Story telling, bercerita, siapa sih yang tidak suka, hampir setiap orang suka dengan cerita, baik anak-anak maupun orang dewasa. Apalagi ceritanya ngegosipin orang lain, wuihh ibu-ibu pada suka ini, apalagi yang diceritain adalah orang yang dia tidak suka, semakin digosisipin semakin hot dan semakin rasa penasaran, padahal gosip kan cerita yang menyebar tanpa ada fakta yang membuat orang lain merugi karena belum tentu cerita tersebut benar adanya, karena itulah disebut gosip.
Nah disini penulis ingin menyampaikan metode mengajar dengan bercerita. Anak usia dini kalau diajarin di ruang kelas tanpa adanya gerakan pasti bosan dan tidak sanggup duduk saja hanya mendengarkan penjelasan gurunya. Dalam tempo sepuluh menit saja disuruh duduk diam menendengarkan gurunya tidak sanggup karena memang tahapn konsentrasi anak-anak masih durasi lima sampai sepuluh menit. Lewat dari sepuluh menit mereka sudah mulai gelish.Â
Hal ini harus diketahui oleh guru juga agar tidak marah ketika selang sepuluh menit anak sudah mulai mencolek temannya atau mulai ngobrol. Bagaimana agar fokus dan tetetap dapat mendengarkan penjelasan guru, tentunya guru harus punya metode yang kreatif agar anak dapat fokus dan menikmati pembelajaran di dalam ruang kelas.
Pada umumnya aktifitas di dalam ruang kelas yang harus diciptkan lebih menarik termasuk kegiatan belajar mengajarnya, kalau diluar kelas seperti play ground itu kesukaan anak-anak, jadi secara otomatis anakpun tidak bosan. Bagaimana metode mengajar yang efektif dan menarik dalam ruang kelas?Â
Penulis mencoba menuangkan pengalaman sebagai guru yang sudah puluhan tahun ada dalam dunia pendidikan. Menjadi seorang guru anak usia dini, dibutuhkan tingkat kesabaran yang super tinggi, agar anak dapat menyerap pelajaran yang kita sampaikan. Tidak hanya sabar, tetapi kreatif, inovatif, luwes, dan tidak boleh malu-malu jika bercerita menggunakan mimik dan gesture.
Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam metode mengajar dengan bercerita?
1. Tentukan themaÂ
Thema disesuaikan dengan thema pelajaran setiap minggu. Contohnya belajar counting/berhitung. Penjumlahan atau addition 10+6 =, kalau kita tuliskan angka seperti ini, anak-anak yang sudah tahu angka dan penjumlahan pasti mudah untuk menjawab enam belas. Tetapi ada anak yang sulit dalam berhitung dan harus berfikir keras untuk dapat menjawabnya, jadi gunakanlah metode bercerita. Guru harus siap-siap dengan soal cerita berhitung.
Contoh soal cerita: "ibu Nila sangat suka dengan apel, ibunya membeli sepuluh apel (sambil menggambar 10 apel) dan karena dia suka, dia membeli lagi enam apel hijau (sambil menggambar 6 apel), jadi ada berapa semua apelnya?"
Mungkin saat ditanya berapa semua jumlah apelnya, pasti ada anak yang langsung kasih jawaban walau tidak semua. Jadi guru memandu anak-anak kembali untuk menghitung.