Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Kunci Hidup Bahagia a la Keluarga Prantau

26 Februari 2016   14:44 Diperbarui: 26 Februari 2016   15:15 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto sebagian sisi rumah"][/caption]Keramahan menyelimuti tingakhnya saat kami tiba. Di ujung lorong, istrinya juga dengan senyum ramah menerima kami. Tingkah keduanya menggambarkan kepada kami, para tamu, kebahagiaan dalam keluarga mereka.

Suami dan istri ini berasal dari Pakistan. Sudah bertahun-tahun tinggal di Italia. Entah bagaimana sejarah mereka sampai tiba di sini. Tidak menjadi agenda dalam pembicaraan kami. Yang jelas, sekarang mereka tinggal dan hidup bahagia di Parma, Italia. Agak jauh dari pusat kota Parma. Seperti Tangerang dan Jakarta, dari Parma ke tempat tinggal mereka. Jauhnya jarak dari pusat tidak membuat mereka putus hubungan dengan kota. Anak mereka bersekolah di kota. Sekali seminggu, sang bapak ikut kuliah akhir pekan di pusat kota. Ini berarti, mereka selalu ke kota. Jauh tetapi ini kiranya salah satu cara menjalin hubungan dengan mereka yang di pusat kota.

Keluarga ini sekarang mendiami sebuah rumah di daerah perbukitan ini. Letaknya memang di bukit. Dari sini kita bisa lihat pemandangan indah di sekeliling bukit. Agak jauh dari keramaian jalan raya dan rumah penduduk. Rumah ini memang dirancang untuk kegiatan khusus seperti pertemuan, retret, atau sekadar kumpul keluarga, atau juga untuk menyepi sejenak, menjauh dari keramaian kota. Itulah sebabnya, tempat ini dipilih. Dilengkapi dengan taman luas di sekeliling kompleks, membuat rumah ini layak sebagai rumah untuk membuang kejenuhan kota.

[caption caption="Letaknya di atas bukit, membuat mata tak bosan melihat ke mana-mana"]

[/caption]

Saat kami tiba, kota Parma dan sekitarnya sedang dilanda gerimis. Di sini pun kami disambut dengan gerimis. Untunglah kami membuat pertemuan di dalam sehingga tidak perlu repot membawa payung ke mana-mana. Di dalam sudah ada pemanas ruangan sehingga kami tetap nyaman mengikuti pertemuan. Rumah ini memang dilengkapi pemanas. Suhu rata-rata rumah tentu saja lebih dingin dari suhu di kota Parma. Letaknya yang agak tinggi membuat perbedaan dengan Parma yang berada di kaki bukit.

Setelah makan siang, saya dan beberapa teman sempat berbincang-bincang dengan sang ibu. Dia rupanya tidak sendiri, bekerja menyiapkan makanan siang untuk kami. Kala kami memberinya tepuk tangan sebagai tanda bahwa makanannya enak sekali, dia segera memanggil temannya yang Italia. Tahulah bahwa mereka berdua yang menyiapkan makanan yang enak ini. Teman saya yang orang Italia berkomentar, makanan ini adalah makanan sang raja. Tentu bukan kuantitasnya tetapi kualitasnya. Menu seperti daging, pasta, sayur segar, diracik sedemikian rupa sehingga menjadi enak. Dicampur dengan penyegar rasa seperti anggur lambrusco khas Emilia Romagna, lalu ditutup dengan buah-buahan jeruk dan pisang serta kue tar. Jangan heran jika dilabeli hidangan raja.

โ€œDi Pakistannya, di daerah mana,โ€œ sapa teman saya membuka percakapan.

โ€œDi Punjab, Lahoreโ€ jawab sang ibu dengan ramah.

โ€œSudah berapa tahun di sini?โ€

โ€œDi rumah ini hampir 3 tahun. Sebelumnya di Fellino,โ€ jawabnya.

Fellino adalah nama sebuah daerah di luar kota Parma. Tidak jauh dari tempat kami sedang berbincang sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun