Pelabuhan Banda: Pusat Perdagangan Hingga Tempat Pengangkutan Tahanan
Pulau Banda menjadi salah satu wilayah yang termasuk ke dalam Kepulauan Maluku. Sebagai wilayah penghasil buah pala dan bunga pala (fuli), aktivitas Pelabuhan Banda ramai oleh kapal-kapal yang masuk dan keluar untuk mengangkut komoditas pala. Menurut Tome Pires, dalam setahun komoditas pala dan bunga pala yang mampu dihasilkan di Pulau Banda per tahunnya adalah masing-masing kurang lebih sekitar 125 ton. Para pedagang dari Pulau Jawa dan Melayu banyak yang singgah di Kepulauan Banda untuk menukarkan barang bawaan mereka berupa kain atau beras dengan buah pala. Tak hanya itu, di Pelabuhan Banda juga diperdagangkan burung kakak tua dan burung cendrawasih yang sudah dikeringkan untuk dijual kepada para pelancong dari Asia Barat.Â
Seiring dengan berjalannya waktu, timbul pernyataan di kalangan VOC yang mengatakan bahwa orang-orang Banda merupakan masyarakat yang tangguh sehingga patut diperhitungkan sebagai ancaman. Hal ini pun dianggap serius oleh gubernur jenderal VOC pada masa itu--Jan Pieterszoon Coen--yang langsung menyerang dan menghancurkan Banda dengan serangan bersenjata pada tahun 1621. Para penduduk yang tidak mau bekerja sama dengan VOC pun dibantai dan banyak dari mereka yang dijadikan tawanan perang. Mereka kemudian diangkut ke Batavia untuk dijadikan budak pembangunan fasilitas-fasilitas VOC disana. Para budak ini kemudian bermukim di sebuah daerah di dekat Sunda Kelapa yang pada masa kini dikenal dengan sebutan Kampung Bandan. Kata "Bandan" diambil dari nama tempat asal para budak, yaitu Pulau Banda.
Sebagai kesimpulan, sebagai salah satu wilayah di Nusantara yang disatukan dengan laut, aspek maritim memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah Kepulauan Maluku pada masa imperialisme bangsa Eropa. Komoditas-komoditas bumi yang dihasilkan oleh bumi timur mungkin tidak akan dikenal hingga penjuru dunia lain jika bukan karena aspek pelayaran dan perairan yang ada. Selain itu, bukan hanya komoditas bumi saja, hasil laut wilayah timur Nusantara juga sudah dikenal hingga mancanegara. Oleh karena itu, dalam mengkaji pembahasan tentang sejarah Kepulauan Maluku, sudah sepatutnya jika aspek maritim dan bahari tidak dipandang sebelah mata.
Referensi:
Pradjoko, D. & Utomo, B. B. (2013). Atlas pelabuhan-pelabuhan bersejarah di Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ebook. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H