Mohon tunggu...
Gracella Imidora Pulo
Gracella Imidora Pulo Mohon Tunggu... Lainnya - halo saya mahasiswa UAJY

salam sehat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persepsi dan Budaya

29 September 2020   21:44 Diperbarui: 29 September 2020   21:54 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak dapat dipungkiri, sesuatu yang unik selalu menarik perhatian. Jika sebuah obyek memiliki bentuk yang berbeda dibanding obyek-obyek lain di lingkungannya, maka obyek unik tersebut akan berpotensi untuk lebih dahulu mendapatkan persepsi dari orang lain. Keanekaragaman menjadi sebuah budaya yang didalamnya terdapat nilai dan persepsi. Keanekaragaman ini memiliki sebuah persepsi yang positif maupun negatif. Seperti contoh, keanekaragaman wanita atau hayati dalam berpenampilan. Pada ilustrasi diatas beberapa orang berpikiran bahwa:

  • Wanita berkerudung memiliki sifat yang baik dan sangat beragama
  • Wanita yang memiliki tato memiliki sifat yang brandal, tidak seperti wanita pada umunya
  • Wanita yang memiliki tubuh gemuk itu jelek dan bukan standar wanita seharusnya
  • Wanita yang cantik itu yang kurus dan pintar berdandan.

Banyak sekali persepsi yang ada pada ilustrasi tersebut. Standar kecantikan sudah menjadi budaya untuk dipandang oleh orang lain. Padahal kecantikan tidak dipandang oleh satu sisi saja, Kecantikan itu persepsi yang menimbulkan rasa senang. Jika kita membuat rasa senang sebagai hal  yang harus, maka kecantikan kita tergantung pada apa yang dipersepsikan orang lain terhadap diri kita. 

Ada sebuah kasus dimana orang bule menikah dengan wanita indonesia dan orang Indonesia sendiri mengatakan bahwa wanita Indonesia yang disukai bule seperti pembantu, karena kulit mereka yang hitam dan jarang dandan. Padahal menurut orang bule wanita yang seperti itu adalah wanita yang sempurna. Jadi, persepsi masing-masing berbeda. Dan menurut saya semua orang tidak hanya melihat standar kecantikannya saja melainkan sifat yang dimiliki.

Paa ilustrasi tersebut mengajak kita untuk tidak membeda-bedakan atau mendiskriminasikan standar kecantikan wanita. Karena bukan standar kecantikan yang dilihat melainkan sifat yang dimiliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun