Pendahuluan
Perdamaian merupakan suasana tentram dan rasa aman yang dirasakan manusia baik secara individu maupun kelompok. Perdamaian ada karena tidak adanya permasalahan. Namun realitas sekarang menunjukkan bahwa kedamaian itu malah hanya menjadi sebuah mimpi, karena banyaknya persoalan yang terjadi.Â
Perang saudara, konflik, dan berbagai penderitaan yang dirasakan sesama manusia adalah akibat dari perlombaan senjata, kemerosotan moral, terorisme, ketimpangan, korupsi, ketidakadilan sosial, diskriminasi, ekstremisme, dan banyak penyebab lainnya.
 Tak lain semuanya berawal dari manusia sendiri sebagai akar permasalahannya, padahal setiap manusia itu mempunyai keinginan untuk merasakan kedamaian. Dan sekarang dengan begitu banyaknya masalah di berbagai belahan dunia, manusia sendirilah yang harus mengatasinya dan mencari jalan menuju kedamaian impian tersebut.Â
Kehidupan manusia secara global hampir semuanya  adalah orang beragama yang selalu terikat dengan nilai-nilai moral, etika dan pedoman dalam ajaran mereka yang semuanya tentu menuju pada hal-hal baik. "Perdamaian di dunia bisa tercapai jika semua agama mengakui nilai norma dan prinsip dasar kesempurnaan yang terdapat dalam semua agama"(Knitter, 2003).
Oleh karean itu, melalui pertemuan yang dilakukan dengan suasana persahabatan dan persaudaraan antar dua petinggi agama besar di dunia, mengungkapkan harapan akan masa depan umat manusia yang cerah. Maka dari bergagai permasalahan dan melalui diolog terbuka, lahirlah Dokume tentang Persaudaraan Manusia atau yang dikenal sebagai Dokumen "Abu Dhabi" (HUMAN FRATERNITY MEETING), hasi konfenrensi Global pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emira Arab oleh Paus Fransiskus bersama dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb.
HASIL PEMBAHASAN
Dokumen Abu Dhabi sendiri merupakan dokumen tentang permainan yang telah terbit sejak 2019, yang pada kehadirannya itu membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terutama karena adanya dialog antar petinggi agama terbesar di dunia (Paus Fransiskus bersama dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb).Â
Yang kemudian membuka pintu torelansi antar umat beragama kedua belah pihak tersebut di seluruh dunia, dan bahkan juga membuat agama lain pun ikut terlibat sebagai satu saudara untuk kehidupan bersama menuju perdamaian.Â
Contoh konkritnya yaitu adanya "House of Family" di Mesir untuk pertemuan pemimipin Muslim dan Kristen untuk mempererat hubungan dan juga mendukun agama-agama yang rentan terhadap konflik.Â