Mohon tunggu...
GSC
GSC Mohon Tunggu... Administrasi - Seseorang yang senang menambah pengetahuan dan menyebarkannya.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seseorang yang senang menambah pengetahuan dan menyebarkannya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Persiapan Menjadi Orang Tua yang Bertanggung Jawab

16 Februari 2023   19:39 Diperbarui: 20 Februari 2023   18:48 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Akhir-akhir ini sedang banyak diberitakan salah seorang public figure yang mendeklarasikan keputusannya untuk childfree bersama pasangannya. Pernyataan mereka banyak sekali mendapatkan komentar-komentar dari para pengikut mereka di dunia sosial, baik komentar-komentar yang mendukung maupun menghujat.

Dari semua komentar-komentar yang mendukung, sebagian besar alasannya adalah karena mereka sesimple menghormati pilihan hidup orang lain, karena punya anak atau tidak itu adalah hak pribadi masing-masing dan orang di luar itu tidak berhak ikut campur atas keputusan yang diambil.

Sedangkan komentar-komentar yang menghujat, sebagian besar adalah karena menganggap bahwa seseorang yang sudah menikah sudah kodratnya menjadi hamil dan memiliki anak, karena sebagian besar itulah tujuan orang menikah yaitu untuk meneruskan keturunan, kecuali orang itu sudah berusaha namun tidak kunjung hamil karena masalah kesehatan atau memang ditakdirkan untuk tidak memiliki anak, itu beda lagi urusannya.

Kalau saya pribadi menganut prinsip tidak peduli pada apa yang menjadi keputusan pribadi masing-masing orang, apalagi perihal punya atau tidak punya anak ini adalah keputusan yang termasuk besar dan berkaitan dengan nyawa dan kelangsungan kehidupan terutama untuk wanita dan anak yang akan dikandungnya. Menurut saya masa-masa kehamilan hingga melahirkan adalah masa-masa di mana pihak perempuan  menjadi pejuang tunggal. Memang ada banyak sekali perempuan yang cukup beruntung mendapatkan support system dari seitar yang baik, seperti suami, orang tua, mertua, dll, namun sebanyak apapun support system yang didapatkan, perempuan yang sedang hamil tidak akan bisa benar-benar beristirahat dari masa kehamilan hingga nantinya melahirkan dan menjalani peran ibu. Banyak hal-hal yang hanya bisa dilakukan seorang wanita, seorang ibu, dan tidak bisa digantikan perannya oleh seorang lelaki atau seorang ayah, seperti menstruasi tiap bulan, hamil dan merasakan setiap perubahan yang terjadi dalam badan setiap hari, melahirkan dan menyusui secara langsung, tetap tidak bisa digantikan oleh lelaki karena itu adalah kodrat perempuan.

Namun para lelaki dan para ayah jaman sekarang sudah mulai terbuka pikirannya untuk tidak hanya hadir secara fisik namun juga secara mental, untuk bahu membahu dengan pasangan untuk membesarkan anak secara sadar bersama-sama. Tidak dipungkiri, banyak dari kita yang mengalami peran ayah hanya yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga tanpa hadir secara psikis atau secara mental sehingga mempengaruhi kondisi psikis anak ketika sudah dewasa. Tapi dengan pengetahuan yang mumpuni saat ini, banyak juga para lelaki terlebih yang sudah menjadi orang tua dengan sadar menyisihkan waktunya untuk turut hadir dan mengawal tumbuh kembang anak.

Dengan banyaknya informasi-informasi yang bisa kita akses dengan bebas di internet tentang betapa beratnya menjadi orang tua, membuat banyak dari generasi saat ini lebih aware dengan tanggung jawab menjadi orang tua. Setidaknya ada enam hal yang perlu disiapkan sebelum menjadi orang tua yaitu kesiapan fisik, mental, hubungan, finansial, sosial, dan intelektual. Mari kita bedah satu persatu maksudnya!

  • Kesiapan fisik. Memastikan kesiapan fisik calon ibu dan calon bapak adalah penting sebelum memtuskan memiliki anak, karena nantinya anak juga bisa mewarisi kesehatan ibu bapaknya. Pastikan kesehatan anda mumpuni untuk memiliki anak, periksa ke dokter dan ikuti saran dokter untuk menunjang kesehatan dan kesiapan fisik anda untuk memiliki anak. Ingat, anak akan mewarisi zat-zat atau residu-residu yang dikonsumsi oleh bapak dan ibunya, jadi pastikan calon orang tua mendapatkan asupan bergizi untuk diwariskan kepada anak.
  • Kesiapan mental. Selain kesiapan fisik, kesiapan mental juga hal yang tidak kalah pentingnya sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Memiliki anak bukan berarti hari-hari kita akan di isi dengan kelucuan anak saja, namun juga masa-masa kelam ketika anak sakit, bersedih, atau mengalami kekecewaan dalam hidupnya, akan juga mempengaruhi kita sebagai orang tuanya. Sepakati bersama pasangan, apa tujuan dan alasan memiliki anak, siapkan mental untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak, dan belajar untuk meletakkan anak sebagai prioritas selain diri sendiri sebagai individu.
  • Kesiapan hubungan. Hubungan yang dimaksud di sini adalah relasi antar bapak dan ibu yang menjadi pondasi dalam keutuhan rumah tangga. Penyamaan visi misi dalam berumah tangga dan kesediaan untuk saling hadir dan membantu satu sama lain dalam menjalankan rumah tangga, bersedia untuk meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi akan menjadikan relasi ini menjadi pondasi awal keutuhan rumah tangga.
  • Kesiapan finansial. Kebutuhan finansial keluarga tidak hanya berlangsung hari ini, namun ada banyak dana yang harus di siapkan untuk masa depan keluarga seperti kebutuhan rumah tangga, pendidikan, rekreasi, kesehatan, dsb. Siapkan dana dengan cara menabung seperti di bank atau berinvestasi di aplikasi atau lembaga terpercaya yang sudah banyak dikenal masyarakat seperti di aplikasi Jenius, Bibit, atau Tradepay. Namun untuk dana investasi pastikan dananya adalah dana dingin atau dana yang tidak terpakai untukkebutuhan rumah tangga agar keperluan rumah tangga bisa tetap dipenuhi.
  • Kesiapan sosial. Kehidupan sosial orang yang masih single dengan yang sudah berpasangan pasti berbeda sekali, apalagi jika sudah menjadi orang tua, maka aktivitas bersama teman atau sahabat jelas pasti akan berkurang. Jika sudah ada anak pun, aktivitas berdua dengan pasangan juga sudah pasti akan berkurang juga waktunya, jadi pikirkan sejak awal untuk kesepakatan pembagian peran ini agar kehidupan berkeluarga, berpasangan, dan waktu untuk diri sendiri menjadi seimbang. Memang akan sulit namun dengan pasangan yang tepat anda akan bisa mendapatkan jalan keluar yang telah disepakati secara sadar dan tanpa paksaan secara bersama-sama.
  • Kesiapan intelektual. Hal ini penting untuk memahami dengan jelas tanggung jawab menjadi orang tua, mulai dari perkembangan anak sejak dalam kandungan hingga prinsip pengasuhan dan hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua.

Ingat, anak bukanlah investasi. Anak adalah rejeki dan ujian jadi satu. Anak adalah tanggung jawab besar yang harus kita jaga dan rawat sebaik mungkin. Apakah anda sudah siap dengan peran sebesar itu? Jika memang dirasa belum siap, ada baiknya rencana memiliki anak ditunda terlebih dahulu hingga anda benar-benar siap dan berserah dengan apapun takdir yang akan Tuhan berikan.

 Punya anak atau tidak, tidak masalah, asalkan keputusan itu adalah keputusan yang didasari kesadaran penuh. Semangat ya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun