Saya agak terkejut dengan berita kenaikan tarif KRL Jabodetabek yang dimuat di Kompas.com hari Senin tanggal 6 Oktober 2014. Di berita tersebut, menurut Dirut KCJ Tri Handoyo, kenaikan tarif dilakukan karena PT KCJ telah melakukan perbaikan-perbaikan di stasiun, seperti perbaikan toilet, bangku tunggu, mushalla, serta penambahan armada KRL. Kenaikan tarif akan diberlaukan pada tanggal 15 Oktober 2014 nanti, dimana kenaikan terjadi untuk tarif 5 stasiun awal yang sebelumnya Rp2.000,00 menjadi Rp5.000,00, sedangkan tarif untuk setiap 3 stasiun berikutnya tetap sebesar Rp500,00. Jadi akan ada kenaikan sebesar Rp3.000,00 untuk setiap satu kali perjalanan.
Memang benar kalau beberapa fasilitas sudah dibenahi oleh PT KAI/PT KCJ. Namun, perbaikan yang ada belumlah merata. Contoh yang telah beredar di media sosial adalah soal musholla di Stasiun Manggarai, yang sempit jika dibandingkan jumlah pengguna KRL di stasiun tersebut. Bahkan timbul anggapan untuk Stasiun Manggara lebih mengutamakan area komersialnya.
Contoh lain adalah di Stasiun Cisauk, stasiun yang selalu saya gunakan. Bangku tunggu yang disediakan hanya untuk 4 orang saja, sisanya dipersilakan untuk menunggu dengan berdiri atau duduk-duduk di tangga peron stasiun. Rasanya, untuk stasiun kecil, perbaikan fasilitas tidak diprioritaskan.
Menurut saya, hal utama yang diharapkan oleh pengguna KRL Jabodetabek adalah ketepatan waktu berangkat maupun tiba KRL sesuai dengan jadwal. Untuk saat ini, jalur Stasiun Tanah Abang- Maja masih digunakan bersamaan dengan kereta lokal seperti Kereta Rangkas Jaya, Kereta Patas Merak, maupun Kereta Penumpang Rangkas Bitung, kereta barang angkutan batu bara, kereta api ekonomi jarak jauh Krakatau. Kereta-kereta tersebut menjadi "pengganggu" bai KRL untuk dapat tepat waktu. Sedangkan untuk jalur Stasiun Bekasi - Jakarta Kota masih terganggu dengan belum dipisahkannya jalur kereta jarak jauh dengan KRL. Faktor lain yang menjadi gangguan akan ketepatan jadwal KRL adalah padatnya Stasiun Manggarai, sehingga sering terjadi antrean KRL di stasiun ini,
Selain itu, seringkali kerusakan atau gangguan pada wesel dan signal turut andil dalam keterlambatan KRL. Sering tidak adanya informasi yang jelas mengenai gangguan yang terjadi atau informasi berapa lama penumpang harus menunggu perbaikan.
Seandainya PT KAI/PT KCJ bisa memprioritaskan ketepatan jadwal berangkat dan tiba KRL untuk di semua lintasan, saya sebagai pengguna KRL tidak merasa keberatan dengan kenaikan tarif. KRL tepat waktu adalah harapan saya, dan mungkin harapan sebagian besar pengguna KRL. Bisakah PT KAI/KCJ mewujudkannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H