Cek Toko Sebelah merupakan film yang tayang pada Desember 2016. Film ini disutradarai oleh Ernest Prakasa.
Ide cerita dari film Cek Toko Sebelah berdasarkan pada realitas etnis Tionghoa. Berdasarkan pada pengalaman yang ada, biasanya etnis Tionghoa akan mewariskan usahanya secara turun temurun. Usaha yang dibangun oleh orang tua akan dilanjutkan oleh sang anak dan begitupun seterusnya.
Selain itu, biasanya para kaum Tionghoa menyarankan agar anak-anak mereka kelak memiliki pasangan hidup atau menikah dengan sesama Tionghoa. Hal-hal seperti itulah yang dialami oleh Yohan dan Erwin dalam film Cek Toko Sebelah.
Apakah Anda yang merupakan bagian dari etnis Tionghoa juga merasakan seperti apa yang dialami oleh Yohan atau Erwin?
Cerita yang dialami oleh Yohan dan Erwin bisa dialami oleh siapa saja, bahkan diri kita sendiri. Coba lihat sekeliling kita, berapa banyak toko-toko yang dimiliki oleh kaum Tionghoa dan sudah berjalan secara turun-temurun. Mungkin Anda juga sering mendengar kisah cinta teman Anda yang tidak mendapatkan restu karena berbeda ras atau suku.
Hal-hal seperti itu seringkali terjadi dalam lingkungan masyarakat kita. Namun, film Cek Toko Sebelah berusaha untuk mematahkan paradigma tersebut.
Usaha Keluarga Turun Temurun
Sebuah usaha baik itu adalah toko sembako, restoran, atau perusahaan sering kali diwariskan secara turun temurun. Khususnya untuk kaum Tionghoa, banyak usaha yang sudah berjalan selama bertahun-tahun dan diwariskan hingga anak cucu si pemilik.
Hal itulah yang dialami oleh Erwin. Erwin sudah bersekolah hingga Sydney dan memiliki karir yang bagus. Namun, papahnya meminta Erwin berhenti bekerja dan meneruskan usaha keluarga, yaitu menjaga toko sembako yang dimiliki oleh papah dan mamahnya.
Bagi sebagian orang, melanjutkan bisnis orang tua mungkin adalah hal yang menyenangkan karena tidak perlu bersusah payah memulai dari bawah dan semuanya sudah tersedia. Tetapi ada beberapa orang yang tidak mau melanjutkan bisnis orang tua karena merasa tidak cocok atau tidak tertarik.