Mohon tunggu...
Gustaf Wijaya
Gustaf Wijaya Mohon Tunggu... Ilmuwan - Blogger

Pemerhati Media dan Industri Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

10 Hal Unik tentang Perpustakaan Medayu Agung, Surabaya

4 November 2013   13:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:36 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpustakaan Medayu Agung adalah sebuah perpustakaan umum non-pemerintah yang dikelola oleh yayasan Medayu Agung. Terletak di Perumahan Kosagrha Medokan Selatan No 42-44 Surabaya.

Profil sekilas bisa anda lihat di video ini :

Oei Hiem Hwie, atau yang biasa disapa dengan nama Pak Wi (Oei) adalah pemilik (secara tidak langsung,karena mayoritas buku yang ada adalah milik beliau pribadi) sekaligus pembina. Ia dibantu 7 Karyawan sehari – hari mengelola perpustakaan yang buka dari pukul 9 hingga 3 sore ini.

Berikut 10 hal yang mungkin akan membuat anda tertarik berkunjung ke perpustakaan ini saat sedang berada di Surabaya.

1. Semua arsip dan inventaris pernah ditawar 1 M oleh akademisi Australia

Tahun 1999 lalu, Charles Coppel  dari University of Melbourne Australia pernah mendatangi Oie Him Hwie dan menawar seluruh koleksinya seharga Rp 1 miliar. Semua koleksi Oie akan dijadikan pusat studi Indonesia di Australia kala itu. Namun Oie menolak. ”Saya khawatir bukti-bukti sejarah yang kita punya ini dipelintir, makanya saya menolak,” tegasnya.

1 M? Maklum, isi perpustakaan ini sangat lengkap, Koran berbahasa Jerman terbitan 1928 pun ada.

2. Inisiatornya mantan wartawan

Oie muda adalah seorang wartawan harian Terompet Masjarakat. Karena kekagumannya terhadap Bung Karno, ia kemudian menjadi wartawan yang sangat fokus kepada sepak terjang presiden pertama Indonesia itu.  Tahun 1964, Oie mendapatkan tugas untuk mewawancarai Bung Karno di Istana Negara.

Bung Karno dikenal sebagai sosok yang suka kerapian, termasuk ketika diwawancarai, ia mengharuskan wartawannya rapi. “Nah, saat itu saya tidak punya jam tangan, nampaknya Bung Karno mengamati itu, jadi setelah wawancara saya diberikan jam tangan oleh beliau,” cerita Oie.

Tapi, kecintaannya akan Bung Karno jugalah yang “mengantarkan” Pak Oei masuk penjara Lowokwaru Malang dan akhirnya berstatu tapol (Tahanan Politik)

3. Dekat dengan Pramudya Ananta Toer

Pada tahun 1970, ia dipindahkan ke Nusa Kambangan dan setahun kemudian dipindahkan ke Pulau Buru. Perkenalannya dengan Pramoedya Ananta Toer terjadi setelah itu, di mana ladang yang ia harus garap berada di belakang gubuk tempat Pram diisolasi. Pram harus menulis sesuai permintaan Dewan Penerangan Luar Negeri. Di sela-sela penulisan, Pram masih menyempatkan diri untuk menulis karya  seperti ’Bumi Manusia’, ’Jejak Langkah’, ’Arus Balik’ dan  lain-lain.

Saat akan bebas, Oie dititipi naskah asli karya-karya Pram selama di Pulau Buru. Naskah Pram ia simpan di tas baju kotor miliknya. “Untungnya lolos pemeriksaan, kalau tidak saya mungkin sudah ditembak,” kenangnya. Naskah ini selanjutnya coba dikembalikan Oie ke Jakarta saat Pram juga sudah bebas di Tahun 1980, namun Pram hanya memfotokopi dan mempersilakan Oie menyimpan naskah aslinya. Koleksi penting ini juga dapat kita nikmati di Perpustakaan Oie

