Pernahkah anda mendengar dan menyaksikan danau dua rasa perpaduan air tawar dan asin? Bila belum, Labuan Cermin jawabannya. Pada 2016 silam saya berkunjung ke Kabupaten Berau.Â
Tak lengkap rasanya kalau sudah ke Berau tidak mampir ke Biduk-Biduk untuk berpetualang di  hidden paradise nya Kaltim yang sering juga  disebut sebagai danau ajaib.Â
Seperti nasihat orang tua , 'nama adalah doa' begitupun harapan Sang Pencipta  menamakan lokasi geografis ini sebagai Labuan Cermin dengan harapan bila kita berlabuh disana kita bisa bercermin.
Untuk mencapai Kecamatan Biduk diperlukan persiapan fisik dan mental karena lokasinya yang cukup jauh dan medan perjalanannya yang melintasi hutan. Terdapat beberapa kecamatan yang jalur lintasnya masih kurang memadai sehingga terasa gradak-gruduk.Â
Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat Kalimantan menggunakan mobil bak / ranger karena medan nya yang masih berpadu ceria bersama alam. Saya pergi bersama 3 orang yakni kakak, kakak ipar, dan satu supir.
Rasanya seperti menjadi Bella dalam film Twilight yang punya mobil bak dan melewati hutan-hutan (hutan lindung sehingga jalannya sudah bagus seperti jalan tol yang dikelilingi Alas).Â
Saya menyetok banyak kaset cd lagu karena sinyal radio dan internet kurang bagus, itung-itung hiburan ala-ala tempo dulu. Kami berangkat dari pukul tujuh pagi dan beberapa kali berhenti di beberapa kecamatan untuk mengisi bensin, beristirahat, makan, dan menumpang ke toilet. Pada tahun itu wisata Labuan Cermin masih awam dan belum banyak turis.
Sepanjang perjalanan melewati hutan lain, ada hal menarik yang kami temukan.
"itu pohon tinggi pak dan mbak, disebutnya pohon madu karna ada madunya diatas yang bulet-bulet."
"tinggi begitu gimana manjatnya ya?" tanya kakak melihat pohon lebih dari 4 meter tersebut.
"ya orang manjat tapi suka minta bantuan monyet juga suruh naik trus ambilin," jelasnya sambal tertawa. Begitulah alasan mengapa madu Kalimantan harganya lumayan mahal karena proses mengambilnya penuh resiko pada pohon yang sangat tinggi.