Surat Cinta untuk Bumi Indonesia
      17 Agustus 1945, tepat 79 tahun yang lalu kemerdekaan menggema di bumi nusantara. Tidak dapat dipungkiri dedikasi nadi yang dipertaruhkan untuk merealisasikannya. Jatuh bangun ditikam oleh harapan yang diobral oleh penjajah. Namun, kami tetap ulet, semua perjuangan telah dilakukan, syarat akan bergerilya dan berdiplomasi. Tetaplah berjuang jiwa raga, menuntut bela kemerdekaan hak bangsa Indonesia. Hingga rahmat itu datang, para proklamator dan pejuang ulung bangsa berkumpul untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Berkibarlah tinggi-tinggi Sang Saka Merah Putih, Indonesia Raya menjadi saksi ikrar jihad kemerdekaan negeri. Merdeka!!!Â
      Banyak syukur kami ucapkan, nusantaraku sekarang sudah permai, mandiri, sentosa, dan berdikari. Namun, perjuangan itu tetap gencar sampai detik ini, karena kemerdekaan ini harus dilanggengkan sampai akhir zaman nanti. Amanah itu sekarang berada di genggaman kita. Lalu, dengan cara apa kita melakukannya? Inovasi apa yang kita tawarkan? Apa saja tantangan dalam merealisasikannya? Kita pionir bangsa, kita siap, kita tanggap, untuk kesejahteraan Indonesia. Berani membuktikan?
Indonesia dikatakan sebagai archipelagic state (negara kepulauan), terbukti dengan dimilikinya 16.056 pulau dengan garis pantai sepanjang 99.093 km. Wilayah Indonesia di dominasi oleh lautan, dibuktikan berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan yakni mencapai 6,32 juta km2, sedangkan luas daratan hanya sebesar 1,91 juta km2. Besarnya wilayah lautan ini, berpotensi terciptanya kekayaan alam dan kebudayaan (baik benda maupun tak benda) yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pembangunan ekonomi pada tingkat lokal, regional, dan nasional (Muhammad dan Taslim, 2013).
   Negara Indonesia disebut sebagai negara yang beragam karena pada setiap daerah memiliki bahasanya sendiri, agama, suku bangsa, seni, dan budaya. Hal ini dipengaruhi kondisi geografis yang berbeda-beda tiap daerah. Jarak antara satu daerah dengan daerah lain yang luas, disinyalir menimbulkan otoritas tersendiri karena tidak memungkinkan terkoordinasi dengan satu kondisi. Hal ini menyebabkan, sarana prasarana antara satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda, juga terjadinya sistem pemerintahan yang penyalurannya yang berestafet-estafet. Kondisi tersebut tidak jarang menimbulkan ketidaksinkronan dan penyalahgunaan yang memicu konflik dalam bangsa.
Selaras dengan isu tersebut, tantangan yang sering muncul dalam keberagaman pada suatu negara adalah kurangnya tasamuh atau toleransi terhadap sesama. Konflik ini kebanyakan disebabkan adanya kelompok yang memiliki kekuasaan yang tinggi (mayoritas) terhadap seluruh akses yang mengakibatkan kesetimpangan kelompok minoritas, rasa ketidak adilan dan ketertindasan akhirnya melingkupi mereka untuk berontak (Wawan dan Dewi, 2021).
Selain itu, kondisi Indonesia-ku seakan kurang sehat akhir-akhir ini. Indonesia-ku dikeroyok oleh aksi-aksi korupsi yang menyebabkan ketidak harmonisan bangsa. Hak-hak strategis rakyat dirampas dengan diam-diam. Harta negara dicuri, rakyat dijahati. Rakyat yang seharusnya sejahtera, mendapatkan pendidikan baik, dan penghidupan layak. Justru berbanding terbalik, karena dibajak secara halus oleh diktator ulung yang serakah, intoleran, dan tidak berperikemanusiaan.
Harapan kedepannya untuk Indonesia-ku, khususnya kepada seluruh masyarakat Indonesia, agar lebih menunjukkan sikap toleransi, moderasi beragama, dan saling menghormati meski berbeda suku, etnis, status sosial, agama, maupun budaya. Tujuannya agar tercipta kehidupan yang harmonisd an saling terkait di antara masyarakat Indonesia. Selain itu, yang paling kuaminkan dalam doaku, yaitu agar para koruptor itu dihukum dengan seadil-adilnya dan harus mengembalikan uang negara sebesar-besarnya.
Nah, disinilah peran pemuda sangat dibutuhkan. Pemuda merupakan asset masa depan suatu bangsa. Mereka memiliki energi, semangat, dan potensi didukung akses yang lebih luas terhadap teknologi dan informasi. Hal ini memungkinkan mereka untuk berkontribusi secara aktif dalam memecahkan masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi Indonesia.
Sehingga, dibutuhkan juga uluran tangan pemerintah dana masyarakat dalam mendukung perkembangan kaum pemuda ini. Â Salah satu contohnya adalah program pendidikan untuk mengasah daya pikir dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pekerjaan. Selain itu, perlu diadakan program yang mendorong pemuda untuk aktif dalam berorganisasi dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti diadakan program duta wisata daerah, duta batik, karang taruna, dan organisasi kepemudaan politik (contohnya parlemen remaja). Diharapkan program tersebut dapat memberikan wadah bagi pemuda untuk mengembangkan diri, berkolaborasi, dan membangun jaringan yang kuat.
Namun, pemuda sekarang dihadapkan pada berbagai tantangan, diantaranya pengangguran, kualitas pendidikan yang rendah, ketimpangan sosial dan ekonomi, serta kurangnya ruang partisipasi dalam pengambilan keputusan politik. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan pemuda sendiri untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemuda, agar mereka dapat mengoptimalkan potensi mereka dan berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan perhatian yang cukup terhadap pemuda, mendukung pendidikan yang berkualitas, menciptakan peluang kerja, dan memberikan ruang partisipasi yang lebih luas, pemuda Indonesia dapat menjadi kekuatan positif yang mampu membawa perubahan dan mewujudkan harapan masyarakat Indonesia.