5. Kliping Koran

Ada banyak sekali kliping Koran di Perpustakaan ini (perlu 2 lantai penuh untuk menyimpannya). Bahkan cenderung sangat mendominasi. Kompas, Jawa Pos, Surya hingga Surabaya Post dan majalah Liberty, dikliping rutin  oleh pengurus Perpustakaan. Penyimpanan sudah menggunakan Silica dan cengkeh untuk membuat serangga dan jamur menjauh. Jadi ilmu baru juga to? Yang ingin berguru menyimpan buku, perpustakaan ini bisa jadi modelnya.hehe

6. Bung Karno? Lengkap

Buku koleksi foto Bung Karno pribadi terbitan Jepag pun ada. Judul dan rupanya seperti apa? Silahkan berkunjung saja.hehehe

7. Ahok saja pernah main, masak anda tidak?

2008, Saat Ahok masih menjabat sebagai bupati Belitung, ia mengunjungi perpustakaan ini, diantarkan oleh Pak Ongko Tikdoyo, salah satu pegiat Tinghoa Indonesia di Surabaya yang juga salah satu otak di balik berdirinya Perpustakaan Medayu Agung ini. Untuk apa Ahok kemari? Untuk membaca buku – buku Bung Karno dan melihat berbagai koleksi tentang Bung Karno tentunya.

8. Sejarah Surabaya? ada.

Tidak hanya dari koran, Oei punya beberapa buku sejarah Surabaya, mulai buku terbitan Belanda seperti Er Verd Eenstad Geboren, Oud Soerabaia hingga Niew Soerabaia. Ketiga buku itu berisi sejarah awal Surabaya dan ditulis oleh G. H Von Faber. Koleksinya tentang sejarah Surabaya juga mendapatkan “Surabaya Academy Award 2004” dari Board of Surabaya Academy.

9. Masuk Gratis

Dengan berbagai koleksi langka dan penting, maka tak heran jika banyak mahasiswa, khususnya yang mendalami sosial politik, akan sering berkunjung di perpustakaan ini. ”Sekali datang biasanya berkelompok 5-20 orang” tuturnya. Oie menyimpan tidak kurang dari 30 skripsi dan tesis mahasiswa yang pernah menggunakan perpustakaannya sebagai tempat mencari data.

Buku yang ada di perpustakaan ini tidak boleh dibawa pulang, tapi bisa dikopi jika memang diperlukan. Pengunjung hanya perlu mengganti uang fotokopi saja. Katalog di perpustakaan ini juga masih manual. ”Dana  yang kami terima belum bisa untuk berbuat terlalu banyak, ya semoga generasi muda nanti mampu membawa perpustakaan ini jauh lebih maju,” pesannya.

10. 1 Kamar untuk Bung Karno, 1 Kamar untuk Pram.

Bukan ruangan khusus untuk Bung Karno atau Pramudya istirahat atau mampir. Tapi ada satu ruangan khusus untuk menyimpan koleksi – koleksi Bung Karno dan Pramudya. 1 Ruangan dengan label “Ruangan Buku Langka” berisi buku – buku kuno dan banyak diantaranya terkait dengan Bung Karno.

Sedangkan ruangan pada sisi lain “Ruangan Buku Khusus” adalah ruangan yang menyimpan koleksi segala hal tentang Pramudya dan karyanya. Di ruangan ini, tersedia juga buku-buku yang menyangkut indo-cina di Indonesia.  Oie bahkan memiliki almari kaca khusus teks asli buku Pram dan almari kaca khusus buku – buku indo cina.

Nah, Tertarik untuk mampir? Anda bisa langsung menuju alamat berikut :

Perpustakaan Medayu Agung Surabaya

Jl. Medayu Selatan IV No. 42-44,

Perumahan MDR(Medayu Dian Regency),

Masuk Perumahan KOSAGRHA, Medokan Ayu,

Rungkut, Surabaya - 60295

East Java - Indonesia

telp./Fax:(62-31) 8703505

Atau dengan menyurusi peta berikut: https://foursquare.com/v/perpustakaan-medayu-agung/4ee6d529d3e34ebcf2177316

Jika berminat untuk wisata literasi di Surabaya, anda bisa men-download peta pusat-pusat buku dan literasi di Surabaya hasil kompilasi C20 Library :  http://c2o-library.net/wp-content/uploads/2012/04/SBM2011.pdf (file untuk umum, credit to C20)

Semoga bermanfaat,

@gostaff

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun