Suara alunan musik piano mengalun dengan indahnya di seluruh penjuru ruangan itu.Ia, Tessa, gadis yang kini sedang berada di depan piano yang kini sedang dimainkannya.
Jari- jarinya bergerak di atas piano, menghangatkan suasana dengan alunan nada yang sangat indah. matanya kini terpejam. Menikmati tiap alunan nada yang keluar dari tuts-tuts piano itu. Sudah berapa lama ia berada di ruang musik itu? Satu jam? Dua jam?. Entahlah tapi dia merasa nyaman disana.ia lebih suka bermain piano, sendiri, dari pada melakukan kegiatan yang tidak berguna,menurutnya. Matanya terbuka kembali. Ia tersenyum memandangi jari-jarinya yang kini masih bergerak lembut diatas tuts piano. sangat menyukainya.
Tiba-tiba pintu ruangan itu sedikit terbuka. Tampak seorang gadis lain yang kini kepalanya hanya muncul di ambang pintu. Gadis itu- Alyssa- tersenyum kearah sahabatnya, Tessa. Ia berjalan kearah Tessa—yang saat ini membelakanginya, karena Tessa sedang sibuk memainkan piano yang tepat berada didepannya—dan membuat Tessa terlonjak keras.
“ingin melihat bintang malam ini?” Tanya Alyssa dengan nada menggoda
Tessa melonjak “ASTAGA!KAU--? Huh. Aku terkejut setengah mati” ujar Tessa sambil mengelus-elus dadanya, kemudian ia melanjutkan “kau tahu? Kurasa penyakitku akan kambuh sebentar lagi”
Alyssa tertawa
“hey, aku serius. Kau selalu mengejutkanku dan itu membuat jantungku terlonjak. Untung saja kau ini sahabatku” ujar Tessa dengan raut wajah kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“baiklah, baiklah maafkan aku, oke? Jadi, maukah kau melihat bintang bersamaku malam ini?” Tanya Alyssa sambil menahan tawa karena melihat raut muka Tessa yang sedang kesal.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Alyssa, membuat senyum Tessa pun tidak bisa tertahan. Ia memang sangat suka memandangi bintang di malam hari, maka dari itu ia sangat senang jika di ajak melihat bintang bersama. Apalagi bersama Alyssa.
Jari-jari Tessa masih saja mengalun di atas piano, pandangannya masih tertuju pula dengan pianonya. Alyssa kira tessa marah padanya. Ia tidak menghiraukan perkataan Alyssa. Padahal disisi lain,justru Tessa malah sedang senyum-senyum sendiri disana.
“Tessa?
“hmm?”
“apakah kau mau? Baiklah kalau kau mau, aku akan memberikan spesial hot chocolate. Bagaimana?”
Senyum Tessa semakin berkembang. Memang. Ia tidak akan pernah bisa menolak segelas hot chocolate lezat yang membuatnya-hmm tidak bisa dibayangkan. Ia berhenti memainkan piano nya, berbalik arah menatap Alyssa dan berkata,
“kau yang terbaik!”
****
Malam itu, mereka-Alyssa dan Tessa sangat beruntung karena bintang sedang bersinar di langit malam saat itu. Tempat itu adalah favorit mereka. Mereka menyebutnya sebagai Taman Bintang Bersinar. Karena, hanya dari sanalah saja tempat mereka dapat melihat bintang-bintang berkilau yang sangat indah. Berbaring di atas rumput hijau malam dengan teropong diatas perut nya adalah salah satu kebiasaan mereka saat malam . dan juga meminum segelas chocolate hangat!. Saat itu adalah saat-saat paling menyenangkan.
“katakan sesuatu, Alyssa” ujar Tessa sambil melihat bintang-bintang dengan teropongnya.
Alyssa tidak benar-benar menjawab karena ia ingin Tessa saja yang berbicara. Sudah menjadi kebiasaan sekarang, Tessa berbicara dengan biasa dan Alyssa mendengarkanya dengan sungguh-sungguh..
“lihat bintang itu. Itu Sirius. Dan disana….eh mengapa hanya dia sendiri ya?” kata Tessa sambil menunjuk bintang di langit. Jarinya-kini-bergerak berputar-putar menunjuk satu bintang yang paling terang di langit.
Mata Alyssa ikut tertuju mengikuti arah gerakan jari Tessa. Alyssa ingin menjawab tapi sudah terlebih dulu dipotong Tessa.
“ku pikir hanya manusia saja yang tidak punya teman, tapi ternyata bintang juga”.
Alyssa melirik kearah Tessa. Ia bisa melihat, kini Tessa sedang tersenyum sumbang saat itu juga. Entah apa yang menyebabkannya, tapi kayaknya ada sesuatu yang janggal disini. Setelah mengucapkan kalimat barusan.
“aku, aku tidak ingin menjadi bintang itu, kau tahu? Walaupun terus bersinar terang tetapi ia selalu sendiri. aku tidak menginginkan hal itu. Aku tidak ingin sendiri”.
Tessa melanjutkan “biarlah aku menjadi bintang yang padam asalkan, asalkan aku bisa terus bersamamu. Menemanimu. Sebagai seorang sahabat. Kau dan aku”
Alyssa bergumam pelan
“aku…juga”
Tessa menolehkan kepalanya ke sebelah kanan, mendapati Alyssa yang kini sedang memandangi langit dalam diam. Mereka kembali pada bintang-bintang diatas sana. Dalam malam yang sejuk. Para bintang bersinar dengan indahnya, di langit malam. Bintang memang selalu bersinar dalam langit gelap malam. Tetapi, mereka- Tessa dan Alyssa- juga ingin persahabatan mereka akan selalu bersinar dalam keadaan gelap sekalipun. Dan karena itulah, mereka akan selalu bersama. Sebagai seorang sahabat.
***
Mata mungil milik gadis yang juga berperawakan mungil, tapi imut tersebut sepertinya sedang sibuk membaca sebuah buku. Tak melihat kanan-kiri ia terus membaca sambil berjalan di sebuah koridor sekolahnya- School of Student Indonesia. ia terus memandangi buku tebalnya. Dan sepertinya buku memang benar-benar membuatnya begitu lupa akan jalanan di sekitarnya. Buku yang dipegangnya kini terlempar, badannya limbung kesana-kemari karena ada seseorang yang tidak sengaja menabraknya sekarang. Dan berakhir dengan badannya yang mendarat jatuh ke lantai dengan tidak elit nya.
Sial! Ia dipermalukan sekarang.
Posisi badan Alyssa-kini- tengkurap dengan wajah yang menatap lurus kedepan. Samar-samar ia bisa melihat seorang laki-laki berdiri tepat di depannya. Dan Untung saja koridor sedang sepi.
Dengan secepat kilat Alyssa pun menarik badannya dan segera berdiri
“kau tidak apa-apa?” laki-laki itu memulai pembicaraan terlebih dulu sambil menyerahkan buku Alyssa yang terlempar ke lantai tadi. Menanyakan keadaan Alyssa dan Jelas saja, dia kan yang menabraknya. Tentu saja dia harus menanyakan keadaan Alyssa apakah dia baik-baik saja atau tidak.
“aku tidak apa-apa. Terima kasih”. ucap Alyssa membersihkan bagian rok nya yang kotordan mengambil bukunya. Setelah mengucapkan itu, ia langsung berbalik arah, tapi kemudian ia merasa ada tangan yang memegang pundaknya. Tak lain dan tak bukan adalah laki-laki tadi.
“tunggu sebentar! bahkan aku belum sempat mengucapkan permintaan maaf padamu. Jadi….maafkan aku karena tadi aku menabrakmu” ucap laki-laki itu kemudian melanjutkan “siapa namamu?”
Alyssa terkejut bukan main. Apaan sih laki-laki ini, batinnya. Situasi ini membingungkan. Ia ingin pergi saja, tapi itu tidak sopan. Dan konsekuensi jika ia berbalik, ia akan berkenalan dengan laki-laki itu. Jujur saja, Alyssa sedang sangat tidak mood untuk berkenalan dengan orang manapun sekarang. Apalagi barusan saja laki-laki itu menabraknya hingga jatuh. Hingga JATUH!
Berbalik,tidak,berbalik,tidak duh berbalik gak ya? Gumamnya. Dengan segenap kekuatannya ia pun berbalik
“aku tidak apa-apa. Hanya sedikit goresan dikaki. Tidak perlu khawatir” ucap Alyssa dengan memasang senyum paksa. “oh ya, aku Alyssa. Maaf, aku harus pergi. Sampai jumpa” Alyssa berbalik, menunduk kepala dan langsung melangkah dengan cepatnya meninggalkan laki-laki itu dengan kening mengerut. Laki-laki itu ingin memanggilnya sekali lagi, tapi apa daya, Alyssa sudah pergi secepat kilat.
Laki-laki itu mendesah pelan. Berbalik arah. Dan melangkah pergi.
***
Tessa terduduk disebuah tempat yang bernama perpustakaan. Yap! Dia memang sangat menyukai perpustakaan, karena menurutnya, perpustakaan itu sangat berguna untuk menambah pengetahuan dengan buku-buku di dalamnya. Lebih baik membaca sebuah buku dari pada berbuat sesuatu hal yang tidak berguna, begitu katanya.
Dengan langkah tergesa-gesa, seorang gadis dengan napas yang terengah-rengah muncul dibalik pintu perpustakaan. Matanya mencari sosok yang dicari-carinya. Ketika matanya menatap tempat duduk di sisi ruangan, senyumnya mengembang. Ia sudah menemukan orang itu. Tak lain ialah Tessa. Dengan langkah santai ia mulai berjalan menghampiri Tessa yang sedang membaca buku.
“Tessa?” panggil Alyssa
Tessa yang sedari tadi membaca buku, kini menurunkan bukunya. Menatap seseorang yangkini memanggilnya dan tepat berada didepannya. Senyumnya juga ikut mengembang.
“ada apa, Lyss?” Tanya Tessa
“aku membawa sebuah berita” ucap Alyssa
Biasanya, jika Alyssa ataupun Tessa saling memberi tahu sesuatu, akan terlihat raut wajah gembira dan cerita dari si penyampai berita. Entah itu Alyssa atau Tessa. Namun, saat ini Alyssa tidak menunjukkannya. Malah ekspresi wajahnya kini menggambarkan kesedihan. Tessa tidak tahu mengapa, tapi sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.
“aku akan pindah”
Mata Tessa melebar
Apa? ! “apa?!” teriak Tessa dalam hatinya. Ini tidak mungkin
“hanya pindah rumah. Sedikit lebih jauh dari tempat tinggal kau dan aku yang sebelumnya berdekatan” jelas Alyssa dengan kepala sedikit merunduk dan tangannya diremas-remas. Mendengar kalimat itu entah mengapa membuat Tessa sedikit….tertekan. Tessa meletakkan bukunya tepat dimeja yang berada didepannya. Lalu, ia mulai mendengarkan kata-kata Alyssa.
“aku juga tidak tahu mengapa orang tuaku memutuskan untuk pindah rumah. Tapi kurasa inilah jalan terbaik bagi mereka”
Keadaan menjadi hening sebentar.
“seberapa jauh?” Tessa membuka suara.
“jaraknya lumayan. Kata ibu, aku harus diantarsupirku agar aku tidak terlambat. aku juga boleh naik sepeda jika aku ingin. Tapi itu akan memakan waktu lama ” Kata Alyssa dengan raut wajah berpura-pura ceria.
“aku tahu, jika aku pindah rumah nanti, aku tidak akan bisa berangkat sekolah bersamamu lagi. Naik sepeda bersama setiap hari. Aku akan selalu merindukan hal itu” kata Alyssa meneruskan.
Mata Tessa kini mulai terasa panas. “apa yang terjadi?” gumamnya. Ia merasa jika sekarang air matanya akan keluar sebentar lagi. Ia tidak boleh menangis sekarang. Tidak boleh.
Alyssa mengangkat wajahnya menatap Tessa dengan senyum mengembang di bibirnya. Matanya mengisyaratkan sesuatu.
“jangan khawatirkan aku. aku yakin kau akan baik-baik saja….kita akan baik-baik saja”
Sebenarnya, Tessa yakin bahwa ia akan baik-baik saja. Tapi, jika Alyssa pergi, siapa yang akan menemaninya? Mengisi kekosongannya setiap hari? Tessa meruntukinya dalam pikiran.
Tessa kembali menatap sahabatnya, tulus sambil tersenyum. Mungkin ini memang jalan yang terbaik. Ia yakin, ia dan Alyssa akan baik-baik saja.
“yah, kau benar. Kita akan baik-baik saja”
***
“kau yakin tidak apa-apa? Ini sekitar 1 setengah jam jauhnya untuk bolak-balik dari sini ke rumahku. Kau tidak perlu menjemputku, kau tahu?”ucap Alyssa yang saat itu sedang berhadapan dengan Tessa yang sedang ingin mengajaknya untuk berangkat bersama besok. Mengingat Alyssa sudah pindah rumah beberapa hari yang lalu.
Tessa mengerutkan keningnya merasa heran “memangnya kenapa? Aku sama sekali tidak keberatan. Lagi pula sekalian aku ingin mengetahui seperti apa rumah barumu. Aku yakin ibumu juga tidak keberatan. Kita sudah saling mengenal baik”.
Alyssa juga tau jika mereka berdua memang bersahabat. Bahkan Alyssa sudah menganggap Tessa sebagai saudara sendiri baginya. Orang tuanya pun demikian. Tetapi bukan itu yang dipermasalahkan Alyssa sekarang, dia hanya tidak ingin terjadi sesuatu dengan Tessa. Tentu saja seseorang akan merasa khawatir kepada sahabatnya jika terjadi apa-apa bukan? Itulah yang dirasakan Alyssa sekarang. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak pada Tessa.
“aku tahu tapi….. aku hanya tidak ingin merepotkanmu. Ini akan memakan waktu yang lama” balas Alyssa yang ketika itu sedang memakan makan siangnya dikantin. Tessa pun juga demikian.
“aku baik-baik saja. Jangan khawatir.Akan menjemputmu besok, lalu kita berangkat bersama” ujar Tessa penuh semangat. Hmm… tidak biasanya Tessa sesemangat ini, Batin Alyssa.
“baiklah aku memang tidak akan bisa menolak permintaan sahabatku yang satu ini” kata Alyssa sambil tertawa.
Kemudian saat itu mereka saling melepas tawa bersama-sama.
***
Semenjak itu, mereka sering berangkat bersama-sama. Dan pulang bersama. Orang tua Alyssa pun sangat menerimanya dengan senang hati. Tentu saja Tessa lah yang menjemput Alyssa setiap hari. Hal ini memang sangat menguras waktu dan tenaganya. Terkadang ia berpikir apakah ia harus berhenti menjemput Alyssa?. Bayangkan saja, ia harus berangkat pukul 5 pagi untuk pergi ke rumah Alyssa karena sekolah dimulai pukul 07.00.belum lagi jika ia bangun terlambat, ini akan sangat membingungkan baginya.
“Tess. Berhentilah menjemputnya. Pikirkanlah kesehatanmu. Ini sangat membuang waktu” ujar bibinya Tessa.
“tapi bi, dia sahabatku. Aku ingin menghabiskan waktuku bersamanya.Apalagi Tessa juga sudah tidak sekelas lagi dengan Alyssa. Apakah itu salah?” kata Tessa sembari membereskan buku-buku pelajarannya.
“bibi mengerti. Tapi jika terus bigini, bibi takut kondisimu akan memburuk lagi”
Bibi nya ada benarnya juga. Jika terus-terus begini, ia yakin kondisinya akan memburuk mengingat penyakit yang dideritanya saat ini.
Dasar penyakit sialan! Batinnya
“aku akan memikirkannya” ujar Tessa akhirnya.
Bibinya pun segera keluar dari kamar Tessa. Dengan cepat Tessa mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Alyssa
Untuk : Alyssa
‘aku rasa kita tidak bisa berangkat bersama hari ini. Maafkan aku’
1 menit kemudian terdengar suara balasan
Dari : Alyssa
‘tidak apa-apa. Aku bisa berangkat sendiri. jaga dirimu baik-baik’
Melihat pesan singkat itu, senyum Tessa mengembang. Betapa bahagianya ia menemukan sahabat seperti Alyssa.
Tessa pikir hal ini akan baik-baik saja “hanya satu hari. Ini tidak masalah” pikirnya.
Namun hal itu dugaannya salah. Semuanya menjadi beda. Semuanya berubah.
Semenjak itu, mereka mulai jarang berangkat bersama. Semenjak itu juga, mereka jarang mengobrol bersama. Jangankan mengobrol, bertemu saja hampir tidak pernah. Paling hanya 2-3 kali dalam seminggu.
Pasti ada yang salah.
Ketika mereka berpisah jarak, disaat itulah mulai terlihat bahwa kedekatan mereka tidak seperti dulu. faktor beda kelas pun mungkin juga ikut memengaruhi jarak diantara mereka. saat salah satu diantara mereka ingin bertemu, hanya berkata ‘aku sibuk’ atau mungkin ‘lain kali saja’. Bahkan saat bertemu muka pun hanya mengucap ‘halo, bagaimana kabarmu?’ atau ‘hai’ setelah itu mereka kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Tidak ada tawa, canda, gembira seperti dulu.
“aku merindukanmu, Lyss. Sangat. Jika ini tidak terjadi, pasti kita akan masih seperti dulu.” Tessa berkata dalam hatinya ketika melihat foto dirinya bersama Alyssa yang terpampang jelas pegangan tangannya. Tanganya mengusap lembut foto itu. Dalamfoto itu, ia melihat Alyssa dan dirinya. Ia sangat ingat ketika mengambil foto itu. Di halaman belakang rumah Alyssa yang dulu. saat itu mereka bergaya bebas saling merangkul satu sama lain di hadapan kamera. Saat-saat itu adalah saat-saat yang paling menyenangkan. Sebelum jarak memisahkan mereka.
Karena jarak memang sudah mengambil semuanya.
***
Esokan harinya, seperti biasa, Tessa kembali ke sekolah. Tanpa Tessa. Ia pergi sendiri menuju sekolah. Sesampainnya disana, ia dikejutkan dengan sesuatu yang tidak diduganya. Alyssa…bersama seorang lak-laki? Oke, ini wajar. Tapi untuk apa?oh! jadi karena alasan inilah Alyssa menjadi seperti ini?. Dengan langkah cepat, Tessa segera menghampiri Alyssa yang saat itu sedang berada di danau belakang sekolah yang masih sepi itu. Tentunya bersama lelaki itu.
“Alyssa” ucap Tessa menghampiri
“oh, Tessa. Ada apa?” Tanya Alyssa polos
“ada apa denganmu?” Tanya Tessa terus terang, menatap mata Alyssa kemudian beralih menatap laki-laki di sebelah Alyssa
Alyssa bingung dengan pertanyaan Tessa barusan.
“ada apa denganku? Tunggu, apa maksudmu?”
“baiklah Lyss, kita memang sudah jarang bertemu dan hampir tidak pernah malah. Tapi jangan kau gantikan kehadiranku dengan lelaki ini”. Ujar Tessa sambil menunjuk lelaki disamping Alyssa. Laki-laki itu hanya menatapnya bingung.
“tunggu… Tess, aku tidak mengerti maksudmu. Bicaralah yang jelas!” Tessa terlonjak ketika mendengar nada ucapan Alyssa barusan. Apakah tadi ia barusan dibentak?
“kau melupakanku. Jadi selama ini, kau bilang kau selalu sibuk ataupun beralasan lain. Tapi nyatanya karena dia kau melupakanku. Aku selalu mengajakmu berangkat sekolah bersama tapi kau selalu menolak. Jadi karena dia kau berubah” Jelas Tessa menahan amarah.
Alyssa mendengar penjelasan Tessa dan saat itu juga ia merasa bingung. Apa maksudnya melupakannya? Sungguh situasi yang membingungkan.
“Tess, dengarkan aku. Aku tidak melupakanmu. Aku juga tidak pernah berubah Aku tidak berangkat bersama ke sekolah bersamamu dan memutuskan untuk berangkat bersamanya karena aku tidak mau merepotkanmu. Melihatmu menjemputku berulang kali itu membuatku khawatir!” ucap Alyssa dengan nada tinggi. Entah mengapa setelah mendengar kalimat Alyssa barusan membuat dada Tessa sedikit tertekan. Napasnya juga sedikit sesak. Air matanya rasanya ingin ikut menetes juga. Baiklah, lebih baik ia hentikan sekarang.
“Lyss. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan kau seperti ini…. Aku sahabatmu Lyss” kata Tessa lirih
‘aku tahu itu’ gumam Alyssa
“kita sudah 11 tahun bersama-sama. Aku mengenalmu. Aku mohon, jauhi dia. Dia bukan orang yang baik, Lyss” ujar Tessa sambil menahan air matanya yang ingin keluar, yang kemudian meninggalkan Alyssa bersama teman lelakinya dengan muka penuh tanda Tanya.
“temanmu akan kembali. Jangan khawatir” ucap lelaki itu sambil menatap Alyssa.
“ini salah paham. Dia tidak mengerti” ucap Alyssa dengan nada lirih
Saat itu juga ia ingin menangis sekarang juga.
***
“disebelah sana. Ya. Ke kiri sedikit. Kanan… kanan. Ya perfect!” Tessa kembali menatap kertas yang berada di tangannya setelah membenahi dekorasi tatanan panggung dan menconteng beberapa kotak di kertas sana. “tinggal posternya. Biar aku saja yang mengambilnya” ucapnya ke salah satu temannya, Shila.
“kau yakin kau yang akan mengambilnya?” kata Shila dengan nada meragukan
“yah, aku bisa. Lagi pula ini tugaskusebagai panitia dekorasi. Jadi biar aku saja” ujarnya mantap.
“baiklah” kemudian Shila meninggalkannya. Tessa menghembuskan napas kasar. Akhir-akhir ini ia merasa sedikit mudah lelah dan…. Agak kacau. Apalagi semenjak pembicaraan dirinya dengan Alyssa seminggu lalu. Semenjak itu mereka tidak pernah bertegur sapa. Entah mengapa hal ini bisa terjadi tapi sepertinya Alyssa marah padanya ketika ia bilang bahwa Alyssa harus menjauh dari lelaki itu.
Tunggu… lelaki itu?
Oh tentu saja. Bukannya bertambah jauh, malah mereka semakin dekat.
Tessa merasa sedikit curiga dengan lelaki yang diketahuinya bernama Abhi itu. Lebih tepatnya Abhimanyu. Rasa tidak sukanya bertambah ketika ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Abhimanyu dengan seorang temannya di koridor sekolah. Dan lebih tepatnya, nama Alyssa ikut terkait dalam pembicaraan mereka. Sebenarnya ada apa ini? Tessa juga tidak tahu dan ia juga tidak ingin tahu mengenai itu. Biarlah hal itu terjawab dengan sendirinya.
Tessa mendesah pelan dan kemudian melanjutkan acaranya yang sedari tadi belum dilaksanakan. Ia berjalan santai menuju gerbang sekolah. Di saat itu pula, ia berpapasan dengan Alyssa. Tessa ingin sekali menyapa Alyssa, berhambur untuk memeluk sahabatnya itu dan membisikan “aku merindukanmu, sahabatku”. Namun hal itu sirna ketika Alyssa yang secara sengaja membuang muka ke arah lain agar wajahnya tidak betemu dengan Tessa. Dan Alyssa kembali berjalan cepat setelahnya. Tentu saja Tessa merasa sangat sedih karena Alyssa makin bertambah jauh dengannya. Baiklah, ia harus meminta maaf kepada Alyssa setelah urusan ini selesai.
Tessa melanjutkan acara berjalannya untuk pergi melaksanakan tugas yang sempat tertundanya tadi.
Malam hari pun tiba. Pesta segera dimulai. Terpampang jelas disana seorang gadis manis berparas cantik yang tak lain ialah Tessa. Ia berpakaian biasa, tidak seperti yang lainnya menggunakan dress dan berdandan feminin. Tetapi Tessa tidak. Ia mengenakan celana jeans, kaos putih polos serta rompi hitam. Tak lupa sepasang sepatu kets yang setia menempel dikakinya. Tessa duduk di deretan kursi penonton sambil menunggu acara dimulai. Ketika ia duduk disana, matanya menatap manik seseorang gadis yang menurutnya sangat cantik yang datang ke acara itu. Gadis yang ditatapnya itu mengenakan dress biru tua selutut, sepasang sepatu heels tinggi, dan rambut panjangnya yang terurai. Gadis itu adalah Alyssa sahabatnya. Alyssa memang sangat cantik saat itu. Pada saat itu pula, matanya beralih menatap lelaki yang berada di belakang Alyssa.
“Abhimanyu?! Astaga mau apa lagi dia?” kesal Tessa saat itu juga melihat Abhimanyu berjalan beriringan dengan sahabatnya, Alyssa. Ia ingin sekali mengusirnya dari sana namun terhalangi oleh Alyssa yang pada saat itu sedang tersenyum kearah lelaki itu. Hanya senyuman Alyssa lah yang mampu menghalangi Tessa untuk berbuat sesuatu. Itu karena ia menyayangi sahabatnya. Dan tak mau membuat Alyssa bersedih. Lalu, Tessa tersentak dari lamunannya karena melihat Alyssa dan temannya itu sedang menuju ke kursi penonton sekarang. Tessa harus cepat-cepat menyingkir dari sana.
Setelah ia menyingkir dari sana, ia dikejutkan dengan kedatangan temannya yang secara mendadak.
“Tess, pestanya…..”
“oh astaga! Kau mengejutkanku, Rey!. ucap Tessa sambil mencengkram kuat dadanya. Napasnya naik turun.
“ini tidak ada waktu lagi, Tess. Acara akan dimulai, tetapi anak-anak tidak ada”. kata lelaki itu dengan raut wajah khawatir.
Tessa mengernyitkan dahi “apa maksudmu?”.
“begini ,Tess. Acara sebentar lagi akan dimulai, dan kau bisa lihat disini, anak-anak pengisi acara belum juga datang. Dan aku memintamu untuk mengisi acara setelah ini”. ujar Rey sambil menggerakan tangannya ke seluruh penjuru sudut.
Tessa terkejut lagi “apa?! Tapi…tapi kenapa harus aku?”.
“karena hanya kau lah yang bisa disini”.
“hanya aku? Tapi Rey, aku tidak bisa. Dan aku tidak mau!” tolak Tessa
“ayolah Tess. Satu kali saja, oke? Kau bisa memainkan permainan pianomu” rajuk Rey kemudian. “atau apakah kau ingin pesta ini menjadi gagal total hanya karena dirimu tidak mau mengisi acara? Baiklah kalau begitu biar aku yang bilang ke mereka kalau pestanya……”
“baiklah baiklah! Aku akan menurutimu. Dengan wajah seperti itu kau terlihat sangat menjengkelkan”. Tessa berkata dengan raut wajah menyebalkan.
Senyum Rey mengembang saat itu juga. Tidak peduli dengan perkataan Tessa barusan.”baiklah sebaiknya sekarang kau menuju ke atas panggung dan aku akan menghubungi teman-teman yang lain”. ucap Rey begitu saja meninggalkan Tessa yang kini diam mematung. Oke, kali ini ia harus menampilkan sesuatu yang berharga dari permainan pianonya. Dengan langkah berat Tessa berjalan menuju atas panggung. Semua orang yang hadir disana, termasuk Alyssa kini sedang menatapnya. Ia mulai berbicara
“halo, selamat malam teman-teman. Saya Tessa dari kelas 12 A ingin mempersembahkan lagu untuk kalian semua. Ku harap kalian menikmatinya” ucap Tessa gugup.
Tessa beralih menatap piano dibelakangnya dan kemudian bergegas menuju ke sana. Duduk di kursi yang berhadapkan piano yang kini ingin dimainkan olehnya. Ia menghirup napas sejenak kemudian keluarkan.
Pandanganya nya beralih kearah penonton dan sedetik kemudian matanya bertemu dengan mata Alyssa.
Kemudian ia berbicara lagi “lagu ini khususnya ku persembahkan kepada sahabatku yang saat ini berada disini. Aku harap ia mau mendengarkan lagu ku. Dan semoga ia memaafkanku”.
Dari atas panggung, Tessa bisa melihat tubuh Alyssa menegang. Tetapi ia tetap melanjutkan permainan pianonya.
Kini kesepuluh jari Tessa yang imut mulai bergerak diatas tuts-tuts piano dan alunan yang sangat indah pun mulai terdengar. Suara alunan nan indah pun mulai tersebar di sana. Kemudian saat itu juga Tessa mulai menyanyikan sebuah lagu. Suaranya pun terdengan sangat indah dan merdu. Penonton seakan terbius mendengar permainan Tessa saat itu. Tessa terus bernyanyi dan bernyanyi. Alyssa yang mendengar Tessa bernyanyi pun mulai merasakan gemetar. Bukan karena Tessa yang kini sedang berada disana, namun karena lirik lagu yang sedang dinyanyikan oleh sahabatnya itu. Ia merasakan kini dadanya merasa sesak. Lirik lagu yang menggambarkan kisah mereka.
Ketika alunan itu berakhir, seluruh penonton yang ada disana bertepuk tangan dengan riuhnya. Permainan Tessa memang tidak pernah mengecewakan. Dan ketika itu, senyumnya mengembang. Ia merasa sedikit lega. Matanya kembaliberalih kearah kursi penonton. Mencari-cari gadis yang berada disana. Tetapi ia tidak ada, Alyssa tidak ada disana.
Kemana dia?
Dengan langkah cepat ia segera turun dari atas panggung untuk mencari sosok Alyssa. Ia pergi menuju gerbang tapi tidak ada. Di gorolah raga begitu pun di kolam renang, hasilnya nihil! Ia tidak menemukan Alyssa. Ia terus berlari mencari sosok tersebut. Tapi kemudian ia teringat sesuatu.
Danau.
Ia tahu harus kemana sekarang. Dengan langkah tergesah-gesah ia menuju ke tempat itu. Dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat Alyssa disana. Di tepi danau dengan lampu-lampu jalan nan terang. Kini posisi Alyssa sedang membelakanginya. Ia berniat menghampiri Alyssa yang pada saat itu nampaknya sedang menangis. bisa dilihat kini bahunya naik turun dan napas nya segukan. Ketika ia mulai memanggil “Alyssa” seorang yang mempunyai nama tersebut pun menoleh.
“mau apa kau kesini?” Tanya Alyssa dingin.
Sifatnya masih belum berubah ternyata, batin Tessa sedih
“untuk mencarimu. Aku khawatir” ujar Tessa lirih
“tidak perlu khawatirkan aku, Tess”
Untuk beberapa saat mereka saling terdiam. Kemudian, Tessa melanjutkan kata-katanya
“bolehkah aku tahu apa salahku terhadapmu?” Tanya Tessa terus terang. Saat ini adalah saat yang paling tepat menurutnya. “jika aku punya salah terhadapmu, maafkan aku. Aku memang hanyalah seorang manusia yang tak luput dari kesalahan” Alyssa masih terdiam dan terus mendengarkan kata-kata Tessa. “kau tahu, selama ini aku selalu mengkhawatirkanmu, Lyss. Aku selalu memikirkanmu. Dan kau selalu mengacuhkanku. Apa salahku?! Mengapa kau berbuat itu padaku?!” Tessa berbicara dengan nada sedikit tinggi sekarang. Sang lawan bicara tetap tidak bergeming. Hanya menunduk menyembunyikan raut wajahnya.
“sejak kau menolakku untuk menjemputmu ketika itu, aku bersabar. Tetapi kini, kau mencampakkanku dan mengganti kehadiranku dengan lelaki yang jelas-jelas baru kau kenal. Aku sahabatmu, Lyss. Apa arti 11 tahun ini?” kepala Tessa merunduk. Tangannya mencengkeram depan dadanya. Ia merasa sesak. Air matanya menetes sekarang.
“aku tidak mengharapkan apapun darimu, Lyss, selain kasih sayang. Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya di sayang oleh orang yang terpenting dalam hidupku. Aku tidak pernah melihat orang tuaku. Aku hanya ingin kasih sayang” ia memaksa diri untuk mengangkat wajahnya- yang kini lebam karena air mata dan menatap Alyssa. Alyssa jugamenangis.
“jangan menangis”. ujar Tessa. Ia tidak ingin melihat sahabatnya menangis karena dirinya.
hening
“masih tidak ingin bicara denganku?... baiklah jika ini maumu. Aku akan melepaskanmu. Singkatnya, aku ingin kau bahagia, Lyss. Walau tanpa aku. Dan terima kasih atas11 tahun yang sangat berharga bagiku. Aku tidak akan melupakanmu” ucap Tessa akhirnya.
“maafkan aku, Tess” Alyssa membuka suaranya. Menatap Tessa lirih. Tessa terdiam. Tapi entah tau mengapa, Alyssa berjalan mundur. Wajahnya masih lebam akibat air matanya.Tessa melebarkan matanya sejenak, mengapa Alyssa berjalan mundur? Dan astaga! Dibelakangnya… danau? Alyssa?!
“Alyssa? Apa yang kau lakukan?!”
Tidak peduli dengan kata-kata Tessa, Alyssa tetap berjalan mundur dengan pelan sehingga tidak menyadari bahwa dibelakangnya ada sebuah batu yang tertancap di tanah yang membuatnya tersandung seketika itu. Dengan satu hentakan, seluruh tubuhnya kini tercebur ke dalam danau.
Mata Tessa melebar dan menatap lurus kedepan sekarang. Mencerna apa yang terjadi sekarang.
OH ASTAGA!
“ALYSSA!!!”
Dan ketika itu, dunia seakan dunia berhenti ketika ia melihat Alyssa hampir sekarat. Dan ketika itu pula ia melihat Abhimanyu ikut menyebur ke dalam sana. Mengangkat tubuhTessa ke tepi danau.Kemudian Ia bisa melihat jelas wajah Alyssa sekarang. Pucat dan bibirnya membiru serta matanya menatap Tessa sayu. Ia tersenyum kea rah Tessa. Tapi kemudian Alyssa merasa lelah dan ia menutup matanya.
Ia kehilangan kesadaran.
“tolong, panggilkan ambulan!!” teriak Abhimanyu
***
Mereka, Abhimanyu dan Tessa sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit sekarang akibat kejadian tadi. Kejadian tadi.
Astaga! Mengapa ia bisa begitu bodoh? Membiarkan Alyssa tercemplung ke danau? Sungguh ia benar-benar bodoh, runtuknya.
“seharusnya kau tidak perlu bersikap itu padanya” Abhimanyu membuka suara. “jika kau tidak suka padaku, jangan lampiaskan rasa tidak sukamu padanya”.
“maafkan aku” lirih Tessa. Wajahnya tertunduk. Mata Abhimanyu menatap lurus ke depan.
“kau tahu, selama ini Alyssa tidak melupakanmu. Aku bertemu dengannya pada waktu itu karena aku tidak sengaja menabraknya dan membuatnya terjatuh. Setelah kejadian itu, aku bertemu kembali dengannya di danau dan memutuskan untuk berkenalan dengannya”
“- pada saat itu aku melihat dirinya sedang melamun dan sedih. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa ia bersedih, dan Ia menceritakan tentang dirimu. Dimulai saat itulah dia selalu menanyakan padaku apa yang harus ia lakukan untuk dirimu. Ia sangat menkhawatirkanmu”. Jelas Abhimanyu.
Tessa hanya diam mendengarkan kata-kata itu. Ia sudah menuduh Abhimanyu dengan yang tidak-tidak dan sekarang…. Malah membuat Alyssa seperti ini.
Sahabat macam apa ia ini?
Tiba-tiba ada seseorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunda Alyssa memanggil namanya. Menghampirinya. Dan memeluknya ketika Tessa berdiri.
“Alyssa… apakah dia baik-baik saja?” Tanya wanita itu setelah melepaskan pelukannya.
“dia baik-baik saja, Bun. Tidak usah khawatir” tenang Tessa
“tidak perlu menangis. aku yakin Alyssa akan segera membaik” matanya beralih menatap Abhimanyu. “siapa dia?”
“oh, kenalkan Bun, dia teman kami, namanya Abhimanyu”. Ujar Tessa. Abhimanyu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada ibunda Alyssa lalu membalasnya dengan senyum ramah.
“senang berkenalan denganmu, Abhimanyu”. Senyum Ibunda Alyssa
Tepat disaat itu juga, dokter yang bertugas merawatAlyssa pun keluar. Mengatakan tentang kondisi Alyssa. Syukurlah dia baik-baik saja. Dia hanya demam dan kelelahan. Tetapi katanya ia terlalu banyak menelan air.
Setelah mendengar pernyataan itu, ibunda Alyssa menyuruh Tessa dan Abhimanyu segera pulang karena waktu menunjukan pukul 12 malam sekarang. Tessa ingin menolak, namun ia tidak akan bisa menolak permintaan orang tua.
“biar aku yang menjaganya. Kau pulanglah. Besok kau bisa datang lagi”.
Tessa tak bersemangat “baiklah, Bun. Aku pulang. Jika Alyssa sudah sadar, segera hubungi aku”.
“aku pasti menghubungimu, anakku” kata Ibunda Alyssa sambil tersenyum tulus.
Tessa memanggil Abhimanyu dan mengatakan bahwa mereka harus pulang. Lalu Tessa dan Abhimanyu beranjak dan berpamitan kepada Ibunda Alyssa, dan melangkah pergi.
Keesokan paginya Tessa mendapat kabar bahwa Alyssa belum juga sadarkan diri. Rasa panic menghantuinya. Bagaimana jika Tessa…? Tunggu. Pikiran macam apa itu? Ia menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruk itu. Segera beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi lalu pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Tessa.
Dirumah sakit, ia dikejutkan dengan wajah Bunda yang lebam. Sepertinya habis menangis. lalu bunda mengatakan bahwa, Alyssa belum bisa bangun saat ini karena ia harus tertidur untuk beberapa hari karena keadaannya menurun pagi hari ini.
Ia meminta izin kepada bunda Alyssa, agar ia diperbolehkan untuk masuk. Tentu saja bunda mengizinkannya. Dan dokter yang merawat Alyssa juga mengizinkannya.
Kemudian ia berjalan menuju depan kamar rawat Alyssa.
Memandang sebuah pintu yang kini rasanya enggan untuk ia masuk kedalam sana. Rasa dingin yang menusuk tubuhnya kini menjalar keseluruh jiwanya. Genangan air mata itu rasanya ingin ia tumpahkan keluar. Hatinya bergetar. Pikirannya ragu sejenak. Ia menyeretkan langkahnya masuk ke dalam pintu dingin itu. Hal ini tidak pernah menyenangkan.
Sorot matanya menangkap sosok Alyssa yang kini sedang terbaring tak bergerak diranjang, lalu jemarinya beralih menatap benda-benda aneh seperti selang oksigen yang terpasang di disekitar wajah sahabatnya itu. Langkahnya berat ketika ia mendekati sosok yang terbaring itu. Tessa masih berdiri. Namun, ia merasa kini tubuhnya gemetar. Matanya memanas akibat hal ini. Tangannya bergerak menyentuh lengan Alyssa yang sedang terbaring lemah. ‘Maafkan aku, Lyss’ gumam Tessa
“Alyssa”. Tessa menunduk dan menghela napas.
Ia akan berusaha berbicara dan berharap semoga saja Alyssa bisa mendengarnya.
“maafkan aku”, Ucapnya lirih.
“maafkan aku bila selama ini aku bersikap tidak menyenangkan padamu. Seharusnya aku mendengar kata-katamu waktu itu, tetapi aku tidak mendengarkannya. Aku merasa sangat bodoh”. Kini ia meremas-remas tangannya sendiri saat merasakan dadanya sedikit tertekan. “jika aku mendengarkan kata-katamu waktu itu, pasti ini tidak akan terjadi. Hal ini, kejadian ini, tidak akan mungkin pernah terjadi. Aku menyesal”. Air matanya menetes di pipinya. Dengan cepat ia mengusapnya dan tersenyum sumbang. “merasakan kesendirian itu tidak enak, Lyss. Aku tidak pernah mengharapkan itu tapi, tapi itu terjadi padaku. Aku tidak bisa-hhh. Kau mungkin memang bisa mengisi tiap hari-hariku, tapi hatiku, hatiku tetap kosong. Semuanya. Orang tuaku. Mereka tidak akan pernah kembali”. Tangan kanan Tessa mencengkeram kuat dadanya sedangkan tangan yang satu lagi memegang besi sisi pinggir tempat tidur Alyssa.
“bisakah kau bangun sekarang? kau harus mendengarkanku, Lyss”. Setetes air mata bergulir lagi dari mata Tessa kemudian ia mulai terisak “aku akan selalu bersamamu. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Kau dan aku. Menjalani hidup bersama”. Ia menarik napas dengan susah payah. Ia tidak bisa menahan air matanya lagi.
“kau harus bertahan, Lyss. Aku akan selalu berada disisimu. Maafkan aku….maafkan aku”. Isakan Tessa semakin menyakitkan “aku selalu menyayangimu….aku sangat menyayangimu”.
Tessa ambruk di kursi samping ranjang Alyssa. Kepalanya menunduk menahan isakan sekuat mungkin. . Ia tidak bisa menahan perasaan ini. Sangat sakit. Hatinya sudah sangat sakit bagai dicabut sekali paksa, jangan lagi ditambah dengan hal yang lain. Ia sungguh tidak sanggup. Ini sangat menyesakkan.
Kapan hal ini akan berakhir?
***
Tepat 5 hari kemudian, setelah menunggu Alyssa sadar, Tessa dikabarkan bahwa Alyssa sudah sadar. Ibunda menyuruhnya untuk datang sekarang juga untuk menemani Alyssa karena ia sedang tidak bisa. Ketika ia sudah sampai disana, Tessa dikejutkan dengan kamar rawat Alyssa. Alyssa tidak ada disana. Alyssa….menghilang?!
Tapi kemana? Bukankah keadaannya masih belum stabil?
Oh astaga! Ia harus segera mencari gadis itu. Tessa berjalan kesana kemari untuk menemukan dimana Alyssa. Bertanya kepada suster pun tidak membuahkan hasil. Tessa mencari ke setiap sudut ruangan. Tetapi tidak ada. Dan ketika ia melewati taman di belakang rumah sakit tersebut, ia melihat sesuatu. Lebih tepatnya seseorang yang sangat dikenalnya. Seseorang itu sedang berbaring menatap langir dengan selang infus yang bertenggerdisebelahnya. Rambutnya lurus.
Ia tahu!
Alyssa!
Ia segera menghampirinya kesana. Dalam hati ia merasa lega akhirnya telah menemukan Alyssa disini. Baiklah. Alyssa, aku disini, Batin Tessa.
“Lyss?” panggil Tessa.
Gadis yang dipanggil Alyssa itu tidak menjawab. Masih dalam posisi yang sama. Tanpa berpikir panjang, Tessa segera duduk disamping Alyssa.
Tessa menarik napas.
“bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?” ucap Tessa pada saat itu. Ia merasa tenggorokannya tercekat. “yah, aku sudah mendengar semuanya”. Ucap Tessa tanpa memandang Alyssa.
Alyssa tetap tidak bergeming menatap kea rah langit.
“maafkan aku karena bertindak bodoh. Seharusnya aku mendengarkan kata-katamu. Aku…..
Ucapannya tertahan karena Alyssa memotongnya
“hentikan. Kumohon hentikan, Tess” ujar Alyssa segukan. Alyssa menangis. ia bisa melihat wajahnya sekarang. Pucat dan lebam. Oh jangan lagi. Melihat sahabatnya menangis rasanya ingin membuatnya ikut menangis juga. Air mata sialan, kumohon jangan keluar sekarang.
“aku ingat ketika waktu dulu, kita sering seperti ini. Memandangi langit malam gelap dan bintang-bintang sambil meminum segelas cokelat hangat. Kau ingat Sirius, kan? Ah, kau pernah bilang padaku bahwa kau ingin menjadi bintang Sirius”.
Mendengar ucapan yang dilontarkan Tessa, membuat Alyssa semakin terisak. Ada apa dengannya? Tetapi Tessa tetap membiarkannya.
“kembalilah padaku” kata Alyssa sambil memegang lembut lengan Tessa sembari mengusap air matanya dengan telapak tangan. Menatapnya kemudian tersenyum.
“aku tidak pernah marah padamu. Aku selalu mengkhawatirkanmu. Maafkan aku”
“sssttt… tidak perlu meminta maaf. Aku lah yang bersalah. Maafkan aku” maniknya menatap Alyssa sedih.
Alyssa tersenyum “jadilah dirimu seperti dulu. kita akan selalu bersama seperti dulu. mengahadapi segala rintangan. Kau dan aku. Persahabatan selalu ada rintangan”
Mereka saling menatap sekarang. Mereka tahu bahwa mereka benar. Persahabatan tidak akan semulus jalanan tol. Pasti akan adaa sedikit lubang yang harus segera diperbaiki.
“dan aku!!” teriak seseorang disana. Ternyata Abhimanyu kini berjalan menghampiri mereka. Duduk diantara Tessa dan Alyssa.
“kalian melupakanku” ujar Abhi dengan raut wajah berpura-pura sedih. Tessa tahu ini hanya akal-akalannya saja.
“aku kan juga kesepian”
“terima kasih, Abhimanyu. Karena sudah menemaniku sebelumnya” Alyssa berucap.
“ah, hanya terima kasih? Itu tidak cukup. Kalau begitu aku akan meminta suatu permintaan”
Tessa memutarkan bola matanya dan menatapnya malas. Dasar lelaki.
“permintaanku adalah….aku hanya ingin kalian selalu bersama. Jangan terlalu sering bertengkar. Dan kau Tess, kumohon jangan terlalu sering negatif thinking”. ucap Abhi dengan memasang senyuman bodoh diwajahnya.
Mata Tessa bergantian menatap Alyssa yang sedari tadi tersenyum. Kemudian beralih menatap Abhi.
“jadi bagaimana? Sahabat?” kata Tessa sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
“tentu saja” Alyssa mengacungkan jari kelingkingnya kea rah kelingking Tessa. Sedangkan Abhimanyu? Hanya menatap bingung kedua gadis di hadapanya dengan wajah bodohnya.
“kau tidak mau?”
Abhi mengernyit “apa?”
“jarimu”.
“kau pikir untuk apa aku melakukan itu?” tanyanya polos.
Astaga! Mengapa Abhi bisa sangat lamban sekarang?
Tessa mencoba menahan amarahnya “tentu saja mengacungkan jarimu, lalu kau pikir apa lagi?”
“untuk apa?”
“karena sekarang kita adalah sahabat. Kau, aku dan Tessa. Kita adalah sahabat sekarang” gurau Alyssa
“benarkah?” Tessa dan Alyssa mengangguk antusias.
“baiklah” Abhimanyu mengacungkan jari kelingkingnya. “terima kasih karena sudah menjadi sahabatku. Dan mulai sekarang, karena hanya aku yang lelaki jantan disini, aku akan menjaga kalian dengan segenap jiwaku”. Gurau Abhi dengan sangat percaya diri.
Tessa mengangkat sebelah alisnya “memangnya kau bisa?”
“tentu saja! Lihat aku. Aku ini lelaki yang kuat,kau tahu” senyum Abhi memamerkan deretan gigi putihnya.
“baiklah baiklah. Kami percaya padamu”.
Pada akhirnya, kini Tessa, Alyssa serta Abhimanyu bisa tertawa sekarang. Tidak ada lagi keraguan diantara mereka. Memutuskan untuk bersahabat sehidup semati. Tak lekang oleh waktu. Melangkah pasti untuk kedepan bersama-sama. Saling menjaga satu sama lain.
Biarlah persahabatan ini menjadi abadi untuk mereka. Menjalani hari-hari dengan senyuman. Mengukir setiap kenangan yang indah. Biarkan ini abadi. Biarkan ini abadi.
Selama bintang-bintang terus bersinar.
Selama masih ada harapan.
Selama kesempatan masih belum sirna.
Selama jiwa masih bisa bernapas.
Jadikanlah sebuah persahabatan menjadi sebuah awal untuk mengukir kebahagiaan bersama.
Selamanya.
SELESAI
NB : Mohon untuk berkenan memberi saran dan kritiknya karena untuk meningkatkan tulisan saya selanjutnya. Dan saya sangat berterima kasih karena teman-teman sudah membaca cerpen saya ini. Cerpen saya memang banyak kekurangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H