Mohon tunggu...
Ahmad Baihaqy
Ahmad Baihaqy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pilpres 2019, Ulama Jadi Senjata

29 September 2018   22:02 Diperbarui: 29 September 2018   22:30 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres 2019 baru saja dimulai tetapi berbagai macam bentuk kampanye secara diam-diam sudah dimulai. Salah satunya adalah mencari dukungan dari tokoh-tokoh strategis seperti ulama. Kedua kubu pada Pilpres 2019 ini sama-sama mendapatkan dukungan dari ulama. Sehingga, jika kita berbicara "Ini seruan ulama", maka aka nada balasan "Ulama yang mana?". Hal ini membuat istilah baru dalam masyarakat, yaitu "Ulama sana" dan "Ulama sini". Diantara ulama yang mendukung pasangan Jokowi-Amin adalah KH. Aqil Siradj, Ali Mochtar Ngabalin, dan Tuan Guru Bajang (TGB).

Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai wakilnya. Hal ini menandakan bahwa tokoh-tokoh ulama besar lainnya di ormas Nahdlatul Ulama akan banyak memberikan dukungannya kepada pasangan Jokowi-Amin. Bahkan Ma'ruf Amin mengklaim dirinya sudah mengunjungi banyak pesantren di pulau Jawa dan mendapatkan dukungan dari ulama-ulama lainnya. Bahkan Ma'ruf Amin mengklaim ulama yang memberikan dukungan kepadanya lebih banyak daripada dukungan Ijtima Ulama II yang memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Sedangkan ulama yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi adalah Ustadz Abdul Somad, Ustadz Bachtiar Natsir, dan Dr. Haikal Hasan.

Sedangkan pasangan Prabowo-Sandi juga optimis mendapatkan dukungan banyak ulama. Pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan dukungan dari Ijtima Ulama II, GNPF, PA 212, dan juga tokoh besar nasional lainnya. Berbagai dukungan dari setiap gerakan beserta tokoh besarnya tentu akan memberikan dampak kepada pengkikutnya untuk mendukung pasangan tertentu.

Jika dilihat dari Ulama yang mendukung kedua pasangan tersebut, terlihat jelas latar belakang dan ormas yang diikuti Ulama tersebut. Di paslon Jokowi-Amin banyak didukung oleh ulama atau tokoh yang berafiliasi pada Nahdlatul Ulama. Bahkan, ketuanya sendiri seperti KH. Aqil Siradj dan Gusdurian secara terang-terangan memberikan dukungannya. TGB juga mewakili organisasi Nahdlatul Waton memiliki dampak besar kepada orang-orang yang mengikuti organisasi yang sama.

Kemudian pada pasangan Prabowo-Sandi terlihat banyaknya dukungan dari ormas atau harokah Islam yang berbeda. Mendapatkan dukungan dari PAN berarti sekaligus mendapatkan dukungan dari tokoh besarnya seperti Amin Rais dan Zulkifli Hasan akan membuat dukungan Muhammadiyah banyak tertuju ke pasangan ini. Hal ini ditambah kuat dengan masuknya Dahnil Anzar Simanjuntak yang sebelumnya Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah menjadi coordinator juru bicara tim Prabowo-Sandi. Selain itu, PKS dengan kader Tarbiyahnya yang militant sudah tentu akan mendukung pasangan ini. Ditambah dengan berbagai majelis yang memiliki jama'ah besar seperti Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Bachtiar Natsir dan juga ex Hizbut Tahri yang sekarang ini terlihat diam-diam mendukung pasanga Prabowo-Sandi akan membuat pasangan ini mendapatkan banyak dukungan dari ormas Islam.

Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dari para Ulama adalah amunisi kampanye  Pilpres 2019. Dan jika sudah sampai di saat puncak kampanya, seruan-seruan Ulama akan menjadi senjata antar kedua belah pihak. Hal ini akan membuat "ulama sana" mengkritisi "ulama sini".

 Berbicara soal Ulama, Ustadz Hamid Fahmi Zarkasy, alumnus Gontor sekaligus anak dari Tri Murti Pesantren Gontor berpendapat "seorang alim ulama dengan ilmu yang luas tidak dijamin kuat memegang amanah sebagai umara'. Buktinya Nabi menolah permintaan Abu Dzar yang sangat ingin menjadi pejabat, tapi justru mempercayai Khalid bin Walid yang kurang alim menjadi panglima perang. Lagi pula, dalam Al-Qur'an yang diberi janji oleh Allah akan dijadikan pemimpin adalah orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Diantara makna beramal shaleh adalah bersikap amanah, adil, berakhlak, jujur, dan yang terpenting adalah tidak menginginkan jabatan. Tapi yang diberi janji oleh Allah untuk diangkat ke derajat setinggi-tingginya adalah mereka yang beriman dan berilmu pengetahuan luas. Maka, sebaiknya para alim ulama yang tidak mampu memegang amanah tidak memaksakan diri atau mengkampanyekan diri dari penguasa. Sebab, jabatan itu diberi dan tidak diminta. Wallahu a'lam", ungkap putra dari KH Imam Zarkasyi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun