Namun demikian, sangat celaka bilamana ada upaya menyamakan antara realitas negara yang kini berada dibawah ketiak kapitalis dengan tanah air. Sehingga mengharuskan pembelaan tanah air dan berkonsekwensi membela negara, inilah soal yang keliru. Apalagi, legitimasi sejarah dengan seabrek perjuangan yang mengatasnamakan Islam dan para ulama ditimpakan terhdap upaya pembelaan terhadap realitas negara hari ini yang sungguh bertentangan 360 derajat dengan Islam. Hal itu adalah argumen-argumen yang tidak intelktual dan cenderung memberikan pembodohan terhadap publik.
Maka, menyoal deklarasi bandung untuk bela negara yang akan diadakan 30 oktober nanti, hal ini haruslah ditelaah dan dikaji lebih mendalam lagi soal negara yang dibela itu. Padahal disaat yang sama negara telah berlaku tidak adil menjadikan keberagaman, kebhinekaan dan sejarah perjuangan Islam di Nusantara menjadi alat legitimasi untuk memperkukuh pengaruh kelompok kapital ini untuk mengendalikan dirinya (Negara) dan disaat yang sama negara menerapkan hukum atas rakyat keseluruhan, inilah kecelakaan terbesar bagi masyarakat tatkala apa-apa yang ditimpakan kepadanya adalah hasil persekongkolan jahat penguasa dengan pengusaha demi meraup keuntungan mereka sendiri. Lantas, atas dasar apa acara Bandung untuk Bela Negara diselenggarakan? Apakah ingin membenarkan tindakan kriminal negara terhadap rakyat? apakah meminta rakyat untuk mendukung penyengsaraan rakyat itu sendiri yang dilakukan oleh negara? Betapa anehnya jika acara itu tetap dilakukan. Ironi.
Ahmad Yusuf Aksan
Kepala Divisi Pembinaan
GEMA Pembebasan Kota Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H