Ada bermacam-macam genre film, seperti romance, thriller, horror atau film mengenai pernikahan. Mana yang menjadi favorit Anda?
Film pernikahan tentu bukanlah hal yang baru lagi. Anda pasti sudah tidak asing dengan film yang menceritakan tentang kehidupan pernikahan.
Sama halnya seperti film pahlawan yang merupakan bagian dari film action. Film pernikahan juga dapat dikatakan sebagai bagian dari film melodrama atau romance. Film pernikahan pun terdapat berbagai macam, ada yang dicampur dengan komedi, hal-hal politis, atau bahkan cerita-cerita yang lebih gelap.
Pernikahan memang merupakan suatu hal yang membahagiakan. Anda bisa hidup dengan orang yang Anda cintai hingga maut memisahkan. Melewati banyak hal bersama-sama, merawat anak bersama, hingga melalui hari tua bersama. Menikah artinya siap untuk memulai hidup yang baru.
Namun, bagi sebagian orang, adanya pernikahan akan membawa mereka pada sebuah pilihan. Bagi perempuan, mereka bisa saja dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah, seperti memilih antara karier atau keluarga. Meski ada cukup banyak perempuan yang dapat memiliki karier dan kehidupan keluarga yang seimbang, tapi hal itu tentunya bukan hal yang mudah.
Itulah yang dirasakan Kim Ji Young. Setelah menikah, Kim Ji Young berhenti bekerja untuk fokus menjadi ibu rumah tangga. Sama seperti perempuan pada umumnya, Kim Ji Young mengikuti budaya yang ada bahwa perempuan ketika sudah menikah dan memiliki anak sudah semestinya untuk selalu siap sedia dan selalu siaga dalam urusan rumah tangga.
Kim Ji Young juga dituntut untuk menjadi sosok perempuan yang sempurna. Ia hidup di lingkungan yang masih kental akan budaya bahwa pria lah yang berkuasa. Lama-kelamaan, Kim Ji Young mulai mengalami depresi tanpa disadarinya. Terkadang ia berbicara seperti orang lain. Untungnya, suaminya selalu menemani dan mendukungnya.
Menurut Costanzo, dalam buku World Cinema Through Global Genres, beberapa film pernikahan memiliki gambaran yang jauh lebih gelap mengenai keluarga yang bermasalah, dan keluarga yang ada dalam film sering kali mewakili masyarakat secara luas.
Costanzo juga menuliskan bahwa setiap film mencerminkan waktu dan budaya yang memproduksinya. Terkadang, menonton film dengan budaya yang berbeda dengan kita membuat kita merasa seperti orang luar. Bagaikan ahli etnografi yang mengamati perilaku masyarakat dan mencoba untuk memahami bagaimana orang-orang di lingkungan yang berbeda mengatur kehidupan sehari-hari mereka.
Film mengenai pernikahan dapat memiliki fungsi etnografi. Saat Anda menonton film, Anda akan mengidentifikasi karakter para pemainnya, lalu ikut masuk ke dunia mereka. Lama-kelamaan, Anda akan ikut berbagi emosi dengan mereka.