Joke lama : "Eh, lu kesininya cepet amat, naek apa?"
"Naek Buroq bro."
Entah joke lokal semacam itu ada di daerah saya atau saya rasa semua hampir pernah bicara seperti itu. Tapi dari sebagian orang tidak mengetahui apa itu "Buroq".
Bagi yang baru tahu, perkenalkan, namanya Buroq, kilat yang melaju dengan kecepatan cahaya, yang malam itu diiringi Malaikat Jibril. Dibawanya makhluk yang mulia dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsha (Madinah). Dari bumi ke sidratulmuntaha. Ya, semua hanya ditempuh satu malam saja. Jarak dari Mekkah ke Yerussalem adalah 1238 KM dan jarak dari bumi ke sidratul muntaha sangatlah jauh, walau ada yang mengatakan bahwa jaraknya adalah sekitar 10 milyar tahun cahaya, tapi pasti jauh dari itu.
Buroq, lebih cepat dari pesawat Concorde, pesawat penumpang tercepat sepanjang sejarah dengan kecepatan 2179 km/jam. Lebih cepat dari mobil Bugatti Veyron Grand Sport 16.4, mobil produksi tercepat sepanjang sejarah dengan kecepatan 431 km/jam. Lebih cepat dari kapal penumpang tercepat di dunia, Francisco, 107 km/jam.
Hebat ya buraq.
Yang lebih penting dari itu, adalah manusia terbaik yang "menunggangi" Buroq tersebut yang setelahnya naik ke langit di sertai Malaikat Jibril, memasuki lapis demi lapis. Bertemu Adam, Yahya serta 'Isa, Yusuf, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim. Lalu terus ke Sidratul Muntaha, Baitul Ma'mur, dan naik lagi menghadap Allah hingga jaraknya kurang dari dua ujung busur. Allah membuka tabirNya.
Ya, salah satu kenikmatan seorang hamba adalah bisa bertemu Rabb-nya (84 : 6) dan Rasul-nya yang menjadi teladan (33 : 21).
Jika melihat do'i kadang buat kita lupa diri, padahal kita selalu diawasi sang pemilik alam ini. Jika seorang perempuan melihat Nabi Yusuf, apa daya ter-iris tangan pun tak terasa, lantas, bagaimana jika kita seorang hamba bertemu dengan Rabb-nya?
Jangankan bertemu Rabb-nya, sahabat-sahabat saja yang pernah melihat Ka'bah secara langsung pun bercerita terasa haru dan syahdu.
Lantas, apa yang dirasakan Nabi Muhammad, Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam ketika ia mi'raj bertemu Rabbnya? Kesyahduan, keterpesonaan, kesejukan, kenikmatan ruhani, kelegaan jiwa dan kemantaban jiwa yang tiada tara.