Bentuk bimbingan personal ini tentunya mempertimbangkan kemampuan dan kompetensi guru BK dalam memahami individu siswa secara personal dan spesifik. Yang kemudian juga mempertimbangkan bagaimana kondisi siswa itu sendiri serta asesmen-asesmen khusus yang hanya dapat dilakukan oleh guru BK dalam memahami siswanya.Â
Cara ini berbeda dengan metode yang dapat dilakukan oleh guru lain, yang meskipun dapat memiliki fungsi sama sebagai mentor dan fasilitator, namun lingkupnya hanya terbatas pada urusan akademik saja. Serta, guru lain selain guru BK memiliki kemampuan dasar yang belum tentu dapat memahami siswa secara individual, namun lebih secara kolektif.
Guru BK dalam memahami permasalahan dan juga kompetensi karakter siswa akan memiliki sebuah sikap responsive pula. Dimana sikap ini sangat diperlukan bagi siswa untuk upaya pemahaman karakter pribadi sebagai salah satu materi dalam pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Pemahaman karakter pribadi ini dapat dilakukan siswa dengan bantuan masukan dari guru BK yang juga memiliki kompetensi untuk memahami karakter siswa tersebut dalam sudut pandang lain. Dan pada akhirnya, pemahaman siswa tentang karakternya sendiri dapat dikerahkan dari berbagai input dan sudut pandang.
Peran Upaya Restrukturisasi Kognitif
Guru BK merupakan tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan dengan tambahan ilmu lain berupa konseling, psikologi, dan juga kognitif pada siswa. Meskipun tujuan konseling yang dimaksud bukanlah professional terkait kesehatan mental secara medis, namun guru BK juga tentunya memiliki pemahaman mengenai kondisi psikologi dan kognitif siswa lebih dari guru lainnya yang tidak bergerak pada bidang tersebut. Berkaitan dengan pembentukan dan penguatan karakter yang berhubungan dengan kognitif ini, restrukturisasi yang dilakukan dapat dijadikan sebagai ajang dalam pembentukan karakter itu sendiri.
Misalnya restrukturisasi kognitif berfungsi untuk mengubah satu karakter buruk dari siswa dengan pengalihan pada bentuk karakter lain yang lebih positif. Cara ini dapat dilakukan oleh guru BK dengan mempertimbangkan proses intervensi dan konseling bagi siswa dalam aspek mental, persepsi, dan juga pola pikir. Hasilnya siswa dapat memiliki karakter baru sebagai hasil dari perbaikan karakter lama yang ia miliki. Serta dengan karakter ini pula, karakter lain yang dimiliki oleh siswa dapat semakin dikuatkan menjadi sebuah karakter positif yang menunjukkan kualitas kepribadian siswa.
Dengan berbagai upaya yang melibatkan Guru BK dalam pembentukan karakter siswa ini pun maka dapat disimpulkan bahwa peran bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK dapat menyajikan hasil yang bersifat preventif untuk mencegah adanya penyimpangan perilaku siswa; kuratif untuk memperbaiki perilaku dan karakter menyimpang yang dimiliki siswa, preserveratif untuk mempertahankan kualitas dan karakter positif yang dimiliki siswa, serta developmental untuk membangun kualitas karakter itu sendiri. Sehingga dengan demikian, sinergi antara pemahaman karakter individu oleh siswa, pendidikan karakter oleh kurikulum, serta konseling dalam pembentukan dan pengembangan karakter akan dapat tercapai dan menghasilkan karakter dan kepribadian siswa sebagai sumber daya manusia di masa mendatang yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H