Jika Anda berkunjung ke Danau Molveno, setiap hari ada atraksi Parasut Tandem ini. Tentu saat cuaca bagus, tidak hujan, tidak mendung, tidak angin kencang, tidak gerimis, dan sebagainya. Bulan-bulan Juni-Agustus biasanya menjadi bulan favorit bagi parasutis (pasukan penerjun payung). Di musim panas inilah mereka beratraksi.
Danau Molveno menjadi daya tarik tersendiri bagi para penerjun payung. Ada sensasi tersendiri ketika Anda berada di atas danau Molveno dengan parasut ini. Ini kiranya tidak terlepas dari strategi yang digunakan. Melayang dari ketinggian 1400 meter di beberapa gunung di sekitar Molveno dan turun tepat di atas Danau Molveno sekitar 865 meter di atas permukaan laut.
Bayangkan betapa indahnya pemandangan yang tersaji. Dari udara yang tampak sangat jelas adalah hijau atau birunya danau Molveno. Tetapi masih ada pemandangan lainnya misalnya mengkilatnya butiran salju di permukaan pegunungan, mengkilatnya beberapa bukit batu, juga pemandangan di sekitar pantai-danau Molveno, dan pemandangan perumahan serta taman-taman yang ada di sekitar Danau Molveno.
Deskripsi inilah yang diakui para penerjun payung di Danau Molveno. Bayangkan jika penerjun payung ini berhasil memperpanjang daftar deskripsi ini dan memublikasikannya di situs mereka, semakin banyak pengunjung yang datang ke Molveno. Mereka yakin akan deskripsi ini dan ingin memilikinya juga. Maka, akhirnya memang Danau Molveno menjadi daya tarik tersendiri.
Di tengah danau, sudah ada landasan seperti helipad kecil berwarna oranye. Mereka yang jago akan mendarat tepat di atas landasan oranye itu. Di sana sudah ada 2 petugas yang selalu stand by menyambut penerjun dan membantunya melipat payung saat mendarat.
Selain 2 petugas ini, ada juga 2 speedboat beserta kelompok regunya yang berlabuh di sekitar landasan oranye. Speedboat ini biasanya digunakan jika ada penerjun yang turun tidak tepat sasaran. Dan, jumlahnya banyak sekali. Gagal target, katakan demikian. Dengan cepat dan sigap regu ini membantu penerjun. Menaikkannya ke atas speedboat dan melipat payungnya. Lalu, dibawa ke pinggir danau di mana ada kelompok panitia penerjun. Penerjun ini bagaimana pun akan mendekati arena landasan untuk mengantar penerjun ke tempat istirahat.
Dalam kesempatan lain ada juga penerjun yang gagal. Entah dia atau peralatannya yang kurang beres. Saat itu, waktu mau turun di atas landasan, payungnya tidak terbuka dengan baik. Keluar bunyik proook..yang membuat kaget para pengunjung yang berada di pantai-danau. Rupanya payungnya robek sehingga dia turun dengan alat terjun tanpa payung. Tetapi, uniknya dia jatuh hanya beberapa meter di sekitar landasan. Dia hanya butuh waktu 2 menit dengan berenang untuk mencapai ujung landasan. Segera pasukan speedboat mengangkatnya.
Menarik di sini karena rupanya regu kesehatan juga sudah siap. Di dekat meja panitia, ada 2-3 mobil ambulance. Selalu siap jika terjadi kecelakaan yang membahayakan. Memang permainan yang berisiko ini rupanya didukung oleh sistem keamanan yang ketat.
Sampai di sini sudah jelas, betapa mengelola pariwisata danau itu menarik sekaligus rumit. Berapa jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membuat sistem ini? Khusus untuk terjun payung saja pasti besar. Bayangkan membangun jalan sampai ke gunung di mana penerjun diterjunkan. Membuat penelitian tentang kondisi angin, danau, pegunungan, dan sebagainya.