Mohon tunggu...
Grace Sihotang SH MH (HSPLaw)
Grace Sihotang SH MH (HSPLaw) Mohon Tunggu... Penulis - Advokat Dan Pengajar/ Tutor pada prodi Hukum Universitas Terbuka

Mengajar mata kuliah Hukum Pidana Ekonomi. Lawyer/ Advokat spesialisasi Hukum Asuransi Dan Tindak Pidana Asuransi. Menulis untuk Keadilan, Bersuara untuk Menentang Ketidakadilan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekolah Minggu dan Katekisasi, Kritik terhadap UU Pesantren dan Pendidikan Agama

29 Oktober 2018   22:09 Diperbarui: 29 Oktober 2018   22:21 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kontroversi tentang Rancangan Undang-Undang Pesantren dan Pendidikan Agama yang beberapa hari lalu menuai protes dari Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) menggelitik saya untuk menjelaskan tentang yang dimaksud dengan Sekolah Minggu dan Katekisasi. Memang saya bukanlah Rohaniawan Kristen tetapi sebagai orang awam pemeluk agama Kristen saya kurang lebih dapat menerangkan penyebab mengapa pihak PGI menolak Pasal 69 dan 70 dari RUU Pesantren dan Pendidikan Agama tersebut karena Sekolah Minggu dan Katekisasi berbeda dengan Pesantren, walau ketiganya notabene adalah Lembaga Pendidikan.

Sekolah Minggu

Salah satu hal paling mendasar yang membedakan Sekolah Minggu dan Pesantren adalah sifat sekolahnya. Pesantren adalah sekolah formal bernuansa agama sedangkan Sekolah Minggu (Sunday School) adalah Sekolah Informal yang masuk dalam lingkup peribadatan umat kristen, karena merupakan kombinasi antara pendidikan, ibadah dan persekutuan (Laheba, 2007). Sekolah Minggu juga diadakan hanya seminggu sekali yang berbeda dengan pesantren yang diadakan setiap hari seperti layaknya pendidikan formal pada umumnya. Yang membedakannya lagi adalah di Sekolah Minggu yang dipelajari hanya pendidikan agama khususnya Alkitab. Ada memang beberapa denominasi gereja yang memiliki kurikulum sekolah minggu tapi itupun murni hanya pendidikan agama, berbeda dengan Pesantren yang selain pendidikan agama juga mengajarkan pelajaran lain seperti matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sekolah Minggu pun memiliki guru yang kadang berganti-ganti setiap minggunya dan biasanya guru-guru ini adalah dari kalangan remaja atau kakak-kakak pembina yang melakukannya dengan sukarela.

Menurut sejarahnya Sekolah Minggu merupakan pendidikan non-formal yang diterapkan di dalam komunitas gereja Kristen untuk mengajarkan agama bagi jemaat kategori anak-anak. Adapun di gereja-gereja Baptis, Sekolah Minggu dipakai untuk pendidikan agama bagi seluruh jemaat gereja yang diadakan pada hari Minggu menurut jenjang-jenjang sebagai berikut: kelas Indria (anak-anak balita), kelas Pratama (anak-anak), kelas Madya (anak sampai usia akhir SD), kelas Tunas Muda (remaja usia SMP), kelas Remaja (remaja usia SMU), kelas Pemuda, dan kelas Dewasa.

Adapun Sekolah Minggu pertama kali lahir di Inggris pada 1780. Perkembangannya pesat sehingga pada 1817 didirikan American Sunday School Union. Dorris A. Freese dalam Graendorf (1981) memberi penjelasan tentang "Sekolah Minggu" sebagai berikut.

Pertama, Sekolah Minggu pada dasarnya merupakan suatu sekolah. Artinya, proses-proses belajar-mengajar yang terjadi adalah persis seperti yang terjadi di sebuah sekolah umum. Bedanya, sekolah ini diselenggarakan pada hari Minggu.

Kedua, Sekolah Minggu merupakan sekolah Alkitab. Pengajaran Alkitab diberikan secara sistematis dan dapat dipelajari dengan mudah oleh jemaat.

Ketiga, Sekolah Minggu merupakan kegerakan kaum awam (lay movement). Sejarah Sekolah Minggu di Inggris maupun di Amerika Serikat sama-sama menunjukkan peran kaum awam dalam PAK ini. Karena merupakan proses pemuridan, Sekolah Minggu mendasarkan pada prinsip keterlibatan kaum awam seperti dikatakan Paulus: "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain" (2 Tim 2:2).

Keempat, Sekolah Minggu pada dasarnya adalah proses penginjilan. Para murid dididik sejak ia lahir baru sampai dewasa dan sampai bisa memberitakan Injil untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia.

Katekisasi

Katekisasi adalah masa sebelum umat Kristiani menerima baptisan yang sebenarnya. Pada masa ini, seorang umat mendapat bimbingan-bimbingan yang mendasar mengenai kekristenan oleh pemimpin agamanya (pendeta atau pastor), jadi setelah lulus proses katekisasi inilah seseorang dapat dikatakan sebagai umat kristiani. Katekisasi inipun walau konsepnya juga pendidikan tetapi merupakan bagian dari ibadah yang tentu saja sangat berbeda dengan konsep pesantren. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun