Masih teringat saat liburan di Bali. Kami sekeluarga meningap di Villa Rindik Sanur-Bali. Kami memilih Villa agar kami dapat berbagi cerita karena ada ruang tamunya dimana kita dapat bercengkrama. Setiap hari kami bercerita setelah selesai mengunjungi beberpa tempat wisata, kadang kami juga bisa tidur larut malam. Sepertinya masih kurang terus waktu buat ngobrol ya, padahal sudah mengunjungi berbagai tempat wisata, tetapi sampai Villa tetap saja lagi ngobrol dan selalu ada bahan cerita yang diobrolin.Â
Kami berbagi tugas di Villa, karena pagi-pagi kami sarapannya di Villa. Karena semua penggemar daging jadilah saya belanjan ke pasar, apalagi ada ponakan yang sudah pada kuliah dan bekerja, semua laki-laki keponakan perempuan hanya satu, masih kelas X. Lainnya semua sudah kuliah tingkat akhir dan bekerja. Kami ada sepuluh orang dan sama-sama penggemar cerita dan jadilah Villa yang kami tempati sering ada suara tawa dan canda, bahkan berargumen tentang sebuah topik, karena masing-masing ponakan dan orangtuanya juga punya jurusan dan pekerjaan yang berbeda. Ada yang Jurusan Hukum, Ekonomi, Kimia, Biologi, Pemberdayaan Masyarakat dan lainnya. Semua saling memberikan pandangannya masing-masing tentang sebuah topik yang membuat hangatnya pembicaraan setiap malam saat tiba di Villa.
Pagi jam tujuh WITA, saya sudah pergi ke pasar. Karena sudah terbiasa dengan kehidupan jalan sendiri, sayapun belanja ke pasar dengan memilih naik Ojeg Online. Saya buka aplikasi Gojek dan ketemulah dengan mas Surnadi Setiawan Setiawan dengan plat DK2808EY tujuan saya Pasar Sindu dengan tarif gojeg saya 16K. Saat mas Surnadi tiba di Villa Rindik, saya melihatnya begitu rapih, bersih dan masih muda. Mas Surnadi menawarkan helm untuk saya pakai.
Saat diperjalanan saya sampaikan mas, kalau ada ATM BRI kita nanti singgah ya, si masnyapun oke.Â
"Mas kita ke ATM BIR ya
Baik bu. Bu, kita putar balik saja ya, karena ATM BRInya posisinya beda
oke baik mas, saya pendatang di sini saya kurang paham.Â
Oh begitu bu, baik bu akan saya antar kemanapun tujuan ibu.Â
Kamipun tiba di ATM, si masnya nungguin. "
Mas Sunardi juga enak diajak ngobrol dan banyak memberikan referensi tempat untuk dikunjungi, namun kita sudah mempunyai tempat-tempat untuk dikunjungi sehingga tidak sempat lagi mengunjungi tempat yang disampaikan oleh mas Sunardi tersebut. Dalam perjalanan saya menawarkan kepadanya, apakah mas bisa mengantarkan saya balik nanti? Oh bisa bu, entar saya tungguin ibu, tidak apa-apa nanti saya tungguin ibu.
Tibalah saya di Pasar Sindu, di dalamnya bersih dan bahan pangan yang dijual juga bersih. Sayapun langsung belanja daging karena tujuan awalnya adalah belanja daging, melihat sekeliling, ehhh jadi nambah deh belanjaan. Setelah setengah jam, mas Sunardi menunggu saya, kamipun pulang.Â
"Mas terima kasih ya sudah menunggu saya, jawabku.Â
Tidak apa-apa bu, jawabnya.?
Yang paling mengherankan saya, ketika keluar dari parkiran Pasar Sindu, parkirnya hanya seribu. Disitulah saya kaget, kompasianer.Â
"Mas ini uang parkirnya
Pegang saja bu, jawab mas Sunardi
Saat mas Sunardi memberikan uang lima ribu rupiah, bapak tukang parkirnya mengembalikan empat ribu rupiah.Â
Wah, jujur sekali bapak tukang parkirnya dan saya sangat terkejut sekali. Kalau di Jakarta, sudah ada berbagai alasan, kalau diberi lima ribu dikembalikan dua ribu, padahal uang parkir hanya dua ribu kalau parkir motor, sambil bapak tukang parkirnya mengatakan tidak ada kembalian bu, ya sudahlah, kalau kita sebagai pemotor yang markir, daripada berdebat gara-gara seribu, walau sering tempat itu kita jadikan sebagai tempat parkir.Â
Melihat uang parkir seribu di Bali dan tukang parkirnyapun yang jujur, pengen tinggal di Bali. Si mas drivernya mengatakan, memang semua uang parkir disini seribu bu.Â
"Masih dikembalikankah kalau kita berikan dua ribu mas?Â
Masih bu."