Kita tahu pasti bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan banyak dampak di setiap elemen kehidupan, seperti keuangan, kesehatan, kehidupan sosial, termasuk cara kita berbelanja. Sejak diumumkannya hasil tes positif COVID-19 pertama di Indonesia pada bulan Maret lalu, pemerintah mulai berupaya untuk mengurangi penyebaran virus ini. Salah satunya dengan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah di Indonesia.
Diberlakukannya PSBB menimbulkan perubahan cara belanja di masyarakat dari belanja secara fisik ke daring. Memang sebelum pandemi COVID-19 belanja secara daring sudah banyak dilakukan, namun aktivitas belanja daring naik 30% selama pandemi (Kompas, 2020). Selain karena pandemi, aktivitas belanja daring juga didorong oleh banyaknya promo yang ditawarkan oleh berbagai e-commerce. Apabila kamu familiar atau pengguna aktif e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya, kamu pasti mengetahui bahwa e-commerce tersebut banyak memberikan promo cashback dan promo gratis ongkir.
Promo gratis ongkir merupakan salah satu trik marketing yang sangat menarik bagi pelanggan dan salah satu faktor keputusan yang dipertimbangkan sebelum berbelanja di sebuah lapak di e-commerce. Mengutip Statista dari Mojok.co (2020), 56% pembeli mengabaikan barang-barang yang sudah mereka masukkan ke keranjang setelah tahu bakal ada biaya ongkir yang dibebankan.
Aku merupakan salah satu orang yang bakal ninggalin barang-barang di keranjang apabila dibebankan biaya ongkir. Tidak tahu kenapa aku lebih memilih menambah barang belanjaan daripada membayar ongkir. Mungkin memang aku sudah termakan trik marketing yang satu ini, hahaha.
Misalnya, beberapa hari yang lalu aku mau belanja jajanan untuk kedua anjingku di Shopee karena kebetulan aku memiliki sisa saldo ShopeePay yang lumayan banyak. Total belanjaanku belum mencukupi minimal belanja untuk gratis ongkir, aku memutuskan menambah satu barang lagi dengan harga Rp25.000. Padahal, dengan membayar biaya ongkir, aku hanya perlu menambahkan Rp9.000 saja. Pilihan ekspedisi tiap toko berbeda-beda, salah satu diantaranya adalah JNE. Karena total belanjaku sudah mencukupi minimal belanja untuk mendapatkan voucher gratis ongkir, aku memutuskan untuk memilih ekspedisi JNE.
Selama pandemi, promo cashback, promo gratis ongkir adalah dua alasan yang menyebabkan meningkatnya aktivitas belanja daring, dan hal ini mau tidak mau membuat pihak ekspedisi sangat kewalahan untuk memproses dan mengantarkan pesanan pembeli. Bisa jadi jam kerja menjadi bertambah, apalagi saat ada promo besar per bulannya, seperti promo 12.12 kemarin.
Menurut The New York Times (2020), di Korea Selatan, ada 15 kurir yang meninggal dunia karena bekerja melampaui batas. Tingginya pembelian daring dan janji pengiriman lebih cepat membuat kurir sangat kelelahan. Selain itu, tidak adanya perlindungan dari pemerintah Korea Selatan terhadap pekerja kurir dan denda penalti apabila gagal memenuhi tenggat pengiriman juga menjadi faktor-faktor kerasnya pekerjaan sebagai kurir (The New York Times, 2020). Di Indonesia, aku menemukan berita mengenai kurir di Palopo yang kelelahan antar barang pesanan sehingga terlibat dalam kecelakaan (Koran Seruya, 2020). Mungkin ada banyak cerita mengenai kurir yang kelelahan lainnya yang terjadi, yang tidak diberitakan di media.
Melihat hal-hal yang sudah kupaparkan di atas, menurutku ada beberapa cara mudah yang bisa kita lakukan untuk memudahkan pekerjaan kurir sekaligus berbagi kebahagiaan kepada kurir:
1. Membuat catatan sebelum checkout pesanan
Sudah beberapa kali dalam sebulan terakhir aku belanja di e-commerce, tapi saat barangnya sampai aku sedang tidak ada di rumah. Aku merasa sangat tidak enak hati sama kurirnya, apalagi kalau mereka sampai chat atau telepon ke WhatsApp. Kadang juga barangnya dititipkan ke tetangga tanpa chat atau telepon ke WhatsApp, tapi kita bisa lihat status antar di e-commerce. Aku mulai kepikiran untuk menulis "kalau tidak ada orang yang menyahut, mohon barang dilempar saja ke halaman rumah" di catatan saat hendak checkout pesanan. Apabila dibaca oleh kurir, pastinya sangat memudahkan pekerjaan kurir dalam pengantaran barang tanpa perlu menunggu-nunggu penerima datang ke depan untuk mengambil barangnya.
2. Menyiapkan tempat yang dirasa aman untuk meletakkan paket
Selain menulis di catatan pesanan, kita juga bisa menyiapkan tempat yang menurut kita aman untuk meletakkan pesanan. Kalau di rumahku, di balik pagar ada papan triplek yang bentuknya seperti meja. Tingginya pun tidak jauh dari tinggi pagar, sehingga tidak menyusahkan kurir ketika menjatuhkan barangnya ke atas papan triplek. Tinggi papan pun terhitung aman karena tidak dapat dijangkau oleh orang yang ingin mencuri. Kalau sedang tidak ada di rumah, aku sering memberitahu kurir ekspedisi untuk menaruh paketku di papan tersebut.
3. Mengapresiasi kurir
Ini juga penting untuk dilakukan. Usai bekerja di jalanan, bayangkan capeknya seperti apa. Kita yang bekerja 9 to 5 saja sudah kelelahan, apalagi kurir yang harus terus bergerak sepanjang hari mengantar ratusan paket. Selain itu, mereka juga harus mengendarai kendaraan, entah di bawah terik matahari, dinginnya malam, ataupun guyuran hujan.