasi memiliki nilai yang tinggi dalam industri di Indonesia (Haq et al., 2021). Selain itu, ikan teri nasi adalah salah satu komoditas perikanan penting yang bernilai ekonomi tinggi di Indonesia karena dipasarkan secara domestik maupun sebagai produk ekspor. Harga jual ikan teri nasi umumnya lebih tinggi dibandingkan jenis ikan teri lainnya karena ketersediaan dan harga jual ikan teri nasi dipengaruhi oleh fluktuasi hasil tangkapan serta panjang pendeknya jalur distribusi hasil tangkapan, di mana hasil tangkapan ikan teri nasi dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca, umumnya pada musim panas antara bulan April sampai Oktober jumlah tangkapan ikan teri nasi meningkat, tetapi saat musim hujan yang disertai angin kencang dari November hingga Maret hasil tangkapan akan menurun (Fahmi et al., 2023; Rahayu et al., 2017). Meskipun memiliki harga yang relatif tinggi, hal ini tidak mengurangi daya tariknya karena ikan teri nasi tetap menjadi bagian ciri khas kuliner dari Sumatera Utara. Sebagai komoditas ekonomi penting, ikan teri ini berkontribusi dalam menambah devisa negara melalui kegiatan ekspor ke negara-negara di asia timur seperti jepang dan Taiwan, serta menciptakan lapangan pekerjaan yang mendukung peningkatan pendapatan nelayan dan masyarakat lokal, juga berperan dalam perbaikan pangan dan gizi melalui pangan fungsional.
Permasalahan dan Solusi
    Produksi ikan teri nasi di Perairan Kabupaten Labuhanbatu mengalami penurunan rata-rata sekitar 10% per tahun. Hal ini disebabkan oleh maraknya penangkapan ikan yang berlebihan sehingga terjadi overfishing, di mana nelayan kecil mendominasi area pantai dengan menggunakan alat tangkap sederhana, sedangkan di wilayah laut didominasi oleh nelayan yang memakai ukuran kapal besar dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti peakboat atau pukat teri. Alat tangkap ini membuat wilayah perairan menjadi padat alat tangkap. Selain itu, penggunaan peakboat atau pukat teri tidak ramah lingkungan karena ukuran jaringnya yang kecil, sehingga menangkap semua ikan yang dilewati, termasuk ikan muda. Hal ini menyebabkan growth overfishing (penangkapan ikan yang didominasi oleh ikan yang masih muda) di mana ikan teri nasi yang belum sempat bereproduksi banyak tertengkap, sehingga berisiko terhadap populasi ikan yang menuju kepunahan. Operasi alat tangkap ini juga menyentuh dasar perairan yang dapat merusak ekosistem terumbu karang dan mengganggu stabilitas kehidupan organisme perairan lainnya (Nasution et al., 2018; Siregar, 2018). Oleh sebab itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (Siregar, 2018):
- Memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat nelayan tentang jenis alat tangkap yang ramah lingkungan dan yang tidak ramah lingkungan.
- Menerbitkan regulasi berupa Peraturan Daerah (Perda) mengenai jenis alat penangkapan yang diperbolehkan beroperasi di Perairan Labuhanbatu.
- Melarang pemakaian alat penangkapan pukat teri (pekboat) di Perairan Labuhanbatu dan memberikan sosialisasi kepada nelayan agar beralih ke alat tangkap yang ramah lingkungan seperti alat tangkap bagan dan lain sebagainya
- Adanya pembatasan waktu penangkapan ikan agar memberi kesempatan pada ikan untuk melakukan pemijahan.
- Melakukan zonasi pada wilayah penangkapan yang mengalami overfishing.
- Pengembangan mata pencaharian dengan tidak hanya bergantung pada hasil tangkap atau pemanfaatan potensi ikan teri nasi saja, tetapi para nelayan maupun masyarakat pesisir dapat memanfaatkan potensi laut non ikan sebagai mata pencaharian baru dan lokomotif ekonomi lokal seperti (budidaya rumput laut dan udang heko).
Potensi Pengembangan ke Depan
    Kandungan gizi ikan teri nasi per 10 gram mencakup 77 Kkal, kalsium 500 mg, fosfor 500 mg, dan zat besi 1,0 mg (Hidayati, 2019). Selain itu, ikan ini juga mengandung protein sebesar 17,8%, lemak 2,7%, kadar abu 77,8%, dan kadar air 1,2%. Ikan teri nasi juga memiliki asam amino esensial (isoleusin, leusin, lisin, dan valin), sedangkan asam amino non esensial (asam glutamat dan asam aspartat). Tidak hanya itu, ikan teri nasi berpotensi sebagai sumber omega-3 yang berfungsi mencegah kanker, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus dan bakteri di dalam tubuh manusia, serta memiliki komponen penghambatan penyakit degeneratif yang berfungsi sebagai antidiabetes, antiinflamasi, dan antikanker (Hara & Meiyasa, 2024). Namun, meskipun ikan teri nasi kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan, produk olahan ikan teri nasi sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Saat ini, pemanfaatannya hanya terbatas sebagai lauk, seperti masakan sayur, rempeyek, pepes, atau hanya digoreng sebagai ikan teri asin kering. Oleh sebab itu, potensi pengembangan ikan teri nasi ke depan dalam pangan fungsional dapat diolah menjadi diversifikasi produk dengan menjadikan ikan teri nasi sebagai tepung yang dapat digunakan dalam membuat produk pangan yang lain seperti corn flakes (Rahmi et al., 2018), stick kentang, cookies egg roll, nugget (Hidayati, 2019), kue semprong (Haq et al., 2021) serta dapat dijadikan topping dalam produk pangan berupa onigiri ikan teri nasi (Shoimi, 2021) atau dapat dikemas sebagai produk kalengan dengan bumbu yang bervariasi.
Referensi
Fahmi, A. S., Susanto, E., & Sumardianto. (2023). Karakteristik Ikan Teri Nasi (Stolephorus spp) Asin Goreng Siap Makan dengan Perlakuan Perendaman Dalam Air Panas Sebelum Penggorengan. Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 19(1), 47-53.
Haq, A. D., Ratnaningsih, N., & Lastariwati, B. (2021). Substitusi Tepung Ikan Teri (Stolephorus sp.) Dalam Pembuatan Kue Semprong Sebagai Sumber Kalsium untuk Anak Sekolah. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 24(3), 292-300.