Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat yang Mengharukan dari Seorang Relawan Gempa Italia

28 Agustus 2016   15:22 Diperbarui: 28 Agustus 2016   16:28 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat dari Andrea untuk Giulia, FOTO: corriere.it

Seorang relawan bekerja bukan saja dengan tangan dan kaki tetapi juga dengan hati. Boleh dibilang, dia bekerja dengan fisik dan psikisnya. Pekerjaan yang optimal memang mesti melibatkan hati dan tangan.

Demikian yang terjadi pada Andrea, seorang petugas dari Badan Perlindungan Sosial Italia (protezione civile). Hari-hari ini dia bekerja siang malam, mencari korban gempa yang masih terhimpit puing bangunan. Gempa itu memang terus terjadi. Dan, pekerjaan mereka terus berlanjut entah sampai kapan.

Hari ini, Minggu, 28 Agustus 2016, gempa susulan yang ke sekiannya terjadi lagi di kota Amatrice. Badan Meterorologi Italia melaporkan bahwa gempa pagi tadi berkekuatan 3,4 SR dengan pusat kedalaman 10,3 km di bawah permukaan laut. Ini berarti kekuatannya masih besar dan ada kemungkinan menambah kerusakan pada bangunan.

Seiring pencarian para relawan, masih ada harapan untuk menemukan korban lainnya entah hidup atau mati. Yang jelas, belum seluruh korban ditemukan. Harapan untuk bertemu sekaligus bertemu korban hidup selalu ada. Meski sudah lewat 72 jam dari kejadian gempa.

Meratapi kepergian anggota keluarga mereka, FOTO: repubblica.it
Meratapi kepergian anggota keluarga mereka, FOTO: repubblica.it
Seperti yang dialami kakak beradik Giulia (11 tahun) dan Giorgia (4 tahun). Mereka ditemukan masih hidup setelah 16 jam terhimpit di puing bangunan. Andrea, relawan dari Badan Perlindungan Sosial Italia menemukan mereka.

Saat ditemukan, Giorgia (sang adik(,langsung menyapa Andrea, sang relawan.  

“Ciao, sono Giorgia, (hai..saya Giorgia (dibacaJorja)” sapa Giorgia pada Andrea sambil menunjukkan posisi kakaknya, Giulia.

Andrea lalu membawa mereka keluar dari himpitan puing bangunan. Mereka lelah dan butuh perawatan. Mereka pun dilarikan ke rumah sakit di kota Ascoli. Di sana mereka akan dirawat selanjutnya sekaligus bertemu keluarga mereka. Dan, sang Mama dari kedua anak ini berhasil menemukan mereka.

Seperti saya tulis kemarin di sini, Giulia rupanya tidak bertahan lama. Giulia akhirnya meninggalkan sang adik Giorgia. Saat ditemukan mereka memang bersama. Sama-sama hidup. Sayang, seperti dalam pertempuran saja, ada persaingan antara hidup dan mati. Mengutip kata-kata Uskup dari Keuskupan Ascoli Mgr Giovanni D’Ercole, kehidupan dan kematian berperang, dan kehidupan menang.

Sedang meratapi anggota keluarga yang menjadi korban, FOTO: repubblica.it
Sedang meratapi anggota keluarga yang menjadi korban, FOTO: repubblica.it
Giulia dan Giorgia memang tidak berperang. Hanya saja, mereka seperti hidup dalam situasi perang, situasi kritis. Dalam situasi ini, mereka harus berjuang agar hidup. Dan, Giorgia akhirnya hidup tetapi ditinggalkan oleh saudarinya, Giulia.

Giulia bukannya tidak mau hidup. Giulialah yang bertahan menanggung beban berat dari puing bangunan itu demi sang adik yang harus bertahan hidup. Bagi Giulia, Giorgia adiknya adalah dia yang harus dilindungi.Sungguh terharu kisah ini, sang kakak melindungin sang adik. Sang kakak memberikan nyawanya sampai mati, demi sang adik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun