Penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) adalah penyakit yang juga dikenal dengan nama "Lou Gehrig disease". Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif yang sifatnya menghancurkan neuron motorik kortikal (dr. I Komang Arimbawa & dr. Anak Agung Ayu Agung Pramaswari, 2017). Berdasarkan pendapat dari dr. Rizki Tamin dijelaskan bahwa penyebab penyakit ini adalah karena faktor keturunan (alodokter.com, 2020). Sampai saai ini, penyebab utama munculnya penyakit ini masih belum diketahui. Terdapat 2 jenis penyakit ALS, yang pertama adalah neuron motorik atas, di mana penyakit ini menyerang batang otak manusia sehingga membuat otak tidak dapat mengirimkan sinyal ke tulang belakang. Penyakit ALS yang kedua menyerang saraf bagian tulang belakang sehingga membuat saraf yang ada pada tulang belakang tidak dapat mengirimkan sinyal ke seluruh saraf otot manusia.
Gejala dari penyakit ini baru akan terlihat setelah 2-3 tahun. Biasanya penderita ALS dapat bertahan hidup sekitar 3-5 tahun setelah terdeteksi sebagai penderita penyakit ALS (Calvo et al., 2014). Gejala awal dari penyakit ini diawali dengan kesulitan dalam menelan, bernafas atau kelumpuhan pada bagian kaki atau tangan. Hal ini terjadi karena penyakit ini menyerang saraf otot sehingga ada bagian tubuh yang tidak dapat digerakkan. Seiring dengan waktu, penyakit ini akan menyerang bagian saraf pada anggota tubuh yang lain sehingga seluruh tubuh tidak dapat digerakkan. Akibatnya, penderita ALS juga akan mengalami kesulitan dalam berbicara, kesulitan mengunyah makanan, kesulitan menelan makanan, dan juga kesulitan bernapas. Walaupun penyakit ALS ini tidak menyerang indra  penglihatan, penciuman, pendengaran dan indra peraba  secara langsung, namun karena adanya kelumpuhan otot saraf yang diakibatkan oleh penyakit ALS ini, maka penderita pada akhirnya juga akan mengalami penurunan fungsi indranya (med.unhas.ac.id, 2015). Â
Salah satu tokoh terkenal yang menderita  penyakit ALS adalah Stephen Hawking. Stephen Hawking adalah seorang Ilmuan Fisika yang terkenal di abad ini. Pada umurnya yang ke-21, Stephen Hawking mengidap penyakit ALS sehingga dokter menyampaikan bahwa Stephen Hawking hanya memiliki kesempatan hidup tinggal 2 tahun saja. Akibat dari penyakit ALS ini, Stephen Hawking kesulitan untuk beraktifitas dan berkomunikasi. Walaupun demikian, Stephen Hawking tidak patah semangat dan terus berinovasi dalam mengembangkan teori Sains, khususnya dalam bidang Fisika kuantum. Dalam kesehariannya, Stephen Hawkings dibantu alat "voice synthesizer" untuk berkomunikasi di mana alat tersebut mengubah kata-kata yang diketikkan di komputer menjadi gelombang bunyi. Hal ini membuat Stephen Hawking  tetap dapat berkomunikasi dan menyampaikan pemikirannya khususnya dalam mengembangkan Teori Fisika Kuantum. Stephen Hawking walaupun menderita penyakit ALS, memiliki kesempatan hidup cukup lama. Stephen Hawking meninggal pada usia 76  tahun, yaitu pada tanggal 14 Maret 2018 (fisikanet.lipi.go.id, 2013).
Saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ALS. Hal ini menyebabkan penderita ALS membutuhkan orang lain dan alat untuk membantu mereka dalam menjalani aktivitasnya. Oleh karena itu, para ilmuwan mulai mengembangkan teknologi-teknologi baru untuk membantu penderita ALS dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Saat ini alat komunikasi yang sudah  dikembangkan adalah "E-FALS". Pada tahun 2016, ada tiga orang mahasiswa dari Universitas Brawijaya yang merancang  E-FALS dengan tujuan membantu penderita penyakit ALS agar dapat berkomunikasi dengan orang lain. Mekanisme kerja alat ini seperti kacamata yang memanfaatkan sistem Electrooculography (EOG). Electrooculography adalah sistem yang dapat membaca pergerakan bola mata di mana pergerakan bola mata ini kemudian divisualkan menjadi tulisan dan kemudian tulisan ini nantinya dapat disampaikan secara lisan karena sudah berupa audio  (siet.ub.ac.id, 2019).
Selain itu, juga dikembangkan alat untuk membantu pernapasan pada penderita ALS yaitu konsentrator, CPAP (Continuos Positive Airway Pressure), BiPAP (Bi-level Positive Airway Pressure), dan ventilator. Konsentrator adalah alat yang dapat mensuplai 90-95% oksigen murni yang berfungsi untuk memberikan aliran oksigen 1-6 liter dalam 1 menit. CPAP adalah alat khusus untuk membantu pasien yang memiliki "apnea tidur" (gangguan pernafasan yang berhenti secara berulang-ulang saat tidur). BiPAP adalah alat yang membantu agar pasien dapat menikmati pola pernapasan yang lebih alami. Ventilator adalah alat untuk mempertahankan fungsi pernapasan untuk pasien yang tidak dapat bernapas sendiri.
Untuk membantu mobilitas penderita ALS, alat yang bisa digunakan adalah tongkat, quad canes, kruk lengan, rollator, kursi roda, dan skuter. Tongkat, kruk lengan dan quad canes adalah alat yang dapat membantu pasien agar dapat berjalan meskipun tidak secara sempurna. Sedangkan rollator adalah alat yang memiliki fungsi yang sama dengan tongkat, kruk lengan dan quad canes, hanya saja alat ini terdapat 3 roda yang memudahkan agar pasien tidak memerlukan tenaga yang besar. Kursi roda merupakan alat yang secara permanen akan selalu digunakan apabila saraf otot bagian tangan dan kaki tidak lagi bisa digerakkan. Jenis kursi roda yang sudah ada pada masa ini ada 3 yaitu kursi roda manual, kursi roda ringan, dan kursi roda listrik. Skuter adalah alat yang mirip dengan kursi roda listrik, dimana alat tersebut dapat dikendalikan oleh pasien secara otomatis.
Jika kita mengalami gejala-gejala yang menyerupai penyakit ALS ini, kita perlu untuk melakukan konsultasi ke dokter. Apabila kita memiliki keturunan genetik, maka kita sebaiknya cek ke dokter genetik untuk memastikannya, karena penyakit ini adalah penyakit genetik. Hal-hal yang perlu dipastikan lebih lanjut adalah dengan tes darah, tes pernapasan, CT (Computed Tomography Scan) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) tulang belakang leher, elektromiografi, tes genetic, CT kepala atau MRI, studi menelan, keran tulang belakang (Luthfi Maulana Adhari & Resa Eka Ayu Sartika, 2022).