Mohon tunggu...
Gilly Prayoga
Gilly Prayoga Mohon Tunggu... -

Menjadi Jiwa Merdeka berbekal seberkas cahaya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulang Tahun, Lilin, dan Kebersikukuhan Ceu Zahra

23 Mei 2014   20:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400826929537438437

[caption id="attachment_337886" align="aligncenter" width="480" caption="kue ultah ceu zahra"][/caption]

Beruntung, tanggal ulang tahun saya sama anak sulung saya, ceu Zahra, selisih dua hari, bulannya tentu sama. Jadi kalo merayakan ulang tahun, merayakannya bisa barengan, he he prinsip ekonomi banget ya, ngiiiirriiit he he he

Ada yang unik pada perayaan potong kue tahun ini, coba cermati, ga ada lilinnya kan.....???? he he he pasti ada yang ga ngeuh kalo ga ada lilinnya, kalo baru ngeuh, rapopo woles ajah ;)

Masbro/mbakbro, ada cerita unik dibalik itu semua. Ceu Zahra, anak sulung saya, disekolah TK_nya kerapkali merayakan ulang tahun teman_temannya yang lain. Menurut guru disekolahnya, merayakan ulang tahun itu tidak apa_apa sebagai wujud syukur berbagi keceriaan bersama. Jika adanya kue, maka dirayakan dengan memotong kue, kenapa dipotong ya karena kalo tidak dipotong itu kue tdk bisa dimakan. Jika yang adanya tumpeng, ya yang dipotong tumpeng. Perayaannya dengan berdo'a bersama bagi yg ulang tahun, kemudian makan bersama. Hanya saja, di kue ataupun tumpeng itu, tidak akan pernah ditemukan lilin yang menyala, kemudian ada seremonial tiup lilin, kenapa??? Karena tidak ada penjelasan logis apapun pada saat ulang tahun ada korelasi penting untuk tiup lilin. Hal itulah yang tertancap kuat dibenak anak saya, sampai pada saat si mbak penjaga toko bakery memberikan lilin karena dia tahu yg dipesan istri dan anak saya adalah kue ulang tahun, anak saya bilang: "umi, lilinnya nanti buat mati lampu aja...".
Ketika saya coba iseng mau pasang lilin itu di kue ulang tahun, dia dengan tegas bilang kesaya: "abi, sekarang kan lampunya nyala, kenapa harus nyalain lilin".
Kebersikukuhan ceu zahra itu yg membuat saya berfikir ulang, lantas kenapa banyak kebiasaan dalam hidup saya sendiri yg jelas_jelas ngga berdasar tapi terus saja dilakukan dengan dalih 'kebiasaan dari sononya'. Satu lagi pelajaran hidup yg saya peroleh dari ceu Zahra anak saya. Haturnuhun ceu Zahra, mugia janten murangkalih nu sholehah, seungit ngahiliwir nyambuang kamana_mana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun