Pandemi covid 19 yang menyebar hampir diseluruh dunia termasuk Indonesia membuat sedikit banyak perubahan. Salah satu perubahan yang sangat terasa adalah proses belajar mengajar. Presiden menghimbau pelajar untuk melakukan proses belajar mengajar di rumah masing-masing secara online.
Kompas.id merupakan versi digital dari Harian Kompas. Berbeda dengan Kompas.com, Kompas.id itu artikelnya ditulis oleh wartawan-wartawan dari Harian Kompas. Sedangkan pada Kompas.com itu ada tim yang bertugas.
- Konten
Ingin konten yang ada di Kompas.id itu tidak terlalu jauh dari Harian Kompas.
- Perbedaan sisi bisnis
Melihat bahwa media tidak dapat lagi mendapat pemasukan dari iklan, karena banyaknya persaingan dengan media-media lain. Bagi mereka, model bisnis kedepan pemasukan media berasal dari pembaca seperti yang dilakukan New York Times.
Kompas.id dikerjakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kebiasaan pada digital namun tetap berusaha untuk digital. Haryo menyebutkan bahwa wartawan di Harian Kompas itu satu-satunya wartawan Indonesia yang bekerja untuk dua platform yaitu media cetak (koran Harian Kompas) dan media online (Kompas.id). Haryo juga menyatakan bahwa Kompas.id ini merupakan upaya untuk survival.
Kompas.id telah dirintis sejak tahun 2017 dengan menganut pola bisnis dari New York Times. Alasan Kompas.id mengikuti pola New York Times karena New York Times dianggap dapat menarik subscribers. Menurut Haryo, New York Times berhasil membuat pembaca atau pelanggannya tetap membaca versi cetak dan mulai berlangganan versi digitalnya.
Menurut Haryo, seorang jurnalis harus menerapkan konsep 3M (Multimedia, Multichannel dan Multiplatform). Haryo mengatakan bahwa wartawan Kompas harus menulis berita maksimal empat jam setelah liputan.
Selain menulis berita, wartawan juga disana juga dituntut bisa menggunakan kamera untuk memotret, video hingga live report. Hal ini menujukkan bahwa konsep 3M tersebut menjelma pada seorang wartawan.
Haryo menyebutkan kendala yang dialami Kompas.id dalam mengikuti pola New York Times yaitu sumber daya. Jika Kompas.id ingin memiliki konten yang bervariasi dan kompleks seperti New York Times artinya membutuhkan waktu penulisan yang lebih panjang, hal ini menjadi kendala bagi Kompas.id karena New York Times memiliki wartawan sekitar 1.600 sedangkan Kompas hanya memiliki sekitar 250 wartawan.
Haryo menyebutkan cara Kompas.id mensiasatinya dengan wartawan Kompas dalam sehari menuliskan berita minimal 1 sampai 2 berita yang benar dan mencerdaskan pembaca.
Pada prinsip SEO (Search Engine Opetimization), Kompas.id mengikuti prinsip tersebut namun masih belum sepenuhnya menerapkan karena butuh waktu dalam mengubah kebiasaan wartawan yang sudah terbiasa menuliskan berita untuk koran menjadi wartawan yang juga menuliskan berita untuk digital atau media online.