Mohon tunggu...
Oris Goti
Oris Goti Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Kampung Asal Watujaji, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Menyukai jurnalistik, fotografi, pariwisata, budaya olahraga dan musik

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wolotopo yang Kurang Perhatian tapi Mampu Bersaing di Event Nasional (1)

8 November 2021   14:55 Diperbarui: 8 November 2021   15:40 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama salah satu penenun di Kampung Adat Wolotopo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. (Dokpri)

 


Desa Wolotopo Timur di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak begitu jauh dari Kota Ende, Ibu Kota Kabupaten Ende.

Desa ini sangat potensial. Kenapa? Ada Kampung Megalitik, dikenal kampung Adat Wolotopo (Destinasi Wisata Budaya). Belum lagi kekayaan atraksi seni budaya dan pangan lokal.

Namun, Wolotopo, memang masih kurang perhatian. Akses jalan Kabupaten saja, warga harus swadaya, memperbaiki. Penerangan umum (lampu) minim.

Dalam keterbatasan akses, akomodasi, warga dan pemerintah desa setempat tetap berjuang.

Tidak sia - sia memang, mereka suskes mencatatkan nama Wolotopo Timur dalam event Anugerah Desa Wisata Indonesia atau Adwi 2021.

Dari ribuan desa di Indonesia, Wolotopo Timur masuk dalam daftar 300 besar event tersebut. Pencapaian ini disambut gembira seluruh warga, mosalaki (tetua adat) dan pemerintah desa setempat.

Warga di pesisir selatan ini, yang hidup sederhana dalam tradisi leluhur tidak menyangka mereka tembus 300 besar.

Kendati kemudian, Desa Wolotopo Timur  gagal masuk dalam 100 besar, meraka tetap bangga.

Event yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini menjadi motivasi bagi warga dan Pemerintah desa.

Dengan melejitnya Wolotopo Timur ke event nasional, mestinya menggugah Pemerintah Kabupaten Ende untuk lebih serius memerhatikan peningkatan infrastruktur dan pendampingan pengembangan pariwisata di Desa Wolotopo Timur.

Pemerintah desa sendiri akan terus berbenah, berinovasi, bukan pertama - tama suskes dalam event tetapi lebih dari itu, yakni menjaga nilai dan tradisi, alam dan kampung megalitk, serta memberdayakan masyarakat untuk peningkatan ekonomi.

Pertengahan Agustus 2021 lalu, sebelum pengumuman Adwi, saya mendatangi Desa Wolotopo Timur, yang berjarak kurang lebih 12 Kilometer dari Kota Ende.

Dari Kota Ende ke Wolotopo, menyusuri jalan aspal. Yang baru pertama kali ke Wolotopo memang perlu berhati - hati karena jalan sempit dan ada beberapa titik rusak.

Namun, sedikit terobati dengan pemandangan pesisir pantai selatan di sisi kanan dan tebing curam di kiri.

Jalanan yang sunyi, pepohonan yang rimbun, suara burung berkicau, gulungan dan gemuruh deburan ombak serta udara yang sejuk, tentu memberi kesan berbeda dari Kota Ende yang riuh dengan suara kendaraan.

Tiba di Wolotopo Timur, saya kagum kagum dengan permukiman warga desa Wolotopo Timur yang bersih dan asri. Di setiap rumah warga ada tong sampah yang dari bambu.

Pekarangan rumah mereka ada sayuran yang ditanam di polibeg. Tampak juga wadah kolam ikan lele dari terpal.

Sayuran dan kolam ikan lele ini merupakan program Tim Penggerak PKK dan Pemerintah Desa untuk memberdayakan masyarakat.

Suasana Desa Wolotopo Timur tenang. Warga yang dijumpai, biasanya lebih dulu menyapa atau paling tidak tersenyum ramah.

Dari jalan masuk menuju Kampung Adat Wolotopo, pengunjung sudah bisa melihat sisi belakang rumah adat Wolotopo, terlihat seperti 'menggantung' di bibir tebing.

Untuk sampai kampung yang berdiri di atas susunan batu ini, pengunjung mesti jalan kaki menyusuri jalan setapak dan menaiki tangga - tangga yang sudah disemenisasi, sembari menikmati pemandangan pantai dan bukit - bukit.

Rumah Adat Wolotopo, masih asli dari bahan dasar kayu dan atapnya alang - alang. Di kolong rumah adat kaum ibu biasanya duduk menenun, juga digunakan untuk menyimpan kayu bakar.

Pengunjung bisa menyapa ibu - ibu yang sedang menenun ini dengan Mama atau Ine dalam bahasa setempat. Panggilan ini lazim untuk menghormati dan bisa membuat suasana lebih cair dan akrab.

Warga Desa Wolotopo Timur sebagian besar bermatapencaharian petani, pedagang dan serabutan.

Kendati hidup dekat pantai, hampir tidak ada warga kampung Wolotopo yang menjadi nelayan. Hal ini dikarenakan derasnya arus pantai selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun