Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi Santa Lucia dan Kebahagiaan Anak-anak Italia

14 Desember 2016   22:13 Diperbarui: 15 Desember 2016   09:28 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fugur Santa Lucia bersama anak-anak sekolah, FOTO: scuolasanbortolo.blogspot.com

Jika orang dewasa butuh rasa bahagia, anak-anak juga demikian. Bahkan, kebahagiaan yang total justru pada diri anak-anak.

Anak-anak tidak pernah menyangkal jika ia sedang bahagia. Anak-anakโ€”beda dengan orang dewasaโ€”justru akan meluapkan kebahagiaanya di depan umum. Anak-anak Italia misalnya akan mengekspresikan kebahagiaannya jika ia memang sedang bahagia. Ia tidak peduli dengan keadaan sekitar jika ia sedang berbahagia.

Dalam tradisi masyarakat Italia, kebahagiaan itu justru bersumber pada figur seseorang. Semua orang Italia mengenal figur itu yakni Santa Lucia. Ia diperkirakan hidup pada abad III dan IV Masehi (283-13 Desember 304). Santa Luciaโ€”demikian orang Italia menyebutnyaโ€”terkenal karena berhasil membuat anak-anak bahagia.

Tips kebahagiaannya justru sederhana yakni membawa hadiah. Hadiah ini membuat anak-anak senang. Misalnya makanan kesukaan anak-anak, mainan, buku bacaan, pakaian bermodel tertentu, dan sebagainya.

Tanggal 13 Desember kemarin, anak-anak di seluruh Italia mendapat hadiah dari Santa Lucia. Tradisi hadiah dari Santa Lucia ini sudah ada dan terus ada sampai saat ini. Meski figurnya tidak terlihat, Santa Lucia tetap membawa hadiah untuk anak-anak. Anak-anak pun tidak peduli dengan figurnya. Anak-anak hanya membayangkan hadiah apa yang ia bawa setiap tanggal 13 Desember.

salah satu 'dolce' khas hadiah Santa Lucia, FOTO: gazzettadiparma.it
salah satu 'dolce' khas hadiah Santa Lucia, FOTO: gazzettadiparma.it
Rupanya figur Santa Lucia memang tidak pernah diimaginasikan oleh orang-orang Italia. Dari kecil, imaginasi mereka bukan pada figur Santa Lucia tetapi pada hadiah yang ia bawa.

Minggu lalu, anak-anak di kelas kami beramai-ramai berteriak kegirangan saat kami merencanakan pertemuan pada tanggal 13 kemarin. Saya tanya alasannya. Rupanya mereka sudah membayangkan hadiah dari Santa Lucia. Dan, benar saja. Tanggal 13 kemarin, mereka semua bergembira karena pagi harinya mendapat hadiah dari Santa Lucia.

Seorang teman menceritakan ketakjuban pada peringatan Santa Lucia itu. Dia kebetulan mengajar di sebuah sekolah dasar di pinggiran kota Parma. Katanya, jam pertama di kelasnya menjadi jam yang menggembirakan bagi anak-anak.

Semua anak duduk diam dan tenang kala lonceng berbunyi. Sekitar 5 menit kemudian, datang seorang guru dengan berpakaian aneh dan tak dapat dikenali. Dia membawa beberapa gulungan besar berisi mainan anak-anak. Rambutnya ditutup dengan pelepah daun basah. Ia melepaskan beberapa gulungan itu dikelas lalu menghilang. Saat itulah anak-anak beramai-ramai melihat hadiah dari Santa Lucia itu.

Saking senangnya, mereka juga mengajak teman saya ini untuk mengambil hadiah. Teman saya yang guru itu tentu paham, hadiah ini bukan untuknya. Ia memang akhirnya tidak mengambil hadiah itu.

Tradisi Santa Lucia ini rupanya muncul dari daerah Selatan Italia. Ia lahir di daerah Siracusa. Dari Selatan, tradisi ini berkembang ke Utara bahkan sampai di Swedia. Saat itu, Swedia dan Italia belum berbentuk negara. Hanya ada pembagian Selatan dan Utara.

Lukisan Santa Lucia FOTO: passionemamma.it
Lukisan Santa Lucia FOTO: passionemamma.it
Lucia lahir dari keluarga yang tidak bergama. Kemudian, ia bersama keluarganya masuk agama Katolik dengan segala risikonya. Menjadi orang Katolik dan beriman pada Yesus saat itu berarti siap mati. Imperatur Romawi tidak suka dan anti dengan orang yang beriman pada Yesus. Mereka pun tidak segan-segan membunuh mereka yang beriman pada Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun