Jika Anda ingin terkenal di dunia maya, pasanglah foto terbaik Anda, dan jangan menulis status tanpa foto. Status tanpa foto kurang diminati oleh pemirsa dunia maya Anda. Dunia maya seperti facebook akan lebih ramai dengan foto ketimbang dengan status.
Gambaran ini kiranya mewakili situasi dunia maya saat ini. Lihat saja di halaman facebook Anda. Berapa banyak foto yang paling diminati dan berapa banyak status yang disukai. Bukan mustahil jika antara foto dan status, warga maya cenderung memilih foto. Warga maya saat ini lebih suka sebuah sensasi ketimbang sebuah opini.
Hossein Derakhsan (42,) blogger asal Iran dan sekarang menetap di Kanada ini pun mengakui hal ini. Menurut Hossein, banyaknya peredaran berita palsu di internet tidak terlepas dari situasi dunia maya yang penuh dengan hal-hal yang berbau sensasi ketimbang buah pikiran. Berita palsu ini pun diteruskan ke berbagai pihak melalui sistem berbagi (share). Sehingga, satu berita palsu akan memproduksi banyak berita palsu lainnya. Selain sensasi, Hossein juga melihat isu yang bersifat emosional ketimbang isu yang merangsang pemirsa untuk berpikir. (Avvenire 19/2/2017).
Kekuatan sensasi dan emosi lebih tinggi dibanding daya rangsang untuk berpikir. Sungguh saat ini pun, situasi inilah yang kita alami. Kekuatan sensasi bahkan mengalahkan kepercayaan kita akan daya pikir. Otak pun seolah-olah kewalahan bekerja karena pengaruh sensasi lebih kuat. Jadinya, kita pun kadang-kadang hampir tak percaya dengan buah pikiran kita. Kita menjadi ragu-ragu dan kurang percaya diri dengan apa yang kita yakini benar berdasarkan pikiran kita.
Hossein—yang juga seorang wartawan ini—melihat dampak dari situasi ini di negerinya. Menurutnya, ada perubahan besar yang terjadi di Iran. Hossein ingat, sebelum ia masuk penjara, dunia maya masih didominasi oleh berita. Saat dia bebas, keadaan dunia maya di negerinya berubah. Dunia maya dalam sekejab menjadi ajang sensasi dan berita palsu.
Boleh jadi, Hossein tidak terpengaruh dengan situasi ini. Pengaruh sensasi di dunia maya tidak ia rasakan. Dia rupanya amat jauh dari isu sensasi dan emosional itu. Ia memang mendekam di penjara selama 6 tahun (2008-14). Hossein diduga pernah membuat aksi melawan rezim berkuasa saat itu. Karena ulahnya ini, ia pun harus menghadapi tuntutan hukuman selama 19 tahun yang kemudian berkurang menjadi 17 tahun.
Hossein melihat perubahan gaya berdunia maya seperti ini khususnya di dunia website. Ia menemukan beberapa perbedaan mencolok dalam dunia web dulu dan sekarang. Katanya, “Dulu, web didasarkan pada teks atau tulisan. Jumlahnya banyak dan bervariasi. Tulisan-tulisan ini pun membuat pembaca teransang untuk berpikir. Lalu, juga mengundang pemirsa untuk aktif dan berpartisipasi. Ada juga peluang untuk saling tukar link eksternal sehingga pembaca bisa melakukan perbandingan.”
Saat ini—tutur Hossein—situasi seperti ini tidak ada lagi. Dia jarang menemukan sistem berbagi link seperti ini. Yang ia lihat saat ini kebanyakan produksi intern sebuah situs. Ia menunjuk misalnya sistem pada Instagram yang hampir tidak mungkin menyelipkan link.
Hossein menyesalkan situasi seperti ini. Menurutnya, ini sudah melampaui tujuan dibentuknya sistem web. Ia merujuk pada pendapat Pendiri sistem Website Tim Berners Lee. Lee menciptakan sistem ini sebagai tempat terbuka sehingga memungkinkan setiap orang untuk saling terhubung.
Hossein melihat situasi di berbagai macam media sosial saat ini malah berlawanan dengan semangat awal ini. Media seperti facebook dan youtube misalnya lebih bercorak TV ketimbang situs untuk saling berhubungan. Situasi semacam ini—tegas Hossein—membuat pemirsa makin malas untuk berpikir, cenderung pasif karena diarahkan oleh sensai dan kesenangan.