Menampilkan wajah Indonesia di hadapan publik asing tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi menampilkan wajah Indonesia yang beraneka ragam. Tetapi, tetap saja ada cara yang pas untuk menampilkannya dengan wajah menarik.
Indonesia dengan keragamannya amatlah rumit. Kerumitan ini pun menjadi hantu menakutkan saat mempresentasikan Indonesia di hadapan orang asing. Jika kita bilang Indonesia itu damai,mereka akan bertanya, mengapa di Medan ada bom? Jika kita bilang ekonomi Indonesia itu bagus, mereka akan bilang mengapa masih ada orang miskin di Indonesia? Jika kita bilang infrastruktur Indonesia bagus, mereka akan bilang, mengapa wisata di kota Labuan Bajo dan Pulau Komodo belum dikelola dengan baik?
Inilah beberapa jawaban yang dihadapi jika kita mempresentasikan Indonesia di hadapan publik Italia. Ini yang pernah dialami oleh penulis. Tentu saja kalau kita kehabisan ide, kita bakalan kecewa bahkan kalah sebelum bertanding. Sebaliknya, jika kita cerdik dan jeli, jawaban ini menjadi menu menarik untuk diumpan balik ke hadapan publik Italia.
Wajah Indonesia memang tidak sebatas sebuah pulau. Jika Jakarta sering disebut dan Bali sering diingat, Indonesia mesti diperkenalkan sebagai ruang yang lebih besar dari dua tempat ini. Wajah Jakarta dan Bali meski indah sekaligus buruk tidak menampilkan Indonesia yang sebenarnya.
Wajah Indonesia yang sebenarnya adalah wajah Indonesia yang beraneka ragam. Maka, yang disebut di atas tadi hanyalah wajah sebagian dari Indonesia. Wajah-wajah itu memang membangun wajah Indonesia yang sebenarnya. Namun, wajah itu saja belum cukup. Mesti menampilkan wajah Indonesia lainnya.
Wajah Indonesia yang beraneka ragam itulah yang coba kami tampilkan di kota Parma, Italia pada Minggu, 11 September yang lalu. Kami menampilkan wajah itu melalui tarian dan lagu-lagu khas Indonesia. Kiranya dua sarana ini, tarian dan lagu, bisa menampilkan wajah Indonesia yang beraneka ragam sekaligus rumit.
Penggagas acara bertajuk Viaggio in Indonesia(berpetualang ke Indonesia) ini adalah komunitas Indonesia di kota Parma dan sekitarnya. Komunitas ini dikenal dengan sebutan Asosiasi Rela Hati. Inisiator utama asosiasi ini adalah Ibu Ina Wahyuningsih asal Jawa Timur yang sudah lama menetap di kota Parma, Italia.